Chapter Thirty / Perempuan yang Gara Sukai

726 28 11
                                    

Mau curhat dikit boleh gak sih? Boleh lah ya, Author maksa nih wkwk

Kalo mau skip, boleh aja. Langsung di bawah curhatan Author ini yaaaa😽

Harusnya Author rajin up cerita ini dan udah selesai. Tapi di dunia real Author lagi jungkir balik enggak karuan. Stres banget aslinya. Banyak tulisan Author di pf lain yang mangkrak belum sempet Author selesein.

Selain tulisan yang mangkrak, deadline tugas yang tiap hari ada aja bikin pusing, maklum ya, Author masih mahasiswa wkwkwk... Apalagi, Author juga kerja buat nambah-nambahin uang UKT hehe...

Dan lagi, awal bulan Oktober jadi bulan yang kesekian kalinya yang bikin Author patah hati. Kucing kesayangan Author, meninggal entah karena diracun orang atau gimana. Padahal dia lagi hamil, sesek banget harus ngerasain kehilangan lagi.

Makasih ya, yang udah mau baca curhatan Author. Kasih semangat, kasih support meski Author jarang banget up. Tapi, Author merasa kalian sayang sama Author.

Big hug buat para pejuang masa depan, saling menyemangati yuk. Istirahat kalau capek, setelahnya kita bangkit lagi🤗

☘️☘️☘️

Sejak pagi, Mama Audi tak banyak bicara. Wanita paruh baya itu diam dengan raut wajah suram. Menjalankan kegiatan sebagai ibu rumah tangga seperti biasanya, dengan suasana rumah yang sunyi senyap.

Gara tidak akan bertanya penyebab Mamanya berubah menjadi pendiam. Tak lain dan tak bukan karena masalah perjodohan. Gara yang tak ingin melanjutkan perjodohan dan Mamanya yang kekeh agar Gara melanjutkan rencana perjodohan meski berkata rela jika Gara menolaknya.

Gara peka jika Mamanya berharap Gara menarik kembali ucapannya dan berkata akan melanjutkan rencana perjodohan. Tapi, Gara tak bisa membohongi perasaannya. Gara menyukai gadis lain.

"Mama kenapa?" Bisik Papa Pramana yang baru saja datang. Duduk bersama Gara menonton acara berita di televisi.

Sesekali Papa Pramana melirik istrinya yang sibuk bersih-bersih meja dapur meski jam menunjukkan pukul delapan malam. Bahkan sejak Papa Pramana pulang, Mama Audi tak mengeluarkan omelannya. Sekedar menyalami tangan suaminya dan melayani tanpa banyak kata.

Gara menarik napas panjang sebelum menjawab pertanyaan Papanya. Susah payah Gara menyusun kalimat yang tepat untuk menjawab pertanyaan Papa Pramana. Gara sendiri pun tidak tahu, apakah Papanya akan setuju dengan keputusan Gara atau tidak.

"Karena keputusan Gara, Pa." Jawab Gara lesu.

"Keputusan? Memangnya keputusan kamu soal apa?"

"Perjodohan Gara dengan putri dari sahabat Papa dan Mama. Gara menolak."

Papa Pramana menatap tak percaya, "Loh, kamu bilang kemarin mau berkenalan dulu. Kamu usahakan, minta waktu untuk bisa mengenal lebih dekat, sekarang kenapa kamu berubah pikiran?"

"Pantas saja Mama pasang wajah tak enak di pandang sejak Papa pulang. Papa ikutan kena imbasnya." Tambah Papa Pramana dengan nada sedikit kesal.

"Gara minta maaf, Pa." Hanya itu yang bisa Gara ucapkan.

Papa Pramana menghela napas panjang. Di lihatnya, Mama Audi menuju belakang. Terdengar berisik pancuran air, Papa Pramana memijat pelipisnya pelan. Istrinya benar-benar kesal dan melampiaskan kekesalannya dengan beres-beres tak kenal waktu. Kepalanya seketika pening memikirkan pengakuan putra semata wayangnya.

"Sebenarnya ada apa, Gara?" Tanya Papa Pramana. Gara menunduk tak berani menatap.

"Dengar? Mama mu butuh sesuatu untuk melampiaskan kekesalannya." Papa Pramana hapal tabiat istrinya.

Yes, Mr Lecturer!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang