BAB 29 - Kapogiraha Adhara

1.1K 137 0
                                    

Bersama dengan Caiden, Dhara memasuki kandang kudanya. Jokowati, si kuda hitam itu terlihat sangat bugar ketika Dhara mengelus lehernya dengan gemas. Caiden berbisik kepada Dhara tepat disaat ia menangkap dengan matanya Pangeran Radjendra juga ada di sini.

"Sepertinya kekasih barumu ada disini, aku akan meninggalkanmu kalau begitu."

"Baiklah, Caiden."

Pangeran Radjendra menghampirinya menunduk hormat kepada Caiden dan wanitanya. "Tuan Abrata, senang bisa melihatmu disini."

"Yang Mulia, setiap pria mempunyai urusannya masing-masing. Kamu juga tahu itu bukan?" jawab Caiden dan menepuk pundak Pangeran itu tanpa takut.

Pangera Radjendra langsung takjub dengan Jokowati yang begitu gagah. "Inikah kudamu, Nona Dhara?"

Dhara mengangguk, "Ya Pageran, namanya Jokowati."

"Dia begitu gagah, apakah dia perempuan?"

"Benar sekali," jawab Dhara tersenyum lebar menanggapinya.

"Aku juga memiliki beberapa kuda disini atas nama istana." Mereka berjalan mneyusuri kandang demi kandang. Dhara berhenti di depan kanang seekor kuda yang meringkik di hadapannya. Lantas ia mengelus kepala kuda tersebut.

"Sepertinya ia menyukaimu, Nona Abrata," ucap seorang penjaga yang menghampirinya. "Daman, penjaga kandang, Nona Abrata." Daman memperkenalkan dirinya.

"Oh, senang bisa bertemu dengamu, Daman."

"Kuda ini biasanya berada di dibelakang Jokowati, ia selalu menduduki juara kedua," ucap Daman lagi.

Pangeran Radjendra ikut mengelus kepala kuda itu. Daman yang baru saja mneyadari kehadiran Pangeran langsung menunduk hormat. "Yang Mulia, aku pikir siapa. Aku sempat tidak mengenalimu dengan pakaian ini."

"Ah, tidak apa-apa. Aku memang senang menyamar," kekeh Pangeran.

"Kamu mirip sekali dengan pemiliknya. Ia juga senang menyamar menjadi orang biasa. Padahal ia adalah seorang ningrat." Daman memberikan kuda itu makan.

Dhara teringat akan Hartigan yang senang mengenakan pakaian biasa ketika ia berkuda. Pria itu, apa ia sudah meninggalkan Batavia? Dhara menggeleng pelan, untuk apa ia memikirkan pria yang sama sekali tidak memikirkannya.

"Pangeran, bisakah kita melanjutkan?" Pangeran Radjendra mengangguk dan mereka kembali berjalan menuju kuda miliki istana.

Pangeran Radjendra menunjuk kudanya, lalu mengelusnya dengan lembut. "Sayang sekali, ia cedera dan tidak bisa bertanding lagi."

"Kenapa? Siapa yang telah melukainya?" tanya Dhara khwatir.

"Ia terlalu dipaksakan berlatih, cukup disayangkan."

Dhara ikut mengelusnya dan memberikannya makan. "Semoga kamu lekas pulih," bisik Dhara dan mendekatkan dahinya kepada kuda itu.

Paangeran Radjendra tersenyum penuh arti, ia seprtinya tidak salah memilih. "Kamu sangat mencintai kuda, Nona Dhara?" Dhara mengangguk. "Aku akan sangat senang jika nantinya istriku juga dapat mencintai anak-anaknya sebagaimana ia mencintai hal yang ia suka."

Dhara menaikkan sebelah alisnya. Pangeran Radjendra berdeham keras, "Maaf, aku terlalu terus terang."

"Tidak apa-apa, Pangeran. Aku senang mendengarnya," balas Dhara canggung.

"Apa kamu dekat dengan keluargamu, Nona Dhara?"

"Ya, keluarga adalah segalanya bagiku. Bagaimana denganmu, Pangeran?"

"Aku cukup dekat dengan keluargakuu terutama para sepupuku yang banyak itu. Kami selalu menghabiskan waktu bersama ketika kumpul keluarga. Dan aku berharap anak-anakku nanti juga bisa seperti itu," jawab Pangeran dengan santainya. "Aku senang kamu dilahirkan di dalam keluarga yang harmonis. Aku juga berharap banyak akan hal itu nantinya."

Raden Mas Dan Aku-Tamat | Abrata Series #01Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang