Chapter Two / Dua Kehidupan yang Berbeda

1.7K 67 0
                                    

Pria bernama Sagara Candradinata itu mendengus kesal. Dua sahabatnya selalu merusuh jika berada di kantornya. Apalagi Andre, pria itu selalu menggoda dan menebar pesona pada setiap pegawai wanita yang ia temui.

Sungguh menggelikan.

"Ada apa kemari? Aku sedang sibuk!" ucap Gara.

"Untuk apa punya sekretaris dan orang kepercayaan mu itu? Mereka sungguh tak berguna!" ucap Andre, ia dengan santainya duduk di sofa.

"Setuju. Lagi pula, sejak kau menjadi CEO menggantikan Papa Pramana, kau menjadi lebih sibuk," timpal Rafael.

Rafael dan Andre adalah sahabat Gara sejak SMA hingga masuk Universitas. Rafael, pria bertubuh jangkung dengan pembawaan lebih tenang dan kalem, memiliki wajah tampan khas Indonesia.

Lalu Andre, pria bertubuh tinggi dengan wajah blasteran Indo-Belanda itu memang tampan, tak ayal Andre selalu menjadi pria yang gandrungi banyak wanita.

"Hentikan ocehan kalian yang membuat ku sakit kepala," ucap Gara.

"Kau ini selalu saja begitu, menghina dan menjahati kami," ujar Andre dengan drama nya. Membuat Rafael dan Gara mengeryitkan dahi nya jijik.

"Bukan kami tapi kau!" hardik Rafael, bisa-bisa nya Andre membawa nama nya.

"Kalian selalu mengucilkan ku, padahal kau--" ucapan Andre terhenti saat Gara melemparnya dengan minuman kaleng bersoda.

"Gini dong, kan enak nih!" ceriwis Andre, meskipun wajah nya blasteran dan tampan namun sikap dan kelakuannya sungguh menggelikan.

"Beneran ya Ndre, gue kasihan ntar sama cewek yang mau jadi bini lo!" ucap Rafael, duduk bergabung bersama Andre.

Andre hanya mengendikkan bahu nya acuh, ia tak ambil pusing ucapan Rafael padanya. Jika Gara, pria itu lebih memilih diam dan tak menanggapi.

Lalu Gara duduk menghampiri kedua temannya di sofa. "Ada apa kemari?"

"Kita mau ngajakin lo ke cafe malam ini, kita kan udah hampir semingguan gak nongkrong bareng!" Ucap Andre.

"Gue sibuk Ndre! Lagian minggu depan gue udah mulai ngajar lagi di Universitas baru," Gara membuka minuman kopi berkaleng itu.

"Lo masih mau ngajar lagi? Terus perusahaan lo?" kali ini Rafael membuka suara.

"Sesuai ucapan Andre, buat apa gue punya sekretaris dan orang kepercayaan jika bisa mempekerjakan mereka?" ucapan santai Gara membuat Rafael tercengang, dan Andre tertawa girang.

"Ini baru sohib gue!" Andre menepuk pundak Gara gentle.

"Gila lo Ga, serakah emang ni anak!" kesal Rafael.

Gara tersenyum santai, di sertai Andre yang terbahak. Lucu sekali melihat kekesalan Rafael, memang pria itu terlalu kaku dan jarang mengungkapkan ekspresin nya.

Suara ketukan menginterupsi pembicaraan mereka, tak lama pintu ruangan CEO terbuka. Menampakkan Lydia yang terlihat rapi memakai blazer nya.

"Maaf mengganggu Pak, meeting lima belas menit lagi."

"Ah ya, cek kembali semua materi presentasi. Saya akan datang ke ruang meeting." ucap Gara pada sekretaris nya.

"Baik Pak!" Lydia tersenyum dan membalikkan badan. Sebelum suara seseorang memberhentikannya.

"TUNGGU!"

Bukan, bukan Gara yang melakukannya namun si manusia tebar pesona, Andre.

"Iya Pak?" tanya Lydia dengan sopan.

Yes, Mr Lecturer!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang