36 •OH SHUT UP!- Pernikahan

130 11 12
                                    


Kaget gak sih kalian. Aku juga kaget kok. Ternyata Zidan ngejagain jodoh orang, hahaha. Mana dari orok lagi HAHAHA.

-

H-2 menuju pernikahan. Belum mulai pernikahan pun Tania sudah gugup. Ia masih tidak menyangka, di umurnya yang 21 tahun ini, ia akan segera menikah dengan lelaki berumur 27 tahun.

"Ayah, udah ngabarin mami Yola soal pernikahan aku?" tanya Tania dengan harap-harap cemas. Dua bulan setelah kepergian Zidan, keluarga Natariksa seolah menutup akses untuk berhubungan dengannya.

Karel yang tengah duduk seraya minum kopi hanya menggeleng tanda tidak ada sahutan dari mami Yola. "Tapi ayah udah ngabarin lewat email ke Dimas. Mudah-mudahan dibaca dan datang ke pernikahan kamu."

Tania menghela nafasnya pasrah. Ia kira, walaupun sudah putus hubungan dengan Zidan, hubungan dengan keluarganya tidak akan seperti ini. Ternyata, mereka selalu pintar sembunyi. Tania hanya mengikhlaskan jika memang semuanya sudah terlanjur begini.

Tania pergi kekamarnya. Ia membuka lemari dan mengambil album yang berisikan dirinya dengan Zidan. Zidan selalu ada dihatinya. Bahkan Tania akan menikahpun, Zidan tidak akan terlupakan. Meskipun bukan Zidan yang menjadi suaminya, Tania akan tetap mencintai Zidannya.

"Aku gak pernah menyangka kalau kita benar-benar tidak bisa bersatu, Zidan." lirih Tania. Ia mengusap pipinya yang berair.

"Dua puluh satu tahun bersama, ternyata tidak menjadi kita sampai ke pelaminan. Aku akan menjadi istri orang lain, Zidan."

"Aku— aku mencintaimu. Aku merindukanmu Zidan." tangis Tania semakin menjadi. Ia mengusap foto dirinya dan Zidan diwaktu kecil.

"Maaf kalau aku ngecewain kamu. Tapi, sekarang mas Wildan sudah ada di hatiku juga.  Aku selingkuh kan, Zidan?"

"Semoga kamu bahagia tanpa aku. Dan semoga aku juga bahagia tanpa kamu. Maaf sekali lagi." Tania segera menutup album itu dan mengembalikannya ketempat semula. Bisa panjang tangisannya jika terus menatap foto demi foto dirinya dan Zidan.

Drrtt Drrrtt.

Tania menoleh kearah ponsel yang bergetar. Tertera nama mas Wildan memvideo call nya. Tania segera mengusap wajahnya dan menatap dirinya dicermin. Ia tidak mau jika Wildan melihatnya menangis karena memikirkan Zidan terus.

Tania mengangkatnya dan tersenyum. Disana, Wildan tengah duduk dengan jas yang sudah terlepas. Tania tahu, Wildan baru saja melakukan operasi. Terlihat dari matanya, Wildan begitu kelelahan.

"Mas kalau mengantuk tidur saja. Jangan malah telepon aku." ucap Tania tidak enak hati.

Wildan disana menggeleng, "Aku kangen kamu. Lagian, besok juga aku udah libur."

Tania tersenyum, "cepet juga ternyata."

"Kamu bahagia, Tania?"

Tania diam lalu tersenyum kearah Wildan. Tania mengangguk. Ia harus bahagia di pernikahannya. "Iya, mas. Kalau bisa, dipercepat, hehehe."

Wildan yang tadinya kelelahan, mendengar suara tawa Tania menjadi lebih segar. "Sabar ya, sayang. Tunggu mas mu ini."

Tania mengangguk. Setelah beberapa lama akhirnya mereka memutuskan panggilan. Tania ingin segera pergi kealam mimpi. Akhir-akhir ini Tania memang sering tertidur. Mungkin akibat terlalu cape tadinya.

-

"Saya nikahkan, Wildan Putro dengan anak saya, Tania Jolie dengan mas kawin seratus gram dan uang senilai dua puluh juta dibayar tunai."

Wildan menarik nafasnya, "saya terima nikahnya, Tania Jolie dengan mas kawin seratus gram dan uang dua puluh juta dibayar tunai."

"Semua, Sah?"

"SAAHHH!"

Putri dan Lala yang menghadiri pernikahan sahabatnya menangis terharu. Ia tidak menyangka jika Tania menikah dengan orang lain. Bukan dengan Zidan. Ternyata jodoh memang tidak ada yang tahu.

"Mmii.. Mmii. "

"Ah, sayang. Mami sampe lupa sama kamu." ucap Lala kepada anaknya yang terus memanggil di gendongan ayahnya, Reno.

Reno hanya tersenyum dengan bahagia. Ia fikir, setelah melepaskan Tania, gadis itu akan bersama Zidan selamanya. Reno juga tidak menyesal karena harus melepaskan Tania. Reno sekarang punya keluarga sendiri meskipyn rintangan nya belum selesai. Reno menatap Lala yang cuek kepadanya. Ia hanya berbicara jika penting kepada Reno. Selain itu Lala hanya sibuk dengan bayi serta pekerjaannya. Reno berharap, Lala membuka hati kepadanya.

Setelah ijab kobul terlaksana, para undanganpun berbondong-bondong menyalami pengantin. Ada juga yang meminta foto untuk sekedar kenang-kenangan. Putri dan Lala sangat antusias. Mereka sangat heboh dengan pernikahan Tania.

"Aduh, ternyata gue emang harus terakhir nih!" decak Putri tidak terima. Karena diantara mereka, Putri belum menikah dan juga belum mempunyai pacar lagi.

"Sabar, sebentar lagi mungkin."

"Gak, ah. Gue mau jadi rich aunty aja, hahaa."

Semua terkekeh dengan ucapan Putri. Meskipun Putri selalu heboh setiap melihat orang ganteng, Putri adalah tipikal orang yang pemilih. Lagian menurut Putri, ia masih muda. Masih banyak pencapaian yang harus ia raih.

"Selamat ya, sayang. Semoga Samawa dan bahagia sampai nenek kakek. Ternyata jodoh bener-bener diluar dugaan. Dan lo pinter banget. Setelah putus dari kak Zidan, dapet dokter ganteng." ucap Lala.

"Makasih ya, La. Lo juga harus bahagia. Jangan ada perceraian diantara kalian berdua. Lo harus inget Lili."

Lala tersenyum kearah Tania dan mengangguk.

"Wah, mantan gebetan gue nikah akhirnya. Selamat ya, Tania. Selamat kamu udah keluar dari Zona itu. Gue bakal selalu ada buat lo meskipun ada suami lo."

Reno kini menoleh kearah Wildan, "Jaga Tania ya, Bro. Dia sudah terlalu rapuh. Jangan bikin Tania semakin pecah. Gue bakal jadi orang yang pertama ngebunuh lo kalau Tania menangis."

Wildan mengangguk dan menepuk bahu Reno.  Ia janji tidak akan memyakiti istrinya itu. "Makasih, Bro. Lo udah percaya."

Setelah ketiganya turun dari pelaminan, Tania tersenyum menatap Wildan. Lagi-lagi ia tidak mengangka jika Wildan menjadi suaminya sekarang.

"Mas?"

"Hmm? Kenapa istriku?"

Tania tersenyum haru saat mendengar Wildan memanggilnya Istri. "Makasih udah jadi suami aku. Makasih udah buat aku keluar dari lubang itu."

Wildan memegang pipi Tania yang terpoles make up cantik. Wildan benar-benar tergila-gila kepada Tania. "Hei... Bukan aku yang buat kamu keluar dari lubang itu. Tapi kamu sendiri yang berusaha. Mas bangga sama kamu Tania."

"Mas?"

"Hmm?"

"Aku— aku mencintai Mas Wildan Putro."

Wildan tersenyum. Wildan baru pertama kali mendengar Tania mengucapkan kata indah itu. Selama dua bulan ini, Tania hanya tersenyum kearahnya. Tidak memberikan kata;aku menyayangi mas, aku cinta mas, atau aku merindukan mas. Wildanpun tidak pernah menuntut. Tapi, ketika Tania mengucapkan kata itu, hati Wildan menghangat. Kebahagiaan Wildan semakin besar.

Tania Jolie(SELESAI) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang