Chapter Nineteen / Pacarnya Pak Gara?

991 50 2
                                    

"Kakinya masih sakit?" tanya Ayah pada putrinya yang tengah duduk di atas kasur dengan layar laptop yang menyala, menampilkan drama korea kesukaannya.

"Alhamdulillah, Yah. Udah baik kok, tinggal cek up rutin ke Dokter satu minggu sekali."

Ayah duduk di pinggir ranjang, mengamati putri kesayangannya yang masih fokus pada laptop. Lantas, Ayah membelai lembut surai Valen penuh perhatian. Seketika Valen mengalihkan perhatiannya pada Ayah yang menatapnya dalam.

"Ada apa, Ayah?"

"Valen putri Ayah, sampai kapan pun Valen akan tetap menjadi putri kesayangan Ayah."

"Ayah ngomong apa sih?" Valen merasa aneh dengan perkataan sang Ayah. Dirinya tidak tau apa yang menyebabkan sang Ayah berkata demikian.

Ayah menggeleng, "Melihat putri Ayah yang terluka seperti ini membuat Ayah merasa--"

"Ayah!" Valen menggenggam tangan Ayahnya yang mulai keriput, tak sekekar dulu ketika Valen masih berada di dalam gendongannya yang nyaman.

"--Valen gak papa. Valen gak mau denger kalimat itu lagi dari Ayah, ini semua bukan salah Ayah. Valen sendiri kok yang mau nolongin Ibu itu."

Ayah membalas genggaman tangan putrinya, "Baiklah Sayang, maafkan Ayah ya... Entah mengapa Ayah menjadi emosional seperti ini."

Valen mengangguk, lalu menghambur ke dalam pelukan Ayahnya. Pelukan yang menjadi tempat bersandarnya, tempat ternyaman di kala ia merasa lelah dengan dirinya yang mulai beranjak dewasa.

"Maaf, kemarin Ayah tidak bisa menemani Valen cek ke Dokter."

Valen menggeleng, "Tidak Ayah, murid Ayah lebih membutuhkan Ayah dari pada Valen. Lagi pula, Valen sudah besar. Valen bisa kok, cek sendiri ke Dokter."

Kemarin adalah jadwal Valen untuk cek rutin sesuai saran Dokter untuk mengetahui perkembangan kaki Valen yang bertambah bengkak. Sayangnya, salah satu orang tua murid privat Ayah tiba-tiba datang ke rumah dan meminta Ayah untuk memberikan les tambahan. Awalnya Ayah menolak, namun Valen meyakinkan jika Valen tidak masalah untuk cek up sendiri ke Dokter.

"Valen janji, setelah cek nanti Valen langsung pesen taksi trus pulang. Ayah tenang aja, ya."

Ayah menatap putrinya ragu, di saat beliau ingin menemani putrinya, beliau harus menemani muridnya yang tiba-tiba saja meminta jam tambahan. Padahal les akan di mulai dua jam lagi.

"Ayah..." Valen merengek saat Ayah tak menjawab ucapannya. "--Kalo ada apa-apa, Valen langsung hubungi Ayah."

Menghembuskan napas berat, Ayah berusaha meyakinkan diri, "Tapi Ayah anter ya?"

Valen menggeleng, "Ayah..." protesnya. Valen tidak mau jika murid Ayah kecewa jika Ayah datang terlambat.

"Baiklah-baiklah... Ayah temani Valen hingga taksi pesanan Valen datang, bagaimana?" Ayah tampak tak rela melepas putrinya.

"Boleh, Yah. Sebentar lagi dateng kok."

Hingga akhirnya Ayah mengalah dan memilih menemani putrinya hingga taksi online datang. Ia berpesan agar menjalankan mobilnya hati-hati pada pak sopir. Bahkan Valen sempat-sempatnya menggoda Ayah karena kekhawatiran beliau pada dirinya.

"Ayah bangga sama Valen. Bunda juga pasti bangga lihat putri kecilnya tumbuh menjadi gadis kuat dan baik hati seperti Valen."

Valen mengangguk, membenarkan kalimat Ayahnya tanpa menjwab. Bagi Valen, ia hanya ingin yang terbaik. Melihat seorang ibu yang hampir tertabrak kembali mengingatkannya pada alm. Bunda yang mengalami nasib sama. Kecelakaan lalu lintas.

Yes, Mr Lecturer!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang