37• OH SHUT UP!- Setelah sekian lama

129 8 11
                                    

Tania terkikik pelan seraya memegang perutnya yang mengembang. Ia tertawa melihat suaminya membawa permen lolipop pelangi dengan wajah memerah. Di umur yang ke 28 tahun, tentu Wildan merasa malu membeli satu buah permen lolipop.

"Makasih ya, mas."

Wildan tersenyum melihat Tania bahagia. Tidak hamilpun, Wildan akan melakukan apapun yang Tania inginkan. Tania bahkan sampai rela-rela datang kerumah sakit hanya karena ingin menyalurkan nyidamnya. Padahal Tania bisa saja menelpon Wildan. Tania hanya tidak mau Wildan merasa kerepotan. Maka ia harus melihat, apakah suaminya tengah senggang atau sibuk. Baru ia akan meminta ini dan itu kepada Wildan.

Soal rasa kepada Zidan, rasa itu masih ada. Bahkan tidak pernah terlupakan. Zidan akan menjadi sosok paling berharga meskipun sekarang ia akan mempunyai anak dari suaminya.

"Mas?"

"Iya, bumil?"

Tania terkekeh lucu mendengar jawaban Wildan. "Aku pengen ke taman. Mas sibuk gak?"

Wildan mengecek arlojinya lalu menggeleng kearah istrinya. "untung hari ini aku cuman punya satu jadwal operasi. Itupun tadi malam sampai pagi."

Tiba-tiba bibir Tania melengkung kebawah. Tania merasa kasihan kepada suaminya. Sudah cape-cape bekerja bahkan sampai pagi, siangnya harus memenuhi keinginan Tania.

"Gak jadi deh. Aku kasian sama mas."

Wildan terkekeh. Ia mengusap rambut Tania dengan sayang. Cintanya kepada Tania semakin menggunung. "Enggak sayang. Kamu ada di sisi aku adalah energi bagi aku. Aku gak bakalan cape kalau ada kamu."

"Bener?" tanya Tania memastikan.

"Bener. Sekarang, mau ketaman mana?" tanya Wildan seraya berdiri. Ia menatap Tania yang masih memegang lolipopnya. Sangat menggemaskan.

"Nanti aku kasih tahu." Dan Wildan hanya mengangguk. Dia dengan hati-hati menggandeng Tania. Umur janinnya sekitar 6 bulan. Awalnya, kehamilan Tania sedikit di tentang oleh Karel, mertuanya. Karel merasa takut jika harus kehilangan Tania. Karel memiliki trauma tersendiri. Ia tidak mau melihat orang hamil dalam keadaan masih muda.

Maka dari itu, Wildan segera konsultasi. Ia harus memberikan bukti bahwa Tania sudah bisa mengandung. Sampai akhirnya, Karel menyetujui. Lagian, Karel mana tega cucunya tidak jadi ke dunia ini. Bahkan Karel sampao tidak menyangka, di umurnya yang terbilang muda, dia akan menjadi kakek.

"Stop, mas."

Wildan menengok kearah taman. Disana sudah ada banyak orang-orang ditaman. Dari anak kecil, muda, dewasa sampai lansia. Cukup ramai.

"Aku mau ayunan. Dulu aku pernah... "

Wildan menunggu Tania melanjutkan ucapannya. Namun, sepertinya kata-kata Tania menggantung.

"Pernah apa sayang?"

"Aku— aku main ayunan sama Zidan."

Wildan sama sekali tidak pernah cemburu ketika Tania membicarakan soal Zidan. Malah, Tania sendiri yang selalu tidak enak kepada Wildan. Sudah satu tahun bersama, Zidan tidak pernah hilang di otak Tania.

"Ayo. Sekarang aku yang bakal ngayunin kamu sama calon anak aku."

Tania menoleh mencari kecemburuan dimata Wildan. Namun, Wildan adalah lelaki dewasa. Ia selalu menerima apapun. Tania semakin bersyukur memiliki suami yang tidak menuntut.

Akhirnya mereka sampai di taman. Tania menduduki ayunan itu seraya menjilat lolipop pelanginya. Sedangkan Wildan mengayun dengan pelan. Ia membuka ponselnya dan memotret Tania diam-diam. Tania sangat lucu bahkan ketika mengandung. Wildan saja sampai takut jika orang-orang berfikir ia menghamili anak kecil. Ya, meskipun umurnya dengan Tania rada jauh.

"Ta-tania."

Jilatan Tania terhenti. Ia mengenali suara itu. Yang pasti itu bukan suara Wildan, suaminya. Tania bergetar, bahkan lolipopnya pun jatuh. Wildan dengan sigap berjongkok dan memegang bahu Tania. Wildan ikut khawatir melihat Tania tremor.

"Tania? Tania?"

"Mas... Gak mungkin." Tania menangis. Bibirnya bergetar. Ia sangat jelas mendengar suara itu. Wildan menoleh kebelakang punggung Tania. Disana ada lelaki berdiri dengan gagah. Berbaju kemeja hitam yang kancingnya terbuka dua. Lengannya dilipat dan memakai kain bahan warna hitam pula.

"Kamu, Zidan?" tanya Wildan meskipun ia sangat tahu siapa dihadapnnya kini. Sedangkan Tania masih tidak berani menoleh.

"Tania... Sayang." lirih Zidan.

Tania semakin ketakutan. Meskipun dirinya merindukan Zidan. Namun waktunya tidak tepat. Ia belum siap bertemu dengan Zidan. Bagaimana bisa ini terjadi. Ia kesini memang reall untuk bermain sekaligus mengenang kenangan mereka.

"Tania. Kamu kuat. Mas percaya sama kamu." Wildan membujuk Tania. Lelaki itu memegang pipi Tania dan mengusapnya. Wildan mengecup bibir Tania agar seluruh orang tahu bahwa Tania istrinya termasuk Zidan yang menatapnya begitu terluka.

Tania menghela nafasnya lalu mengangguk kearah Wildan. Ia berdiri dari ayunan. Tania berbalik dan menatap lelaki yang sangat sangat ia rindukan. Tania menangis lagi namun sekarang dengan isakan.

"Zidan."

Zidan tidak bodoh. Dimatanya, Tania terlihat berbeda. Tania mengandung. Tania terlihat semakin manis. Namun, Tania bukan lagi miliknya. Zidan sangat terluka melihat itu.

"Kamu gak nunggu aku?"

Tania menggeleng lirih. Kali ini, Tania benar-benar tidak menunggu dan tidak berharap kepada Zidan.

"Aku kesini buat bawa kamu, Tania."

Tania menatap Zidan dengan tatapan luka. "Terlambat, kak Zidan. Aku—" Tania menelan salivanya menahan gejolak yang sepertinya akan keluar. "Aku sudah milik orang lain."

Zidan menggeleng tidak mengerti. Ia datang kesini untuk melamar Tania. Setelah setahun lebih berlalu, akhirnya Zidan bisa kembali. Tapi ternyata, kedatangannya kesini adalah sia-sia. Ia sangat terlambat.

"Tania." isak Zidan.

Meskipun ragu Tania menghampiri Zidan dengan ijin Wildan lewat tatapannya. Tania memegang pipi Zidan yang berair. Zidan terluka karenanya. Zidan kembali menangis karenanya.

"Maafin aku, kak Zidan. Maaf."

"Tania..."

Keduanya saling menangis dengan takdir yang mereka hadapi. Sedangkan Wildan kembali ke mobil. Ia memberikan waktu kepada dua manusia yang saling merindukan meskipun sekarang gejolak aneh menyerang padanya. Setelah setahun berlalu, baru kali ini Wildan cemburu kepada Zidan. Ia takut, Tania kembali kepada Zidan.

-

Gue gak sebaik dan sejahat itu buat bikin pembaca gue sedih atau gak puas dengan alur yang gue buat. Cuman disini, reall gue lagi nyalurin apa yang ada di otak gue. Jadi kalo otak gue harus nulis gitu, ya jari ngikut.

Segini aja pembaca nya gue udah senengnya sujud sukur bgt. Maafin gue kalo gak bisa muasin kalian sama hasil karya gue.

Entah itu happy ending atau sad. Hanya otak aing yg tahu. Skrng aja w gak tau alur kedepannya kek gmna 😂

Tania Jolie(SELESAI) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang