Selama kehamilan, Tania selalu mengeluh sakit perut. Ia bahkan tidak bisa bergerak bebas seperti ibu hamil pada umumnya. Tania juga tidak bisa kelelahan sedikitpun. Dan setelah di periksa, Tania mengidap penyakit tumor rahim. Jadi ada gumpalan darah selain darah daging itu.
Awalnya dokter menyarankan untuk menggugurkan kandungannya dan mengangkat rahimnya. Zidan setuju setuju saja karena ia tidak mau kehilangan istri tercintanya. Apalagi ini melibatkan nyawa. Zidan bahkan tidak bisa membayangkan hidup tanpa Tania.
Tania tentu menolak mentah-mentah. Ia tidak mau menggugurkan kandungan yang baru empat bulan itu. Keduanya bertengkar hebat sampai Tania minggat dan pulang ke kediaman ayahnya. Sampai disana pun, keluarga menyuruh Tania untuk menggugurkan kandungan agar Tania selamat dan Tania ngamuk sejadi-jadinya sampai pingsan dan dibawa ke rumah sakit.
Zidan yang baru sampai ke kantor, langsung putar balik dan menyusul Tania yang dibawa kerumah sakit oleh Karel.
Zidan memeluk Tania yang masih menutup matanya dan meminta maaf atas semuanya.
"Maafin aku, sayang. Aku cuman takut kamu pergi. Aku gak papa gak punya keturunan yang penting kamu ada disisi aku sampe aku tua." Lirih Zidan seraya terus memeluk tangan Tania.
"Tapi aku ingin ngerasain jadi ibu, Zidan." Jawab Tania yang sudah bangun sedari tadi hanya saja matanya memejam.
"Kamu janji gak bakalan ninggalin aku?"
Tania mengangguk lemah. Ia akan berjuang demi anak dan juga dirinya. Ia tidak mau menyia-nyiakan itu. Apalagi jika memang ia selamat, rahimnya langsung diangkat.
Empat bulan berlalu, Tania hanya diam dirumah. Tiduran, nonton tv, jalan-jalan ringan. Tania hanya bisa beraktifitas seperti itu. Ia tidak bisa melakukan hal lain karena kandungannya sangat amat lemah. Jika Tania kecapean berlebihan maka bayi itu tidak akan selamat.
Bahkan selama delapan bulan itu, Zidan tidak bisa menengok bayinya. Ia hanya bisa bersabar dan mengusap perut Tania yang membuncit.
"Kamu kuat ya, sayang. Mommy sama Daddy nunggu kamu disini."
Mereka waktunya untuk cek up kandungan. Zidan dengan telaten mengurus istrinya tanpa melibatkan siapapun jika dirinya tengah ada dirumah. Ketika di kantor maka asisten rumah tangga datang untuk membantu Tania mengurus rumah.
Sampai di dokter kandungan, si dokter wanita itu tersenyum masam.
"Nyonya Tania, gumpalan tumor itu semakin besar dan menghambat perkembangan bayi. Agar bayi nyonya bisa selamat, kemungkinan kita akan operasi cecar agar bisa mengangkat janin dan tumor itu. Bagaimana?"
Tania pias. Ia takut jika semuanya tidak selamat. Ketika melihat layar yang menampilkan isi didalam perutnya, ada rasa haru dan sakit yang mendera. Putra nya terlihat tidak nyaman dekat dengan penyakitkan.
"Jadi hanya solusi itu dokter?" Tanya Zidan. Zidan tahu jika istrinya ingin melahirkan secara normal.
"Besar kemungkinan kalian bisa selamat."
"Tapi dok, umur nya belum sembilan bulan."
Dokter itu tersenyum, "teknologi sekarang canggih. Kami akan berusaha agar kalian berdua bisa selamat."
Zidan dan Tania bertatapan. Zidan hanya ingin yang terbaik untuk Tania dan juga putranya.
"Gak papa ya cecar? Untuk kali ini dengerin aku." Ucap Zidan seraya mengelus rambut Tania dengan sayang. Dengan berat hati Tania mengangguk. Tidak ada pilihan lain selain operasi.
Akhirnya Tania langsung dibawa keruangan intensif untuk pemeriksaan lebih lanjut. Semua keluarga berkumpul dan terus memberikan dukungan untuk Tania dan Zidan yang pasti tegang minta ampun.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tania Jolie(SELESAI)
Teen FictionBagusnya, follow sebelum membaca... Tania kira, semua yang ada di diri Zidan sudah ia ketahui dari luar maupun dalam. Namun semuanya salah ketika zidan tiba tiba menghilang dan Tania dibawa ke singapura oleh ayahnya. "jangan pergi lagi, jangan zid...