Chapter Five / Batal?

1.3K 59 2
                                    

Yang Terbaik Bagimu - Ada Band

Playlist khusus untuk chapter ini, gimana menurut kalian?

***

"Valen... Bangun Nak."

"Valen... Sudah sore, ayo bangun!"

Valen merasakan tubuhnya di guncang pelan. Ia merasa terusik, tak urung ia terlelap kembali. Sang Ayah yang berusaha membangunkannya menghela napas lelah. Jika seperti ini, maka Ayah harus melakukan hal alternatif untuk membangunkan putri tercinta.

"Iya Luck! Valen masih tidur nih!" Ayah mengeraskan suaranya hingga Valen tersentak kaget.

"Lucky?! Mana! Mana! Jangan sampek masuk ke kamar Valen Yah!"

"Halangi Lucky masuk kamar Valen, Yah! Halangi!!" Lucky adalah nama kucing tetangga yang suka ngejar-ngejar orang, bikin jantungan. Pernah dulu Valen masuk rumah sendiri dengan loncat pagar eh malah di kejar si Lucky dikira maling. Huh! Dasar si Lucky! Valen kalang kabut tak tentu arah. Membuat sang Ayah tertawa terpingkal-pingkal. Seketika, Valen menyadari jika Ayahnya membohongi Valen.

"Ayah bohong ya?!"

"Ih! Ayah kok gitu.." cebik Valen kesal, Valen mulai duduk di pinggir kasur dengan tenang. Sedangkan Ayah masih tertawa geli.

"Ya lagian kamu nih, anak perawan kok susah di bangunin. Nanti suami kamu malah ilfiel sama kamu," ucap Ayah santai.

Valen menoleh, "Ayah apaan sih? Kan udah Valen bilang. Valen mau kuliah dulu Yah, fokus sama Ayah, jagain Ayah dulu."

Valen tampak tak suka akan perkataan Ayahnya, beberapa hari terakhir ini mereka sedikit dingin karena pembahasan perjodohan. Valen belum siap jika harus berpisah dengan Ayah, Valen masih ingin membanggakan Ayah dengan prestasi yang ia miliki. Bukan malah menikah dan ikut suami, meski sebenarnya memang sang istri harus mengikuti suami tapi Valen masih tak rela jika harus pisah dengan Ayah.

Tak ingin memperkeruh suasana, Valen beranjak. "Valen mandi dulu Yah!" Ayah mengangguk setuju karena memang sudah petang.

Tak lama Valen selesai mandi dan mendapati kamarnya telah kosong. Ia memakai dress rumahan berwarna kuning gading. Lalu Valen turun menuju dapur karena ia merasa lapar. Valen menatap dapur heran, tidak ada Ayah sama sekali. Meja juga kosong, apa Ayah tidak memasak?

Bukankah hari ini adalah jadwal Ayah masak, lalu Valen besok? Tapi sekarang meja makan malah bersih, tak ternoda. Sejak tinggal berdua Valen dan Ayah memang bergantian untuk memasak, itu semua atas permintaan Ayah. Valen sudah menolak tapi Ayah selalu membujuknya. Membuat Valen luluh dan menyetujui permintaan sang Ayah.

Tak lama pintu di buka, segera Valen melangkah menuju pintu depan. Valen melihat Ayahnya masih memakai baju koko dan sarung, tak lupa peci putih menutupi sebagian rambut putih Ayahnya, sepertinya baru selesai pulang dari mushola dekat rumah.

"Assalamualaikum."

"Waalaikummus salam," Valen mengambil tangan Ayah lalu menciumnya.

Sebelum Ayah melangkah, Valen menahan langkah Ayah yang akan memasuki kamar di lantai bawah. Karena Ayah sudah lelah bolak-balik naik tangga, Valen dan Ayah pun sepakat memindah semua barang-barang Ayahnya di kamar bawah. Kamar utama atas, kosong. Biasanya di gunakan bila ada saudara yang menginap.

"Yah.. Ayah tidak memasak hari ini?" tanya Valen.

"Loh, kan hari ini kita mau ketemu sama keluarga calon suami Valen. Masa Valen lupa?"

"Yah.. Valen kan udah bilang, gak mau di jodohin. Valen gak ikut aja!" Valen menghentakkan kesal.

"Valen!" Ayah memanggil nama Valen tegas. Namun di hiraukan oleh Valen dan menaiki tangga menuju kamar atas.

Yes, Mr Lecturer!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang