PART 47 | BERTAHAN HIDUP

11.7K 507 34
                                    

-SELAMAT MEMBACA-

"Ibu Ara kritis karena mengalami pendarahan hebat setelah melahirkan, dan itu sangat beresiko menyebabkan kematian jika tidak segera mendapatkan transfusi darah dalam waktu 1,5 jam. Maafkan kami Pak, saat ini kami kehabisan stok untuk golongan darah AB, secepat mungkin kita harus melakukan transfusi darah pada Ibu Ara, tapi golongan darah AB dapat---"

Brak!

Ucapan dokter tersebut ketika Aksa menggebrak meja di depannya dengan kuat, tanpa membalas ucapan tersebut Aksa langsung keluar ruangan dan menelepon orang kepercayaannya.

"Saya tidak mau tahu secepatnya kalian harus mendapatkan darah sebanyaknya untuk istriku! Jika tidak kupenggal kepala kalian! Golongan darahnya AB."

Setelah mengatakan itu Aksa langsung memutus sambungan telepon, air matanya lolos begitu saja tanpa diminta.

Ara-nya kritis.
Ara-nya kesakitan.
Ara-nya harus bertahan hidup.

Aksa terduduk di koridor rumah sakit, dirinya terlihat sangat menyedihkan sekarang.

"Sial ... sial ... Sial!" Aksa berucap sembari memukul lantai rumah sakit itu dengan kuat.

Tidak peduli dengan tangannya yang sakit dan berdarah, Ara-nya lebih kesakitan di sana.

'Nggak, Sayang. Kamu nggak boleh ninggalin saya, kalau kamu mati maka saya pun akan ikut.' Aksa membatin tidak jelas, pikirannya sangat kacau.

Aksa bangkit menuju ruangan di mana Ara terbaring lemah, pintu ruangan tersebut tertutup tidak ada siapapun yang boleh melihatnya untuk saat ini.

Kedua keluarga sangat cemas melihat keadaan Aksa yang menyedihkan, Siska mendekat dan memeluk putranya erat. Sebagai ibu dia tahu bagaimana perasaannya saat ini, dapat Siska rasakan tubuh tegap Aksa bergetar hebat karena menangis.

"Ma ...," bisik Aksa lirih.

"Ssttt, mama tahu. Kita berdoa, ya. Kita berdoa semoga Ara baik-baik saja," balas Siska menahan tangisnya. Jika dia ikut menangis lalu siapa yang akan memenangi anaknya sekarang.

"Ara mau ninggalin Aksa, Ma! Aksa nggak mau!" Aksa berbisik dengan air mata yang terus mengalir.

"Nggak, Sayang. Ara ada di sini, dia nggak bakalan ninggalin kamu juga Darrel."

Darrel, nama itu mengingatkan Aksa pada anaknya. Setelah dibawa perawat untuk dimandikan Aksa tidak lagi melihat anaknya, setelah dimandikan perawat tersebut meminta Aksa untuk mengazani anaknya. Namun Aksa terlalu fokus kepada Ara sampai melupakan anaknya.

Aksa melepaskan pelukan ibunya cepat berjalan menuju ruangan anaknya.

"Ikuti, Aksa!" titah Alvaro menyuruh anak buahnya mengikuti Aksa, dia tidak ingin menantunya itu melakukan hal yang tidak-tidak di saat keadaan yang seperti ini.

"Pak, sebaiknya obati dulu tangan Anda sebelum menyentuh anak Anda," nasihat perawat tersebut.

Aksa mengangguk menyuruh perawat tersebut mengobati tangannya yang berdarah itu, matanya terus menatap ke arah tempat tidur kecil di mana anaknya yang tidur lelap.

Setelah diobati Aksa mendekat,
Anaknya benar-benar sangat mirip dengannya, sangat. Dia tersenyum kecil, memegang jari-jemari putranya yang kecil itu.

ISTRI KESAYANGAN OM AKSA (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang