26• OH SHUT UP!- Berharap.

249 13 4
                                    


Jangan lupa vote ya teman-teman.

Berharap.

Dunia seakan berputar begitu cepat. Melayang begitu tinggi seringan kapas, lalu di jatuhkan oleh besi yang berkilo-kilo. Tania merasa, tuhan memang tidak adil padanya. Tania tidak pernah meminta apapun selain terus bersama orang-orang tersayangnya. Apa salah Tania sampai masalah selalu datang bergantian. Sejak ia kecil hingga kini, masalah seakan menjadi makanan sehari-hari. Dosa apa yang Tania perbuat hingga tuhan memberikan cobaan yang Tania juga tidak tahu ia akan bisa mengatasinya atau mati perlahan dengan cobaan itu.

Setelah cukup lama dari kritisnya, sekitar dua hari, Tania dikejutkan dengan Zidan yang terbaring lemah di brangkar dengan menggunakan berbagai kabel-kabel medis. Wajahnya rusak karena luka. Tangan dan kakinya di gips.

Mengapa dirinya diberi keadaan sehat. Apakah tuhan memang ingin melihatnya menderita dengan melihat Zidan terbaring koma. Tania benar-benar sudah kehabisan daya.

"Zidan?"

"Kamu janjikan gak bakalan ninggalin aku lagi, kan? Jadi jangan tinggalin aku, ya."

"Kamu kan gak bisa jauh dari aku. Aku juga gak bisa, Zidan. Tolong, bertahan. Kita sudah sampai di titik ini. Zidan kuat kok. Tania bakal setia nunggu Zidan."

Tania kembali terisak seraya mengusap lengan Zidan dengan pelan. Seakan takut tangan Zidan langsung rapuh bila terlalu memegang erat tangan itu.

"Zidan, kita memang selalu bareng-bareng dari kecil. Dari aku yang selalu rebut mami Yola, dari aku yang selalu ngerebut dot kamu padahal susunya jelas beda. Dari main bareng ke taman dan pulang penuh lumpur...

... Tapi, melihat ini aku takut, Zidan. Aku takut jika takdir malah memisahkan kita. Tolong, Zidan, Bangun. Aku gak kuat. Aku menderita."

Tania tertunduk, memperdalam kepalanya memohon doa agar Zidan segera sadar dari komanya. Demi apapun, kejadian kemarin sangatlah diluar dugaannya. Pantas saja, Zidan meminta Tania untuk memakai sabuk pengaman. Zidan tahu bahwa Tania tidak boleh terluka.

Tania memang tidak terluka separah Zidan. Hanya saja hatinya sangat berdarah melihat Zidan begitu seperti orang mati. Zidan tengah berjuang untuk memilih antara hidup dan matinya. Tania menggeleng, Zidan harus bangun. Tania tidak bisa hidup tanpa Zidan. Zidan tidak bisa mati tanpa menunggu Tania. Mereka perangko bukan? Tania berharap ada keajaiban walaupun hanya setitik.

-

Yola dan Tara, orangtua dari Zidan langsung terbang ke indonesia setelah mendengar jika anakny tengah sekarat. Bahkan Yola, sang Mami sampai pingsan beberapa kali. Saking tidak tega melihat anaknya tergeletak tak berdaya.

Kini, mereka tengah duduk di ruangan dokter yang menangani Zidan. Yola sangat harap-harap cemas. Ia takut jika Zidan mengalami hal yang Yola tidak inginkan.

"Jadi begini, Pa, Bu. Pasien mengalami patah tulang di kakinya serta tangannya. Di organ dalamnya pun ada beberapa kerusakan, seperti bocor ginjal dan kerusakan di paru-parunya. Sepertinya pasien tidak merawat tubuhnya... "

Yola meremas kemeja milik Tara. Ia tidak menyangka bahwa Zidan menderita penyakit sebanyak itu. Apakah ia akan kehilangan putra satu-satunya. Zidan yang manis dan cerewet.

"Pasien harus segera operasi besar-besaran."

"Lakukan yang terbaik, dok. Saya ingin anak saya bangun dalam keadaan baik-baik saja." ucap Tara lugas.

Sang dokter tersenyum. Ia tahu kekhawatiran sebagai orangtua. "mungkin sebagai kecil dari penyakit pasien bisa kami sembuhkan semaksimal mungkin. Hanya saja pasien sekarang butuh pendonor."

Tania Jolie(SELESAI) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang