Chapter Thirteen / Bersama Ayah

1K 53 0
                                    

Happy reading🌱
Koreksi typo, jangan lupa yaahh😘

***
Sejak tiga puluh menit yang lalu, tepatnya setelah Valen meninggalkan ruangan dengan keadaan yang tidak baik-baik saja. Membuat Gara diam di kursinya. Matanya tak lepas menatap naas pintu yang terbanting keras, menyebabkan satu engselnya patah.

Entah Gara harus meminta pertanggung jawaban mahasiswinya itu atau membiarkannya saja.

Apa setiap wanita jika dalam keadaan marah mendapat kekuatan lebih besar dari tubuhnya sendiri? Entahlah, hanya makhluk berkaum wanita yang tau.

Hatinya gelisah, tapi matanya justru menatap geli engsel pintu yang tak berbentuk simetris lagi. Astaga, apa yang sebenarnya terjadi padanya. Gara geli sendiri dengan pikirannya.

"Racun apa yang kau berikan pada dosenmu, Nona Valentine?" lirihnya dengan tersenyum.

Ingatannya melalang jauh saat mereka pertama kali bertemu. Dimana saat itu dirinya tengah mengendarai mobil melewati salah satu SMA swasta. Gara yang saat itu tengah menelepon dan tidak fokus pada jalan raya terkejut saat ada seorang gadis SMA berdiri di depan mobilnya yang melintas. Gara menginjak rem sedalam mungkin agar tak menabrak gadis yang tiba-tiba berada di tengah jalan.

Gadis itu tampak menggendong sesuatu di kedua tangannya. Mendekap begitu erat. Tatapannya menunduk, memastikan apakah sesuatu yang berada di gendongannya baik-baik saja. Lalu bibir tipisnya terbuka, seperti mengatakan kalimat entah apa pada sesuatu itu. Tak lupa sebuah kecupan manis ia daratkan pada sesuatu di gendongannya.

Gara sempat terkesima, memandang indah sosok cantik di depan sana meski terhalang kaca mobil. Bukan hanya cantik, sikapnya yang manis di mata Gara mampu membuatnya terpana. Hingga suara ketukan yang cukup keras menyentak lamunannya, mengembalikan kesadaran Gara yang sempat mengangumi gadis SMA itu.

"Kalo nyetir liat-liat dong Om! Bisa nyetir gak sih?!" ternyata gadis SMA ini yang mengetuk kaca jendelanya keras. Gara masih terdiam memandangi.

"Om! Kok diem sih? Gak bisa ngomong? Om Bisu ya?"

"Oh... Yaudah deh, Valen maafin. Lain kali kalo gak bisa ngomong jangan nyetir! Bahaya! Untung aja si Pus ini selamat! Coba kalo enggak, Valen bisa tuntut Om masuk ke penjara!" gertak lucu gadis SMA tersebut.

Setelahnya gadis berpakaian abu-abu itu melenggang pergi, dengan seekor anak kucing berwarna putih dalam gendongannya. Disaat gadis SMA itu pun pergi, Gara masih diam terpaku dengan mobil yang berada di tengah jalan.

Bibir tebalnya menyunggingkan senyum kecil. Ia tertawa pelan, tingkah menggemaskan gadis SMA itu begitu manis. Apalagi disaat gadis itu memarahi dirinya yang tak tahu jika di tengah jalan terdapat seekor anak kucing.

"Kau bahkan mengataiku bisu, Gadis Kecil... Itu tidak sopan namanya..." ujar Gara dengan tawa geli. Melihat ke arah depan dimana gadis itu memasuki SMA dengan jalan ceria. Berlenggak-lenggok kanan dan kiri dengan anak kucing di sebelah tangan kanannya.

Hingga dirinya menyadari ketika bertemu kembali dengan Valen. Dirinya pernah merasa mendengar nama itu, nama seorang gadis SMA yang memarahi dirinya karena seekor anak kucing. Dan benar saja, nama gadis itu sama. Sama-sama Valen.

Terakhir kali dirinya ingat, wajah manis polos tanpa make up, bibir tipis teroles lip balm, dengan rambut terkucir yang berantakan. Menyisakan anak rambut yang nakal, menjuntai ke dahinya.

Sekarang, gadis SMA-nya tumbuh dewasa. Bukan lagi remaja abu-abu yang menolong anak kucing dan memarahinya. Gadis itu kini tumbuh dengan sangat baik dan cantik. Bahkan Gara tak ingin melepas pandangan setiap kali menatap wajahnya yang cantik dengan tatapan polosnya.

Yes, Mr Lecturer!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang