Twenty Six / Permintaan Papa dan Mama

718 40 7
                                    

Ada yang kangen sama author? Pasti gak ada, okay😌

Udah author gas nih, up lagi. Menemani waktu istirahat kalian di hari yang menyebalkan ini😌

Gimana hari kalian? Apakah ada yg mau di ceritakan? Boleh tulis di kolom komentar, gimana hari Senin kalian☺️

Happy reading ☘️☘️☘️

***

"Kenapa tidak mau menunggu saya?"

Valen diam begitu Pak Gara bertanya dengan nada datarnya. Tatapan matanya tak kalah tajam. Aura Pak Gara sungguh tidak enak, ingin segera Valen pergi dari sini.

Tadi, setelah Pak Gara memintanya untuk menunggu, Valen tak menghiraukan kalimat Pak Gara. Segera saja, Valen berjalan menjauh dari perpustakaan menuju kantin kampus.

Naasnya, pelarian Valen tertangkap karena Pak Gara yang memanggil dan menyusul Valen. Menariknya masuk ke ruang dosen, tepatnya ruangan Pak Gara.

Pasrah.

Valen terpaksa mengikuti Pak Gara ke ruangannya. Valen tak berkutik karena pertanyaan Pak Gara yang menuntut, hanya tarikan napas dan pandangan matanya yang ke bawah.

"Valentine Febiola."

"Ya-iy-iya, Pak?"

"Haruskan saya mengulang pertanyaan untuk kedua kali?"

Valen menggeleng, "Saya... Saya, mau buru-buru pulang, Pak."

"Tadi kamu berjalan ke arah kantin kampus. Itu bukan jalan untuk pulang ke rumah mu, bukan?"

"Atau kamu memang menghindar dari saya?" Tambah Pak Gara.

Valen meringis, "Engga kok Pak. Saya enggak menghindari, Bapak." Katanya sambil menggaruk pelipis.

"Saya kira kamu merasa bersalah karena tidak sengaja meninggalkan buku merah itu."

Tepat sasaran.

Mengapa Pak Gara selalu tau apa yang Valen rasakan. Seperti peramal saja, apa iya Pak Gara memiliki semacam Indra keenam?

Menggelengkan kepalanya, mengusir pikiran bodoh. Tidak mungkin Pak Gara memiliki Indra keenam. Apalagi peramal, Pak Gara salah satu dosen yang rajin melaksanakan sholat di masjid kampus. Sepertinya pikiran Valen mulai berantakan saking lelahnya begadang.

"Bapak, manggil saya kenapa ya, Pak?" Tanya Valen tak ingin berlama-lama.

Jantungnya berdebar, ia takut jika Pak Gara mendengar debaran jantungnya yang begitu cepat. Valen akan sangat malu nanti.

"Tugas dari saya, sudah selesai bukan?" Tanya Pak Gara.

Valen mendongak, "Iya Pak. Tugas dari Bapak sudah selesai. Mungkin besok saya akan kumpulkan ke Bapak." Jawab Valen ragu-ragu.

"Bagus." Pak Gara menunjukkan senyum kepuasan, berbeda dengan Valen yang seketika berfirasat tidak enak.

Tersenyum canggung, "Kenapa ya, Pak? Hehe..."

"Kamu masih jadi penanggung jawab mapel saya kan? Saya butuh bantuan kamu untuk koreksi kuis anak-anak. Kalo kamu senggang, bisa kita mulai hari ini."

"Hah?"

"Koreksi kuis?"

Senyum manis terpatri di bibir Pak Gara, "Iya, koreksi kuis. Kamu ada waktu kan?"

Valen meringis, "Enggak Pak."

Mendapat tatapan selidik dari Pak Gara membuat Valen meralat ucapannya, "Maksudnya, enggak begitu sibuk Pak. Jadi bisa bantuin Bapak koreksi." Koreksi Valen dengan senyum aneh di bibirnya.

Yes, Mr Lecturer!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang