Chapter Three / Kesan Pertama yang Buruk

1.3K 66 0
                                    

"Valen, apa malam ini Valen sibuk?" tanya Ayah.

Pagi ini seperti biasa, Valen memasakkan makanan untuk mereka berdua. Ayah Valen seorang pensiunan dosen di salah satu Universitas swasta. Usia yang semakin tua membuat Ayah mudah sakit dan cepat lelah.

"Sepertinya free Yah, kenapa?" Valen melihat Ayah sembari bertanya.

Tidak seperti biasanya Ayah bertanya tentang jadwal Valen.

Ayah menelan makanan, "Boleh Ayah minta kamu untuk ketemu dengan seseorang yang akan Ayah jodohkan dengan mu, sayang?"

Valen menatap Ayah, "Yah, udah berapa kali Valen bilang nggak mau!" nafsu makannya sudah hilang saat Ayah membicarakan perjodohan ini lagi. "Lagi pula, umur Valen masih muda. Valen mau menikmati masa muda Valen, Ayah"

"Bukankah, kemarin malam Ayah sudah menyetujui jika Valen menolak rencana perjodohan Ayah? Lalu kenapa Ayah membahas hal ini lagi?!"

"Ayah hanya ingin Valen ketemu dulu dengan pria itu Nak, dia pria yang baik," Ayah memberi pengertian pada putrinya, namun hati Valen terlanjur marah dan kesal.

"Jika Valen tidak mau, Ayah tidak akan memaksa," Valen mulai melunak mendengar ucapan Ayah namun hanya sementara. "Nanti malam, pukul tujuh di resto Respati."

"Ayah kenapa sih gak ngertiin Valen?!" menahan nada suara pada Ayah.

"Valen, Ayah hanya ingin--"

Valen mendorong mundur kursi meja makan, "Valen berangkat ke kampus Yah, assalamu'alaikum." Valen dengan cepat menyalimi tangan Ayah dan berjalan ke luar rumah.

"Wa'alaikumus salam." Jawab Ayah lirih

Ucapan Ayah soal perjodohan, membuat moodnya buruk. Valen mengira jika pembicaraan kemarin malam sudah selesai, dan Ayah akan membatalkan rencana perjodohannya. Namun, pagi ini Ayah malah dengan seenaknya meminta Valen untuk bertemu dengan pria itu?!

Niat untuk menemui orang itu saja tidak ada, apalagi betulan bertemu! Bagaimana nasib cinta nya ini?!!

***

Gara mengendarai mobil putihnya menuju Universitas baru, tempat ia mulai mengajar hari ini. Ya, ia resmi mengundurkan diri dari Universitas Jakarta karena harus mengurus kantor Papanya di daerah Surabaya. Kini, Gara menjabat sebagai dosen dan CEO sekaligus.

Tak lama mobilnya telah sampai di Universitas baru tempatnya mengajar. Banyak mahasiswa yang memandangi dengan rasa penasaran, namun Gara mengacuhkan dan segera melangkahkan kakinya menuju ruang dekan.

"Selamat pagi, saya ingin bertemu Pak Gunawan," Gara melihat pria paruh baya sedang meneliti kertas di sofa ruang dekan.

Pria itu menoleh dan melihat Gara, "Ah, Anda Tuan Sagara?"

"Benar"

"Kebetulan sekali, saya Gunawan. Mari silahkan duduk," ucap pria bernama Gunawan tersebut.

***

"Apakah ada yang kurang jelas Pak Sagara?"

Gara menoleh, "Semuanya terperinci, sangat jelas Pak Gunawan."

Gunawan tersenyum lega, "Baik, ini adalah berkas persetujuan jika Anda menerima ketentuan dan peraturan di Universitas kami. Silahkan Anda tanda tangani."

Tak butuh waktu lama kertas dalam map itu telah berbubuhi tanda tangan Gara. Lalu ia menyerahkan map tersebut pada Gunawan.

"Selamat bergabung di Universitas Gandala Surabaya Pak!"

Gunawan mengulurkan tangannya untuk berjabat tangan dengan Gara. Lalu ia mengantarkan Gara menuju ruang kerja lalu ke kelas, karena Gara menunda untuk berkeliling kampus.

Yes, Mr Lecturer!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang