Twenty Four / Ketemu

766 47 0
                                    

Respon kalian buat aku speechless 😭 semangat ngetik nih🤭

Makasih ya buat yang selalu nunggu kisah Valen sama si Bapak dosen🤗

Untuk pembaca rahasia tanpa jejak, thank you masih nungguin part ini🥰

Untuk pembaca yang ninggalin vote, thank you banget. Itu sebuah apresiasi dari kalian untuk penulis seperti aku, love u so much😘🥰❤️

Dan untuk pembaca yang baru gabung di lapak ini, welcome di cerita Mami Mochi. Semoga kalian betah menghadapi author seperti ku😂🤗🥰

Dan terakhir untuk semua pembaca, happy reading ☘️☘️☘️

***

Suasana sepi begitu terasa ketika senja mulai menghilang. Lampu terpancar menerangi lorong sepanjang Pak Gara keluar dari kelas mengajar. Kelas tambahan bagi siswa yang memiliki nilai rendah dan harus mengulang, berkewajiban mengikuti kelas tambahan yang Pak Gara adakan untuk mata kuliahnya.

Tak sengaja matanya terpaku pada sesuatu yang mencolok ditengah gazebo. Angin berembus kencang, mampu membuka halaman secara acak. Matanya tak asing pada sampul buku yang setiap hari ia pelajari.

Di dekatinya gazebo itu secara perlahan, langkahnya tertuju pada sesuatu yang berkibar di terpa angin. Ia melihatnya lebih dekat, dan benar. Matanya tak mungkin salah.

Pak Gara mengambil buku itu, lalu teringat gadis yang sebelumnya duduk di gazebo tempat ia menemukan buku bersampul merah.

"Valentine." kata Pak Gara.

Perasaannya kesal. Karena Valentine meninggalkan buku miliknya sembarangan. Buku ini memiliki arti bagi Pak Gara, dan Valen merusak kepercayaan Pak Gara dengan meninggalkan buku ini di gazebo.

Tanpa berlama-lama, Pak Gara mengambil buku tersebut dan menyimpannya bersama dokumen yang sedang ia bawa. Berbalik, Pak Gara meninggalkan gazebo menuju ruangannya. Bersiap untuk pulang.

Dari arah yang berlawanan, dua sosok gadis berlarian menuju gazebo mencari sesuatu. Di geledahnya gazebo tersebut hingga ke semak-semak tanaman. Namun, nihil. Tidak ada sesuatu yang mereka dapatkan dari sana. Salah satu dari gadis tersebut terduduk di atas rumput sambil terisak pelan.

***

Mengunci pintu, lantas Pak Gara berjalan menuju pos satpam yang berada di samping gerbang kampus. Pak Budi-nama satpam yang bertugas hari ini, sedang berjalan dari arah berlawanan dengan Pak Gara.

"Loh, Pak Gara belum pulang?" tanya Pak Budi.

"Saya akan pulang setelah nganter kunci ini ke pos satpam." kata Pak Gara.

"Walah, baru saja saya mau ke ruang dosen, nyari kunci. Kuncinya kurang satu, ternyata kunci ruangan Pak Gara." Pak Budi tertawa pelan.

Pak Gara ikut tertawa pelan, "Untung saja saja kita bertemu disini."

"Ini, Pak Budi. Kuncinya." sambung Pak Gara mengembalikan kunci yang sedari tadi ia genggam.

Pak Budi menerima kunci dari pak Gara, "Baik Pak Gara, saya terima kuncinya. Terima kasih."

"Sama-sama, Pak Budi."

Pak Budi tersenyum hangat, "Ya sudah kalau begitu. Saya mau ke taman dulu ya, Pak. Mau ngecek anak-anak sudah pulang atau belum."

Pak Gara mengangguk lantas mempersilahkan Pak Budi melewatinya.

Mendengar kata taman, terasa tidak asing baginya. Ada sesuatu mengganjal dalam hatinya yang tidak Pak Gara ketahui. Menggelengkan pelan, Pak Gara meneruskan langkahnya.

Yes, Mr Lecturer!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang