Chapter Seventeen / Nanti Mikir yang Iya-Iya

1K 59 1
                                    

Jangan lupa koreksi typo yaa, para pembaca tersayang😉

Happy reading🌱

***
Karena luka yang kemarin Valen alami membuat pergerakannya menjadi terbatas. Dengan kaki yang masih di tensocrepe membuatnya tak bisa menaiki motor kesayangannya. Valen sarapan dengan dua lembar roti tawar dengan tambahan isi meses cokelat. Sarapan apapun Valen tak peduli, setidaknya perutnya harus terisi.

Ayah mengabari jika akan pulang nanti siang, karena sorenya Ayah memiliki jadwal les privat dengan beberapa muridnya. Valen tak mempermasalahkan, namun Valen belum mengatakan pada Ayahnya jika ia kecelakaan. Jika Ayah sampai tau, bisa Valen pastikan Ayah akan langsung pulang. Tak memedulikan teman-temannya yang masih berkumpul melepas rindu.

Kali ini Valen memakai tas punggung, agar memudahkannya bergerak. Setidaknya tidak mengganggunya ketika berjalan menggunakan tongkat. Celana jeans yang biasa Valen pakai, kini berganti dengan rok hitam motif bunga di bawah lutut. Baju atasan dengan rumbai di dada berwarna biru muda menambah kesan feminim padanya.

Valen telah bersiap di depan pagar dengan sebuah ponsel di tangannya. Ia akan memesan go-car meski tarifnya sedikit mahal, untuk kali ini saja. Tak lama satu go-car menyetujui penjemputan Valen. Belum beberapa menit, sebuah mobil berwarna putih berhenti di depannya.

Valen mengernyit heran, padahal baru satu menit yang lalu ia memesan go-car, tapi mobilnya sudah datang. Cepat sekali. Tanpa menunggu lagi, Valen masuk ke dalam mobil lewat pintu belakang. Ini baru pertama kali Valen menggunakan go-car, biasanya ia memakai go-tor.

"Sesuai aplikasi ya, Pak!" ujarnya tanpa melihat sekeliling. Valen sibuk membalas chat dari teman-temannya yang tau jika dirinya yang kecelakaan kemarin.

"Kamu pikir saya driver online kamu?" suara berat itu mengejutkan Valen.

"Loh? Bapak?!" Valen terkejut melihat Dosennya tengah duduk di kursi kemudi mobil yang ia tumpangi.

"Bapak kerja driver go-car juga? Emang gaji jadi Dosen kurang ya, Pak?" sambung Valen.

Pak Gara menekuk wajahnya kesal, "Kamu ngeremehin saya? Ngapain saya kerja jadi driver online segala? Pekerjaan saya banyak, kurang kerjaan saja."

Kekesalan Pak Gara menyebur begitu saja. Valen yang masih terkejut kembali bertanya,

"Loh, ini? Bapak berhenti di depan rumah Valen, ngapain kalo bukan driver online pesenan Valen?"

"Jadi kamu nungguin driver online?"

"Iya." Valen mengangguk dan menjawab singkat.

"Batalkan."

"Kok Bapak nyuruh-nyuruh Valen sih, Pak?"

"Saya bilang batalkan, Valentine." tegas Pak Gara.

"Tunggu-tunggu... Jadi Bapak bukan driver online pesenan Valen?!"

"Bukan. Saya kesini memang mau jemput kamu, sekalian saya mau bertemu orang tua kamu. Minta maaf sudah buat kamu luka-luka, Mama saya juga titip salam. Kalo sudah sembuh, nanti Mama akan bersilaturahmi ke orang tua kamu."

Valen menganga di buatnya, "Ba-Bapak gak perlu ketemu sama Ayah! Valen baik-baik aja kok, cuma lecet-lecet! Satu minggu lagi juga sembuh!" balasnya cepat.

"Lagian Ayah Valen lagi gak ada di rumah, Pak! Valen baik-baik aja kok! Beneran! Jadi gak usah ketemu sama Ayah Valen."

Pak Gara menatap penuh selidik pada Valen. "Tetap saja Valentine, tidak enak bila tidak bertemu secara langsung. Jika orang tua kamu tidak ada, lain kali saja saya datang."

Yes, Mr Lecturer!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang