Chapter Eight / Kedatangan dan Kebetulan

1.1K 53 0
                                    

Jangan lupa dengerin musik sambil baca part ini🥰

Playlist : Jodoh Pasti Bertemu - Afgan🎶🎶🎶

***
Sesuai janji Valen pada Gea, hari minggu ini, ia akan menemaninya menonton film di bioskop salah satu mall. Valen memakai kaos putih berbalut cardigan hitam. Celana panjang dan sepatu sneakers warna putih. Rambutnya ia cepol atas, di hiasi poni di bagian samping kiri.

Wajah dan lehernya ia poles sunscreen dan bedak tabur, lip balm strawberry untuk bibirnya agar tak kering. Ia bercermin, memastikan tampilannya cukup rapi, Valen menyambar tas selempang yang berada di meja nakas. Lalu menghubungi Gea jika ia telah selesai, tinggal berangkat menuju mall.

Valen menuruni tangga, masih dengan ponsel di tangannya. Di ruang tamu, Ayah duduk santai sembari menonton tayangan televisi, di temani secangkir kopi dan ketela rebus.

"Ayah!" Valen duduk berdampingan. Ayah tersenyum melihat tampilan putrinya.

"Mau pergi keluar?" Valen mengangguk. "--Sama siapa?"

"Gea. Ngajak nonton katanya."

Ayah mengangguk paham. Melanjutkan menonton acara televisinya. Suasana ruang keluarga itu hening, hanya terisi suara-suara ramai dari televisi yang menayangkan acara komedi. Sesekali Valen tertawa kecil ketika melihat pertunjukkan sulap yang aneh, atau si pembawa acara yang membocorkan trik sulap dengan gaya humornya yang khas.

Suara ketukan pintu membuyarkan fokus Valen yang terhanyut sebentar pada tayangan televisi. "Itu pasti Gea."

Valen menatap Ayah, mengulurkan dan mencium tangan Ayahnya sayang, "Yah, Valen berangkat dulu ya. Mungkin nanti sore, Valen udah pulang."

"Iya. Hati-hati, segera kabari Ayah kalau ada sesuatu."

"Pasti Ayah!"

Langkah ceria Valen mengawali minggu paginya. Gea berdiri di depan pintu dengan tampilan manisnya. Celana jeans navy, serta baju lengan pendek di balut jaket. Tas selempang kecil menggantung indah di salah satu pundaknya. Kali ini Valen tampak memaki riasan yang sedikit mencolok dari biasanya saat di kampus.

"Udah lama?" basa basi Valen.

"Baru kok. Oh ya, Ayah kemana? Ngajar privat?" tanya Gea. Ia memang tau jika Ayah Valen adalah pensiunan dosen di salah satu Universitas. Dan kini, membuka jasa les privat untuk anak SMA.

"Libur. Lagi nyantai nonton tv."

"Pamit yuk!"

"Udah gue pamitin ke Ayah. Jadi langsung berangkat aja."

"Oke lah kalo gitu. Yuk! Keburu panas nih!"

Valen mengikuti Gea yang menuntunnya ke halaman. Dimana motor matic berwarna hitam itu telah terparkir di sana. Valen mengambil helm di garasi samping rumah. Keduanya berangkat diiringi tawa ria, membahas hal di sepanjang jalan yang menurut keduanya lucu.

***

"Masih berapa lama lagi?" tanya Valen.

Gea memperlihatkan tiketnya, "Dua jam lagi. Kita nunggu bentar ya."

Valen mengiyakan, "Tapi kursinya agak beda jauh, yang lebih deket gak ada?" Valen menunjukkan angka kursi yang berjarak delapan nomor dari tiket Gea.

"Ga ada, kemaren gue salah pesen tiket. Mau tuker yang lain, tetep gak bisa."

"Yaudah gak papa." Valen tak membahas lagi, "--Sekarang kita nunggu dimana?"

"Lo mau nyari novel gak? Mumpung masih ada waktu." Gea memperlihatkan jam tangannya.

Yes, Mr Lecturer!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang