Chapter Fifteen / Kecelakaan

1K 56 1
                                    

Cerita ini hanya cerita ringan yang Mami buat untuk selingan di waktu senggang ya.. Jadi ga tau pasti kapan up nya, tapi makasih banyak buat kalian yang udah mau baca dan bertahan hingga chapter ini🤗❤

Jangan lupa tandai typo, okay😜

***

Hari merah nasional memang istimewa. Tampak begitu menonjol di deretan warna hitam dan hijau di sekelilingnya. Sangat di nanti-nantikan kedatangannya oleh beberapa orang di setiap bulannya.

Bonus di hari produktif, istilahnya.

Berleha-leha di atas kasur, dengan secangkir cokelat panas dan tumpukan ciki di samping meja memang keindahan tersendiri. Apalagi dengan drama korea yang saat ini di putar di laptopnya. Membuat suasana hari merah semakin mensyurga.

Gadis dengan rambut panjang terurai itu menikmati libur paginya. Menikmati waktu santainya tak terasa lebih dari tiga jam Valen lewati. Sejak bangun pagi, Valen hanya cuci muka dan gosok gigi. Tanpa ada keinginan mandi, sungguh hemat air untuk tiap generasi.

Suara ketukan pintu tak membuat fokusnya beralih. Valen terhipnotis pada adegan drama korea yang di sajikan. Hingga suara Ayahnya menyentak Valen kembali ke dunia nyata.

"Dari tadi Ayah ketuk pintu, Ayah panggil-panggil gak nyaut-nyaut... Ternyata lagi nonton film lagi?" Ayah berdiri berkacak pinggang di sisi tempat tidur. Menatap putrinya dengan ekspresi marah yang dibuat-buat.

Valen cengengesan, mem-pause drakor kesukaannya lalu menghambur ke pelukan Ayah. "Maaf ya Yah, Valen baper jadi gak kedengeran kalo Ayah manggil Valen. Maaf Ayah, Valen sayang Ayah..."

Mau tak mau, Ayah melunturkan kekesalannya. Tingkah menggemaskan putrinya lah yang membuatnya betah dan ingin berlama-lama bersama putrinya. Tak terasa, bayi merah yang dulu beliau timang dan gendong sekarang berubah menjadi gadis cantik dengan begitu baik.

"Ayah kenapa panggil Valen?" tanya gadis yang melepaskan pelukan hangat.

"Ayah sampai lupa tujuan Ayah ke kamar Valen," Ayah mengambil dompet di saku celana belakangnya. Mengeluarkan beberapa lembar uang ratusan ribu lalu mengulurkannya pada Valen.

"Ini, tolong Valen ke supermarket ya... Beli sayur dan beberapa daging untuk sarapan besok. Ayah takut kelupaan kalo belinya sore. Ayah liat di kulkas stoknya hanya cukup malam ini."

Valen menerima tanpa protes, "Oke. Valen siap-siap dulu ya, Yah!" Ayah mengangguk lalu berjalan keluar.

Dengan semangat empat lima, Valen menuju kamar mandi. Membersihkan diri kemudian bersiap-siap untuk belanja di supermarket sesuai perintah Ayah.

Celana jeans biru tua dengan kaos putih serta cardigan hitam menjadi andalan Valen saat ini. Dirinya yang berusia lebih dari dua puluh tahun terlihat bak anak remaja yang baru puber. Tak ada yang menyangka, gadis bertubuh kecil dengan rambut panjang itu adalah seorang mahasiswa semester akhir.

Rambutnya ia kuncir kuda, sengaja menyisakan poni di sisi kanan sebagai pemanis. Tak lupa bibir tipisnya ia poles lipgloss agar tak kering. Tak lupa bedak tabur ia tepukkan kecil di wajahnya.

Cantik. Satu kata untuknya di tanggal merah yang seharusnya berpenampilan kumal. Seraya membuka pintu, Valen menyambar tas selempang hijau toska yang ia gantung di dekat pintu.

Valen menuruni tangga dengan lincahnya, sepatu sneakers putihnya begitu pas di kaki jenjang yang terbalut celana jeans.

Valen mengernyitkan dahinya bingung, saat melihat Ayah yang juga rapi. Bahkan kemeja batik yang jarang Ayahnya pakai kini melekat di tubuh pria paruh baya tersebut.

Yes, Mr Lecturer!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang