Lelaki itu menggerakkan jarinya perlahan dan melenguh merasakan sakit luar bisa. Zidan memandang apa yang ia lihat. Namun hanya satu, yaitu...
Gelap.
"Tania?" lirih Zidan. Ia mengingat semuanya. Kecelakaan yang merenggut kebahagiaan mereka secepat kilat. Zidan mendengar suara derap seseorang, lumayan ramai. Lelaki itu menajamkan pendengarannya karena mendengar seseorang menangis. Itu suara Maminya.
"Haus... " kerongkongan Zidan rasanya tercekat. Kering seperti di padang pasir. Dirasa ada yang memberi minum, tenggorokan Zidan lumayan membaik.
"Mi, kenapa semuanya gelap? Mami ada, kan?"
Yola tak kuasa saat anaknya mencari dirinya. Ia segera mendekati Zidan meski lelaki itu tengah di periksa oleh dokter.
"Ya, sayang? Ini mami, nak. Sembuh ya, jagoan mami."
"Mi, gelap. Tolong hidupin lampunya. Zidan mau liat mami."
"Zidan, sayang, hiks." Yola menangis sejadi-jadinya tidak tega memberitahu Zidan bahwa lelaki itu mengalami kebutaan.
"Zidan gak bisa liat, mi."
"Sabar, sayang. Sabar. Mami ada di sini sama Zidan. Zidan kuat ya, sayang." Yola menghujani kecupan pada Zidan meski lelaki itu memiliki luka di wajahnya.
"Mi... aku buta?"
Zidan diam. Ia tidak bodoh dengan keadaan ini. Ia mengalami kebutaan. Zidan ingin sekali menangis meratapi kesialannya. Ia mencoba menggerakan kakinya namun tidak bisa. Ia seperti tidak mempunyai kaki, semuanya terasa kebas.
"Mami... Zidan, Zidan minta maaf. Maaf Zidan banyak salah. Gak seharunya Zidan kayak gitu, dulu. Zidan salah... Zidan minta maaf..."
"Mi... Apa aku gak bisa liat lagi? Apa... Apa aku lumpuh? Mi, jawab Zidan!"
"Enggak sayang, kamu gak lumpuh, kamu gak buta. Kamu bakal sembuh. Kamu harus sabar. Kamu bakal bisa liat. Mami percaya, itu nak." ucap Yola disela isakannya.
"Apa ini pelajaran dari tuhan buat Zidan ya, mi?"
Tara yang duduk disofa mulai berjalan menuju istri dan anaknya. Ia meraih tangan Zidan lalu menciumnya. Baru kali ini Tara merasakan cobaan seberat ini. Di umur dua puluh dua tahun, tidak seharusnya Zidan mengalami ini.
"Papi bakal ada buat kamu. Papi gak bakal kerja gila lagi. Papi bakal terus disini nemenin jagoan papi." lirih Tara seraya terus mencium punggung tangan Zidan.
Akhirnya Zidan tidak bisa membendung perasaan sedih, kecewa, marah dan terlukanya. Apakah ia harus seperti ini dulu agar mereka datang dengan ikhlas kepadanya. Sedari sekolah menengah pertama, saat dirinya diberikan kepada kakaknya, Adara, Zidan merasa jika kedua orangtua nya tidak menyayangi Zidan lagi. Ia merasa terbuang.
Padahal Zidan adalah bocah yang manja kepada orangtuanya apalagi kepada Papinya. Zidan selalu berharap ia di jemput oleh Tara dan meminta maaf sudah membuangnya. Nyatanya sampai dirinya masuk sekolah menengah atas, Tara tidak menjemputnya walaupun dia sudah melakukan kesalahan-kesalahan fatal.
Dulu sewaktu keluar dari rehabilitasi Adara membawa Zidan ke america untuk diserahkan kepada orangtua nya. Disana, baru kali ini Zidan mendapatkan amukan dari Tara. Lelaki hero yang tak pernah memaki, menampar, bahkan berteriak nyatanya dia lakukan habis-habisan. Zidan membuat Tara dan Yola kecewa.
Tapi kini, Tara datang dan mencium tangannya terus menerus. Ia bahkan meminta maaf dan berjanji akan selalu untuk anak kesayangannya.
"Pi, aku buta."
"Sstt. Nanti kita cari pendonor buat mata kamu. Hanya beberapa saat. Kamu anak papi yang paling kuat."
"Sekarang aku bener-bener jadi anak yang gak berguna. Dari dulu sampai sekarang, nyatanya aku tetep anak yang gak tau diri. Lemah dan pengecut..."
KAMU SEDANG MEMBACA
Tania Jolie(SELESAI)
Teen FictionBagusnya, follow sebelum membaca... Tania kira, semua yang ada di diri Zidan sudah ia ketahui dari luar maupun dalam. Namun semuanya salah ketika zidan tiba tiba menghilang dan Tania dibawa ke singapura oleh ayahnya. "jangan pergi lagi, jangan zid...