13• OH SHUT UP!- Kambuh

803 44 0
                                    

"KAMBUH"

Dimas dengan keras melempar Zidan ke lantai, dimana ada Adara yang tengah duduk di sofa single.

Wajah wanita itu bengkak akibat menangis. Disana juga ada Romeo yang duduk di sebelah Bundanya dengan tatapan bingung dan kaget.

"Meo, papa minta kamu ke kamar." ujar Dimas.

Romeo mengangguk dan berlari menuju kamarnya. Setelah hening beberapa saat akhirnya Adara menghela nafas panjang.

"Sekarang kamu mau gimana, Dan? Kakak udah cape sama tingkah laku kamu. Kakak udah gak sanggup sama kelakuan kamu. Bahkan abangmu aja udah cape, Dan. Apa kakak harus jemput mama sama papa buat balik ke indonesia, biar kamu gak se brengsek ini? Gimana Zidan! Jawab kakak!"

Zidan menunduk dalam nendengar Kata kata kakaknya yang menusuk di hati. Melihat kakak nya menangis tersedu sedu hanya karena dirinya itu membuat Zidan merasa sangat tidak berarti.

"Abang tau kamu udah dewasa, kamu udah bebas buat gak di atur atur. Tapi bebas kamu gak wajar, Dan. Abang udah gak ngerti lagi sama kelakuan kamu."

"tapi Zidan butuh itu," lirih Zidan.

Dimas mendekat ke arah Adara dan langsung memeluk wanitanya. Ia tau betapa kecewanya Adara pada Adik bungsu nya itu.

"maafin aku kak. Maaf, maaf." Zidan menyentuh Kaki kakaknya dan menunduk disana. Ia begitu menyayangi kakaknya tapi melihat kakaknya menangis karena dirinya, ia merasa gagal menjadi adik.

"sekarang terserah mau kamu apa. Kakak udah nyerah, Dan. Mas, aku mau ke kamar."

Dimas memapah Adara menuju kamarnya. Sedangkan Zidan terduduk dalam disana. Ia juga kesal pada dirinya. Mengapa ia begitu se brengsek ini. Setelah kakak nya yang kecewa, apakah nanti Tania nya ikut kecewa padanya?

----

Zidan berdiri di depan pintu rumah seseorang. Padahal jam sudah menunjukan tengah malam lebih. Ia sekarang takut tertidur. Bahkan jika ia tertidur ia takut jika besok ada kekecewaan lebih dalam lagi.

Tiba-tiba pintu terbuka membuat Zidan mundur satu langkah. Zidan menatap wanita di hadapannya begitu dalam.

"Loh, kak zidan kenapa malam malam ada di rumah aku?"

"Tolong, Nia. Tolong aku." lirih Zidan.

Tania yang peka, langsung memeluk Zidan yang seperti kehilangan harapan.

"kamu ini kenapa? Mau cerita, Hmm?"

Zidan menggeleng. Ia malah semakin erat memeluk Tania nya. "Aku takut. Takut. Jangan tinggalin aku. Jangan ya."

Tania semakin tidak mengerti mengapa Zidan tremo begini. Bahkan pelukannya semakin erat dan membuat Tania merasa sesak.

"Zidan. Aku gak bisa nafas." Tania memukul mukul punggung Zidan untuk melepaskan dirinya, namun Zidan tetap memeluk erat. Tania menangis ketakutan. Ia sampai berteriak meminta tolong.

Karel keluar dengan terburu-buru. Ia menatap terkejut melihat putrinya meminta tolong dalam keadaan di peluk. Sedangkan Zidan seperti kehilangan akal.

Dengan begitu kuat, Karel memisahkan Zidan dan Tania. Aidan yang datang terlambat langsung memeluk Tania setelah kedua nya terlepas.

Wajah Zidan begitu ketakutan saat pelukan itu terlepas. Ia menangis menatap Tania di peluk orang lain.

"Enggak, Enggak!! Tania gak boleh di peluk orang lain. Cuman Zidan yang boleh. Sini Tania. Zidan gak mau di tinggalin kamu, Tania. Zidan minta maaf. Zidan minta maaf. Tania tolong Zidan!!"

Karel menepuk nepuk pipi Zidan dengan keras. "Hei, hei.. Tania gak kemana mana. Tania ada disini. Tania masih punya Zidan. Oke. Tenang, Zidan."

Zidan menggeleng gelengkan kepalanya melihat Tania mundur dan bersembunyi di balik Aidan.

"Bang, Tania takut sama aku. Aku bikin Tania kecewa. Bang, Tania takut aku, hiks."

Karel semakin kebingungan. Zidan sudah berada di titik terendah. Ia kembali dengan trauma nya.

"Tania, sini nak. Zidan butuh kamu. Kamu sayang kan sama Zidan?"

Tania mengangguk. Ia perlahan melangkah mendekati Papa nya dan Zidan. Ia juga merasa kasian dan sedih sekaligus takut melihat Zidan seperti itu.

"Kak Zidan ini Tania. Tania ada di sini. Udah ya, Tania nanti takut." Ujar Tania.

Zidan segera memeluk Tania. Namun kali ini tidak seerat tadi. Tania yang merasakan detak jantung Zidan begitu kaget. Detak jantung nya begitu cepat seperti habis maraton.

"udah yah.. Tania ada sama kak Zidan."

"Tolong maafin aku, Tania." lirih Zidan sampai akhirnya ia kehilangan kesadarannya.


------
jangan lupa kasih bintang oke. Terimakasih udah baca:')

Tania Jolie(SELESAI) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang