extra part

115 9 5
                                    


🔞

Pagi-pagi sekali Tania sudah menangis tersedu-sedu didalam kamar mandi. Zidan menguap dan berjalan mencari tahu kenapa istri tercintanya menangis. Disana, Tania duduk diatas closet seraya memegang benda persegi panjang. Zidan tahu benda yang sangat tidak asing itu.

Zidan jongkok dan mengusap pipi Tania dengan lembut. "Kenapa sayang? Negatif lagi, ya?" tanya Zidan.

Tania menatap Zidan begitu pedih. Hatinya sakit ketika usia pernikahan mereka yang sudah tiga tahun masih tidak memiliki keturunan. Mereka sudah mengecek satu sama lain dan semuanya subur-subur saja. Tania takut tidak bisa memberikan keturunan kepada Zidan dan takut Zidan berpaling kewanita lain.

"Maafin aku. Maafin aku."

"Sstt... Udah berapa kali aku bilang. Ini bukan salah kamu. Mungkin tuhan belum bisa ngasih rezeki anak. Kamu sabar ya."

"Aku takut, Zidan. Aku takut enggak bisa ngasih kamu anak."

Zidan mulai tersulut. Ia sudah muak dengan Tania yang selalu mempermasalahkan soal anak. Padahal Zidan biasa-biasa saja tidak terlalu memperdulikan. Jikapun memang dirinya tidak dikaruniai seorang anak ia tidak akan sekalipun berpaling. Ia bisa hidup bedua dengan istri tercinta nya.

"Denger, Tania! Aku gak suka kamu kayak gini!  Coba sabar. Mungkin belum waktunya. Aku udah muak kalo kamu nangis benda itu!" tangan Zidan mengambil tespeck yang ada ditangan Tania dan membantingnya.

Tania yang salah paham semakin menangis. Tania menganggap, jika Zidan muak karenanya. Muak karena tidak memdapatkan apa yang mereka inginkan.

"Sabar? Kurang sabar apa lagi, Zidan. Aku udah minum obat-obatan, jamu. Kita juga udah konsultasi tapi tetep aja nihil. Aku cuman ingin ngerasain mengandung."

Zidan memegang rambutnya kesal. Tania tidak memgerti. "Bukan itu maksudku Tania!"

"Terus apa, Zidan? Kamu juga pasti kesel kan karena aku gak hamil hamil?"

"TANIA!"

"Astaga!" Zidan segera memeluk Tania karena kelepasan membentak istrinya itu. Tania menangis sejadi-jadinya seraya mencoba melepaskan diri dari pelukan suaminya itu. Tania lelah dengan harapan harapannya. Ia ingin sekali mengandung anak Zidan.

"Aku cuman pengen hamil anak kamu, Zidan, hiks."

"Iya, aku ngerti. Kamu sabar ya, sayang. Sabar sebentar lagi." Zidan terus mengusap bahu Tania mencoba menenangkan Tania yang emosi.

Entah berapa menit mereka dikamar mandi. Yang pasti Tania malah tertidur dipelukan Zidan dan langsung dibawa kekasur untuk kembali dibaringkan. Tania cukup histeris tadi sampai kecapean seperti ini.

Zidan mengusap rambut Tania dengan sayang. Ia tidak pernah menyinggung perihal anak. Bahkan Zidan tidak sekalipun meminta anak kepada Tania. Namun Tania sepertinya ingin sekali menjadi ibu supaya keluarganya lengkap.

Dengan ini, Zidan mulai memohon kepada tuhan agar mengabulkan keinginan istrinya. Ia ingin istrinya bahagia mungkin dengan adanya anak diantara mereka. Zidan memyingkap kaos Tania dan menampilkan perut rata istrinya itu.

Zidan mengusapnya dan mengecupnua dengan sayang. Zidan berharap apa yang ia harapkan terkabul. Semuanya demi istrinya, Tania.

Tiba-tiba rambut Zidan dibelai oleh Tania. Tania masih memakai ekspresi sedihnya apalagi melihat Zidan tengah mencium perut ratanya.

"Ayo usaha lagi, Zidan."

Zidan mengangguk. Ia mencium bibir Tania dengan lembut dan berperasaan. Namun lama kelamaan lumatan itu semakin menjadi dan berganti menjadi adegan panas suami istri. Zidan selalu kelaparan akan tubuh istrinya yang kian hari terasa manis. Semua ia cium tanpa celah.

"Zidannhh... "

Zidan meraup payudara Tania dengan hasrat yang kian menggebu. Sedangkan tangannya melepaskan sesuatu yang dibawah dan mulai melancarkan aksinya. Zidan menatap istrinya yang terengah-engah. Tanianya begitu cantik sekali.

Mereka mulai ketitik puncaknya. Sahutan-sahutan panas menguar sampai sinar mentari muncul. Untungnya hari ini adalah hari libur dengan itu Zidan bisa tidur sepuasnya.

"Aku sayang kamu, Tania. Ada atau enggaknya dia diantara kita, gak bakal buat kita pisah, kecuali..."

"Maut yang memisahkan?" lanjut Tania seraya tersenyum hangat. Tania memeluk Zidan setelah hubungan intim mereka. Ya, Tania hanya perlu berfikir positif. Ia tidak akan terganggu dengan ocehan orang lain karena belum mendapati keturunan. Ia masih mempunyai Zidan yang sangat mencintainya sedari dulu.

-

Dah ya, aku ngeri lanjutinnya:( takut ada season dua hahahaa

Tania Jolie(SELESAI) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang