Chapter Ten / Makanan Dari (Calon) Besan

1K 51 0
                                    

Masih ada yang nungguin gak nih?😪

Pak Dosennya balik lagi dongss

***

Valen menghempaskan tubuh letihnya ke atas ranjang. Jam dinding berbentuk kepala Hello Kitty itu menunjukkan pukul lima lebih dua puluh menit. Lelah dan berpeluh, tak mempedulikan kasurnya yang bau karena keringat dari tubuhnya. Selepas mata kuliah, Valen di kejutkan dengan rapat dadakan antar kelas mengenai 'peduli sosial' yang akan di adakan satu minggu ke depan.

Rencananya dalam menghadapi bencana alam yang sering terjadi akhir-akhir ini, membuat pihak kampus memilih terjun ke lapangan langsung. Apalagi daerah pelosok yang belum memiliki teknologi secanggih di kota. Agenda mendadak ini, tercetus begitu saja. Meskipun ketua BEM mengusulkan untuk memberikan keringanan waktu, berakhir dengan penolakan secara tegas.

Pintu terketuk dari luar, kemudian tampak Ayah yang membuka pintu. "Sudah sore, Valen belum mandi?" tanyanya.

"Belum Yah! Masih capek."

Ayah duduk di pinggir kasur, Valen ikut mendudukkan tubuhnya yang letih.

"Justru mandi itu bisa menghilangkan capek. Badan bisa seger lagi," nasehat Ayah lembut.

Valen menghela napas, "Iya Ayah, Valen mandi."

Ayah mengangguk, "Sekalian Valen sholat magrib ya, Ayah mau magriban di Masjid."

"Siap Ayah!" Valen meletakkan tangan kanannya di atas pelipis, bersikap layaknya prajurit patuh menerima perintah.

Tampak sarung dan baju koko berwarna putih melekat pas di tubuh Ayah. Semerbak wangi tercium di indra penciumannya, Valen melihat Ayahnya yang gagah meski memasuki usia enam puluh tahun ke atas. Aura hangat dan penuh kharisma begitu melekat pada Ayahnya, tak heran Valen kerap mendapati mahasiwa Ayahnya yang masih bertandang ke rumah.

Valen melepas ikatan rambutnya, mandi air dingin dengan keramas pasti segar. Lima belas menit ia habiskan untuk membersihkan diri, Valen turun menggunakan daster selutut bermotif kucing lucu berwarna biru, Doraemon. Kartun yang kerap di sebut musang itu tampak lucu di mata Valen, meskipun tak dapat Valen tampik jika ia juga menyukai drama korea.

Tiba di dapur, ia melihat Ayah tengah meminum segelas air putih dari teko yang berada di atas meja. "Ayah sudah pulang?"

"Baru saja."

Valen mengangguk, duduk di kursi makan. Membuka penutup makanan yang langsung menyajikan makanan menggugah selera makannya.

"Valen mau makan?" tanya Ayah begitu melihat Valen yang tampak ngiler di depan makanan yang begitu banyak.

Valen cengengesan, "Iya. Lagian Ayah tumben, masaknya banyak banget."

Valen menyendokkan nasi dan beberapa lauk ke piringnya, "--Makanan kesukaan Valen lagi! Valen suka!"

Ayah menampilkan senyum tipis, "Bukan Ayah yang memasak."

Valen mendongak di tengah kunyahannya, "Ayah Delivery? Tapi kaya masakan rumahan sih."

"Dari calon mama mertua kamu."

Valen tersedak begitu mendengar kalimat singkat Ayahnya. Wajahnya memerah dengan batuk yang tak berkesudahan. Melihat putri manisnya yang tersiksa, Ayah menyodorkan segelas air putih padanya. Valen meminumnya tanpa sisa.

"Ayah!" protes Valen di hadiahi tawa renyah Ayah.

***

"Assalamu' alaikum!"

"Waalaikumsalam."

Tampak sepasang paruh baya memasuki rumah besarnya. Suasana tampak selalu sama, sepi.

Yes, Mr Lecturer!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang