Menangis.Zidan membawa gadis itu mengelilingi kota jakarta. Entah kemana yang pasti ia ingin selalu dekat-dekat dengan gadis itu. Bahkan semalaman tadi, Zidan susah tidur karena memikirkan Tania. Zidan rindu Tania.
Zidan menggengam tangan kecil milik Tania di sela-sela ia menyetir. Tania pun menoleh lalu tersenyum hangat. Hati Zidan berdesir hebat. Bagaimana ia bisa menyia-nyiakan Tania yang cantik dan sabarnya luar biasa ini.
"Tania mau kemana? Nanti Zidan anterin kemana yang Tania mau." ucap Zidan seraya fokus menatap jalan raya.
"Gak tau. Aku maunya tetep sama Zidan."
Zidan tersenyum, "Zidan juga."
Setelah lama mengelilingi kota tanpa arah. Akhirnya mereka memutuskan ke apartment milik lelaki itu. Zidan segera memesan makanan lewat online untuk menemani mereka di apartemen.
Setelah sampai, Zidan segera memeluk Tania begitu erat. Mencium pucuk kepala gadis itu tanpa bosan. Tania juga sangat senang dengan perlakuan Zidan.
Dulu, Zidan adalah lelaki yang cuek. Bukan cuek dari segi kasih sayang. Tania tahu Zidan sayang padanya. Hanya saja perlakuannya tergolong cuek. Tidak seperti sekarang. Lelaki itu terus menggenggam, sesekali mencium lengannya serta tak henti-henti memeluknya.
Tania takut kalau semuanya hanya semu semata. Tania berdoa agar kebahagiaan ini tidak pernah usai sampai kapanpun.
Zidan menyalakan tv dan merubah channel ke netflix untuk mencari film yang mereka suka. Setelah menemukan apa yang mereka cari, mereka pun menonton dengan khidmat seraya mencomot makanan yang mereka pesan tadi.
Zidan menoleh kearah Tania yang fokus dengan filmnya. Lagi dan lagi, Zidan tersenyum seraya bersyukur atas kembalinya Tania di kehidupan Zidan. Zidan tidak bisa hidup tanpa gadis itu.
Bahkan setelah 4 tahun berlalu, saat dirinya berada di amerika bersama kedua orang tuanya, ia tak henti-henti memikirkan Tania. Maminya sampai marah-marah karena membuat Tania kecewa.
Sekarang tidak lagi. Zidan kapok. Ia tidak mau kehilangan Tania untuk kedua kalinya.
"Tania?"
"Iya?"
"Aku sayang kamu."
Tania yang akan memasukan pizza kedalam mulutnya langsung terhenti. Ia menoleh kearah Zidan yang kini menatapnya begitu dalam.
Tania tersenyum hangat. Ia menurunkan pizza itu dan langsung mendekatkan diri kearah Zidan.
"Aku juga sayang kamu. Kamu jangan tinggalin aku, ya."
"Gak lagi. Aku gak mau kehilangan kamu. Ini berat, Tania." ucap Zidan begitu serak.
Tidak ada Tania ketika dirinya benar-benar terpuruk adalah hal yang paling menyakitkan kan.
"Zidan?" Tania kaget melihat Zidan menitikkan air mata. Ia mengusap dengan lembut seraya tersenyum.
"Jangan sedih. Kita berjuang sama sama dari awal lagi. Buat semuanya jadi indah. Bisa?" tanya Tania.
Zidan langsung memeluk gadis itu cepat-cepat. Ia mengangguk-anggukan kepalanya. Ia akan berusaha untuk menjadi lebih baik lagi. Tania sudah memberinya kesempatan untuk bersama.
-
Aidan menghela nafasnya untuk kesekian kali. Membuat teman-teman satu tongkrongan menatap aneh kearah Aidan.
"Kenapa lo, Dan?"
Lelaki berusia 17 tahun itu berdecak. Bahkan suasana hatinya tidak mencair setelah berlama-lama main di tongkrongan. Ia sibuk memikirkan kakaknya. Aidan ingin sekali meminta maaf karena sudah membuat Tania bersedih karena nya. Namun, lelaki itu juga gengsi apalagi nanti Tania pasti akan membawa Zidan. Bahkan, ketika mengingat nama Zidan pun malah memperburuk keadaan.
Byuurrr
Aidan terperanjat dengan terengah karena tiba-tiba seseorang menumpahkan air kepadanya. Matanya menukik tajam melihat siapa yang berani menganggu Aidan.
Seketika satu tongkrongan hening karena insiden itu. Sosok perempuan tinggi dan kurus menatap lelaki yang baru saja ia sembur sembari berkacak pinggang.
"Apa-apaan sih, anjing!"
"Lo yang anjing!"
"Apa! Ngapain lo nyembur gue! Sialan, basah semua, bego!"
Gadis itu mencibir, "nyenyenye..."
Aidan menatap aneh ke cewek itu. Mereka tidak saling mengenal, tapi dia dengan berani melawannya. Padahal seluruh anak tongkrongan segan padanya.
"Eh, Moza! Astaga! Maaf yah, kak Aidan atas kelancangan temen saya." seloroh gadis satu lagi yang tiba-tiba datang. Wajahnya sangat merah padam mungkin menahan malu. Sedangkan cewek yang bernama Moza masih dengan wajah songongnya.
"Sekali lagi lo bikin temen gue nangis, awas lo!" desis Moza seraya menunjuk kearah Aidan yang masih diam mencerna apa yang terjadi.
Aidan berdecak seraya menghempaskan telunjuk Moza. Masalah baru sudah di mulai. Kenapa sih banyak sekali masalah, pikir Aidan begitu keras. Aidan membuka bajunya tanpa peduli. Tentu anak tongkrongan yang di banyakin lelaki bersorak ria.
"Cuci baju gue sampe bersih!"
"Ogah. Siapa lo, anjing."
"Heh, kasar, maneh!" seru Aidan.
Nyatanya, Aidan adalah cowok yang humoris dan pandai bergaul. Namun walaupun humoris, Aidan termasuk orang yang disegani karena kalo mencari masalah padanya, kelar. Tapi karena yang mencari masalah sekarang adalah perempuan, Aidan mencoba bersabar dan mengalah.
"Bawa yah, Moza cantik. Bertanggung jawab dong bikin gue basahhh... " Ucap Aidan di akhiri dengan desahan membuat Moza yang berdiri menggeram kesal. Alhasil Moza membawa kemeja sekolah milik Aidan seraya menjauh. Temannya pula hanya menenangkan Moza yang masih misuh-misuh.
"Lo bikin masalah apa emang?" tanya salah satu teman Aidan.
Aidan menaikan bahunya, "Gak tau."
"Mangkanya jangan baperin anak orang mulu. Kena Sembur kan."
Aidan merasa bahwa dirinya tidak pernah mempermainkan perempuan. Sampai saat ini Aidan belum mempunyai seseorang selain Tania dan maminya. Namun, jika ada yang berkenalan maka Aidan akan menerimanya, mencoba hangat. Bahkan chat yang masuk sebagian adalah cewek, Aidan tetap membalas. Gabut aja, gitu. Aidan meringis, mungkin karena ia terlalu ramah, banyak hati gadis yang ia chat merasa tersanjung dan akhirnya jatuh cinta. Ah, Aidan sangat percaya diri sekali.
-
(Aidan nugroho)
Minggu 15 agustus 2021
Viaaaaawp byeeee.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tania Jolie(SELESAI)
Teen FictionBagusnya, follow sebelum membaca... Tania kira, semua yang ada di diri Zidan sudah ia ketahui dari luar maupun dalam. Namun semuanya salah ketika zidan tiba tiba menghilang dan Tania dibawa ke singapura oleh ayahnya. "jangan pergi lagi, jangan zid...