Chapter Nine / Masalah, lagi?

1K 49 0
                                    

Happy reading💜

Good night buat para jomblo, yang tiap malemnya mengisi waktu di dunia orange. Fix! Kita satu frekuensi😜

Playlist Benci - Utopia (Cover)🎶🎶🎶

***

Pagi ini Valen berangkat menggunakan motor seperti biasanya, Ayah yang berada di kebun belakang mengatakan hati-hati dan jangan ngebut. Valen mengiyakan dan pamit ke kampus.

Tiba di kampus, Valen memarkirkan motornya seperti biasa. Mahasiswa fakultas lain mulai berdatangan, suasana ramai perlahan terasa. Valen berjalan di koridor, dengan novel di tangannya dan headseat di kedua telinganya. Hari ini, tidak ada kuis. Surga dunia bagi mahasiswa, begitu pula Valen. Semalaman penuh ia habiskan dengan membaca beberapa novel yang baru yang ia beli.

Saat di kelas, suasana ramai begitu bising. Mahasiswi berkumpul dalam satu gerombolan dan mulai bergosip. Membahas topik-topik hangat, mulai dari artis hingga dosen tampan di universitasnya. Semua hal tak luput dari obrolan mereka.

Valen mengambil duduk di bangku nomor dua dari belakang. Melanjutkan kegiatannya membaca novel dengan santai. Hingga suara seruan dari sahabatnya menganggu kegiatannya.

"Val!"

Seru Gea menarik headseat yang terpasang di telinga sebelah kiri. "Apa sih, Ge?!" malas Valen.

"Ganggu orang aja nih, masih pagi juga?!"

Gea memberengut kesal, lalu menarik novel yang sedari tadi di baca Valen. Atensi Valen teralihkan kepada Gea, sahabatnya ini terlihat buruk pagi ini.

"Gue mau curhat! Lo harus dengerin!"

"Tumben banget, lo mau curhat. Soal apa?"

Valen memperhatikan secara seksama penampilan Gea. Rambutnya sedikit kusut, wajahnya hanya di poles lipstik. Tanpa mascara, pensil alis, blush on dan kawan-kawannya.

"Lo abis nangis?!" Tebak Valen.

Ia meletakkan kedua tangannya di sisis kanan dan kiri wajah Gea. Memperhatikan dengan seksama. Tampak kantung matanya menghitam dan bengkak. Gea juga terlihat lebih menyipit, seperti sehabis menangis semalaman.

"Ge! Jawab gue! Lo nangis?!"

Tanpa menjawab, sepasang manik Gea berkaca. Bibirnya menahan isakan. Hidungnya memerah, namun karena masih berada di dalam kelas. Gea meredam tangisnya.

"Gue nyesel Val! Gue nyesel!" Gea memeluk Valen.

Valen menarik paksa pelukan Gea pada tubuhnya, "Cerita sama gue! Lo kenapa?"

"Rama..."

"Rama kenapa? Dia sakit? Minta lo buat jengukin?" tanya Valen.

Gea menggeleng, "Dia putusin gue, dia nyakitin hati gue. Patahin harapan gue tanpa ngasih penjelasan apapun. Gue udah tanya, salah gue ke dia apa, tapi dia bilang. Dia bosen sama gue, dia suka sama temennya sefakultas."

Gea menangis sesenggukan, suasana kelas yang ramai membuat tangis Ge teredam.

"Bullshit banget gak sih?! Suka sama temennya?! Bosen?!"

"Trus dia nganggep gue apa?! Gue yang sejak dulu berjuang sama dia bareng-bareng, nemenin dia kemana-mana pake motor gue. Dukung dia saat keluarga dia bangkrut dan di jauhin sama temen-temen SMA! Gue yang selalu ada! Tapi kenapa balesan dia ke gue begitu jahat!"

Gea mengeluarkan unek-uneknya. Bersahabat sejak SMP dengan Gea membuatnya tahu kisah perjalanan cinta Gea Ramadhani dan Rama Dughani. Penuh lika-liku dan malu khas anak remaja. Hingga menjelang, masuk kuliah awal. Keluarga Rama memutuskan untuk pindah ke Bandung, memulai bisnis dari awal dengan bantuan dari pamannya.

Yes, Mr Lecturer!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang