21• OH SHUT UP!- Terbongkar

529 27 0
                                    

Zidan menggandeng Tania dengan erat menuju gedung besar yang tidak asing bagi Tania.

"bukannya apartemen itu di jual?" tanya Tania.

Zidan hanya tersenyum dan tidak menjawab. Ia terus memapah Tania sampe di apartemen milik nya.

"Loh, jadi kamu pindah ke sebelah?"

"kamu bener-bener nipu aku?"

"kemarin aku ke sini, tapi ke samping itu. Yang keluar cuman bapa-bapa!"

Tania terus saja membuka mulutnya. Bertanya ini, itu bahkan mendumel tidak jelas. Zidan membuka pintu apartmen nya menggunakan kartu card. Ia membuka dengan selebar-lebarnya.

Tania tercenung. Semuanya sama setelah terakhir ia kesini. Entah kapan itu. Karena dulu, Zidan sangat jarang mengajaknya ke apartment. Katanya, hanya untuk istirahat saja.

"Ayo masuk."

Zidan memegang bahu Tania dan membawa nya masuk ke apartment. Tania di dudukan di single sofa disana. Lalu, Zidan duduk di bawahnya.

Zidan meraih lengan Tania. Ia mengusap tangan kecil dan lembut itu lalu menciumnya beruntun. Sedangkan Tania yang dari awal mengoceh kini diam melihat tingkah Zidan yang membuatnya ingin menangis lagi.

"Maafin aku." lirih Zidan.

Tania menengadahkan kepalanya tak siap untuk menangis. Lalu ia kembali menatap Zidan dengan terkejut.

"Kamu... Nangis?" tanya Tania sembari mengangkat kepala Zidan karena sedari tadi Zidan terus menunduk, menempelkan kepalanya di tangan Tania.

"Aku lemah tanpa kamu, Tania. Tolong maafin aku. Maaf bikin kamu kecewa, maaf bikin kamu sengsara, maaf... " ucapan Zidan terjeda karena lelaki itu mengatur nafasnya akibat menangis. "Maaf buat kamu kayak gini, Tania."

Tania langsung meluruh kepelukan Zidan. Kini, mereka sama-sama di lantai. Sama-sama menangisi keresahan mereka.

Tak perduli sekecewa apa Tania terhadap Zidan, wanita itu akan tetap kembali pada Zidan. Mau dia terluka separah apapun, ia akan tersenyum dan memaafkan Zidan. Zidan bukan lelaki yang ingkar dalam maafnya. Jika lelaki itu bilang maaf, maka dia tidak akan mengulanginya lagi.

"jangan tinggalin Nia ya, kakak." lirih Tania sembari tersenyum. Kakak, adalah nama kesayangannya untuk Zidan sedari dulu.

Zidan kembali menangis dan memeluk Tania seerat-seratnya.

-

Kini, mereka masih sama-sama berpelukan hanya saja sudah pindah tempat. Mereka kini ada di sofa panjang menghadap ke layar televisi, menampilkan kartun yang tayang saat jam itu.

Mereka sibuk dengan masing-masing sampai suara Tania terdengar.

"Jadi, kamu udah tau kalo aku kesini waktu itu?"

Zidan hanya mengangguk.

"terus kenapa gak cari aku. Aku cape tau nyari-nyari kamu. Kamu ilang terus. Semua yang berhubungan sama kamu lenyap gak tau kemana. Bunda Dara juga gak ada. Kemana mereka?"

Zidan bingung harus menjawab yang mana. Maka dia hanya mencium pucuk kepala Tania beruntun.

"iih... Kok kamu gak cari aku?!" kekeuh Tania meminta penjelasan.

"Karena gak di bolehin sama bang Karel." ucap Zidan dan kembali mencium kepala Tania.

"Ayah? Jadi selama ini?" sungguh Tania kaget kalau ternyata dibalik semua ini ayahnya terlibat.

"sstt... Jangan marahin ayah kamu. Dia gak salah apa-apa. Justru semua itu demi kebaikan kita. Sekarang kita tau arti kehilangan, arti perjuangan dan arti mencintai." ucap Zidan seraya mengusap rambut gadis itu lembut.

Tania mengangguk, "aku gak nyangka bakal bisa gini lagi. Tadinya aku udah pesimis." keluh Tania.

Zidan terkekeh, "kamu mau tau perjuangan aku enggak, buat dapetin kamu lagi?"

Tania menegakkan tubuhnya. Kini mereka saling bertatapan. "mau, mau."

Zidan tersenyum dan memperdalam pelukannya.mereka kembali ke semula.

"aku selama 6 bulan rehabilitas ketat di suatu tempat yang gak penting aku ceritain. Lalu setelah itu kembali dan langsung cari kamu. Tapi, rumah kamu kosong bahkan penduduk disana gak tau kamu sama keluarga kemana." Zidan diam sebentar, lalu kembali bersuara.

"sampai akhinya aku marah-marah sama Bang Dimas karena pasti dia pelakunya yang buat kita pisah. Tapi ternyata, Ayah kamu yang buat kita pisah. Aku kira kamu beneran kecewa sama aku sampai gak mau ketemu lagi.

Tapi, aku masih optimis. Aku nyari kamu kemana kemari tanpa lelah sampe aku denger percakapan bang Dimas sama kak Adara kalo kamu ada di singapura. Aku bahagia banget akhirnya aku bisa ketemu sama kamu lagi. Tapi ternyata gak segampang itu... "

Zidan terus saja bercerita tentang perjuangannya dari meminta kembali restu dan kepercayaan Karel. Sampai dimana dirinya siap dengan perintah Karel kalau Zidan harus menunggu lebih lama.

Tania tersenyum penuh haru. Ia terus setia mendengarkan Zidan bercerita. Karena jarang-jarang lelaki itu bercerita banyak. Ngobrol aja dulu seperlunya.

Tania benar benar-mencintai Zidan.

Tania Jolie(SELESAI) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang