Vote dong gengssss...
Menyerah?
Gembok tanpa kuncinya akan sia-sia. Begitupun aku, Zidan.
-TaniaS
etelah menjalani operasi yang sangat panjang akhirnya Zidan bisa keluar dari ruangan dingin tersebut. Hanya saja, lelaki itu mengalami kritis yang mengakibatkan seluruh tubuhnya dibaluti dengan selang dan kabel-kabel medis. Yola selaku mama Zidan tidak henti-hentinya menumpahkan air mata melihat sang buah hati terbaring kritis. Yola masih cemas dengan keadaan anaknya. Yola sedari dulu tidak suka melihat keluarganya sakit, meskipun sakit demam.
Tara, sang suami merengkuh tubuh ringkih istrinya. Keduanya menatap Zidan dibalik kaca besar. Mereka belum bisa masuk karena Zidan belum memberikan tanda-tanda membaik. Tara merasa dunianya hancur, ia kecewa dengan dirinya sendiri. Merasa gagal menjadi hero bagi Zidan. Rasanya, Tara ingin sekali menangis. Namun, Yola butuh Tara. Tara harus kuat demi istrinya.
"Mas, aku gak tega ngeliat Zidan kayak gitu, hiks."
"Sstt, semuanya sudah di atur oleh tuhan. Kita hanya perlu doa. Sabar yah, sayang." Tara mencium pucuk kepala sang istri. Ia takut jika istrinya ikut sakit karena tidak berhenti menangis.
"Mami,"
Yola mengusap air matanya. Ia menoleh kebelakang dan mendapati Tania yang ada di kursi roda bersama Aidan yang mendorong kursi itu.
"Aku... Mau liat Zidan."
Wanita berusia 45 tahun itu langsung mendekat kearah Tania dan menarik kursi roda gadis itu. Yola memperlihatkan betapa memprihatinkan anaknya itu pada Tania.
"Zidan kuat. Dia pasti bisa."
Tania menatap tubuh Zidan yang terbaring kaku. Air matanya tidak bisa keluar saking sakitnya. Bahkan Tania tidak bersuara saat Yola berucap seperti itu. Apa Zidan nya akan selamat? Dia tidak akan pergi kan? Itulah yang ada di otak Tania saat ini.
"Kita, gak boleh masuk ya?" tanya Tania begitu lirih. Ingin sekali memegang tangan Zidan mencoba memberi kekuatan pada kekasihnya.
"Belum waktunya. Kita tunggu sampai Zidan membaik." ucap Tara seraya memandang kedepan.
Sampai kapan? Tanya Tania dalam hati. Sampai kapan Zidan akan seperti itu. Apa sampai Zidan tidak bernafas lagi?
-
Sudah satu bulan ini tubuh Zidan tidak merespon tanda-tanda membaik. Dokter setiap menit masuk melihat kondisi Zidan dan itu membuat dua keluarga harap-harap cemas. Kini, kesekian kalinya salah satu dokter yang menangani Zidan masuk keruangan yang di huni oleh Zidan dan alat-alatnya.
Tania memegang dadanya begitu nyeri melihat pemandangan didepan. Zidan tidak berubah dari sebulan yang lalu, membuat Tania fesimis. Ia ingin sekali berlari kearah Zidan dan memeluk lelaki itu. Menumpahkan kesedihan yang ada dan membagi kesakitan di antara mereka bedua.
"Tolong kasih aku tanda bahwa kamu masih ingin melihatku, Zidan." lirih Tania. Matanya tidak pernah lepas dari Zidan.
Dokter keluar seraya menurunkan teleskopnya. Wajahnya tersenyum dikala dirinya dikerumuni dua keluarga terkecuali Tania. Ia masih fokus memandang Zidan.
"Keadaan pasien mulai membaik. Ia memberi respon dengan menggerakan jarinya. Semoga hal ini menjadi titik terang bagi si pasien. Setelah ini, kalian bisa masuk. Tapi hanya dua orang." tukas sang dokter. Tarapun memberikan terimakasih karena mendapatkan kabar baik itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tania Jolie(SELESAI)
Fiksi RemajaBagusnya, follow sebelum membaca... Tania kira, semua yang ada di diri Zidan sudah ia ketahui dari luar maupun dalam. Namun semuanya salah ketika zidan tiba tiba menghilang dan Tania dibawa ke singapura oleh ayahnya. "jangan pergi lagi, jangan zid...