Jangan lupa vote dan komen :)
_________________________________________
***
Saat ini keluarga Fincent sedang makan malam bersama. Tak ada yang berbicara, hanya suara dentang sendok dan piring yang terdengar.
Abra beberapa kali melirik ke-arah Neta, seperti hendak mengatakan sesuatu. Bukan hanya dia saja, Lisa juga beberapa kali mencuri pandang ke arah Neta dan Abra.
"Ekhm!" Abra berdehem, membuat semua yang berada dimeja makan menoleh menatap tanya padanya.
Neta mengangkat alis menatap heran ke arah papi-nya itu.
Melihat semua orang menatap ke arahnya, Abra terdiam sebentar menyapu pandanganya pada anak-anaknya.
"Ganeeta!" Abra menatap Neta.
Neta balas menatap Abra saat namanya dipanggil, alisnya semakin terangkat seolah menanti ucapan Abra yang selanjutnya.
"Ada yang mau papi omongin ke kalian semua selain Gara, jadi setelah ini kita keruang kerja papi dulu." tutur Abra melirik ke arah anak-anaknya.
Neta menghela napas kasar setelah mendengar penuturan Abra. Neta merasa bahwa apa yang akan Abra bicarakan pasti ada sangkut pautnya dengan Lisa. Semuanya sudah jelas, Gadis itu beberapa kali meliriknya dan Abra sejak makan tadi.
***
Ke-empat orang itu duduk dan tenggelam dalam suasana hening yang cukup canggung.
Neta memutar matanya malas, bagaimana tidak, sudah hampir 15 menit mereka masuk ke ruangan ini dan belum juga ada yang memulai pembicaraan.
Neta mengetukkan tanganya ke meja untuk menarik perhatian orang-orang.
Tok! Tok! Tok!
Abra, Lisa dan Galen tersentak kaget dan menoleh ke arah Neta.
"Jadi papi mau ngomong apa? Kita udah 15 menit loh ada disini" ujar Neta malas.
Abra menatap Neta yang tampak sudah kesal kemudian melirik Lisa yang terus menunduk dan meremas tangannya sejak tadi.
"Ekhm!"
"Jadi begini Neta, minggu depan adalah ulang tahun Lisa yang ke-17." Ujar Abra sambil terus menatap wajah Neta, untuk mengetahui ekspresi putrinya itu.
Dahi Neta berkerut tak suka setelah mendengar penuturan Abra. Neta tiba-tiba kesal, jadi dia duduk dan menunggu di sini hanya untuk membahas ulang tahun gadis munafik itu? Sialan ck!.
"So what? Papi pikir Neta peduli?" Neta berkata malas dan membuang pandangannya enggan menatap ke-tiga orang didepannya.
Abra agak gugup ketika melihat ekspresi sang putri, entah mengapa ia merasa agak takut pada putri sulungnya ini. Bukannya apa-apa, semenjak melihat Neta yang mengamuk dan memukuli Galen di rumah sakit waktu itu. Abra jadi takut membuat Neta marah.
KAMU SEDANG MEMBACA
GANEETA
Teen Fiction[TERBIT DI RENELUVBOOKS] TERSEDIA DI GRAMEDIA ✓ Highest rank #1 in teenfiction (16/09) Highest rank #1 in cerita pendek (13/09) Highest rank #1 in humor (13/09) Highest rank #1 in sahabat (28/09) Highest rank #1 in blackpink (01/10) Highest rank #1...