Chapter Fourteen / Pak Dosen Suka yang Ribet

1K 50 1
                                    

Happy reading🌱
Jangan lupa koreksi typo yesss😜

***

Siang ini suasana kelas sangat ramai. Beberapa mahasiswa pria berkumpul, mabar istilahnya. Berteriak heboh, saling menyerang satu sama lain, hingga berujung kekalahan dan menang. Setiap pemenang akan di traktir makan satu minggu di kampus, itu yang tengah para pria hebohkan. Jadilah, mereka berlomba-lomba, memenangkan game yang mereka mainkan.

Para mahasiswi ada yang mendukung dan menyoraki. Membuat suasana kelas tambah memanas dan tegang. Terkecuali Valen dan Gea yang masih setia duduk di kursi. Tanpa ikut serta teman-temannya, meski kedengarannya sangat seru.

Sejak tiga puluh menit yang lalu, saat mata kuliah usai, Valen masih duduk diam. Memikirkan nasib motornya yang entah bagaimana kondisinya saat ini.

Ingin menemui Pak Gara, takut kena semprot. Tak menemui Pak Gara takut ketahuan Ayah kalo motornya di perbaiki oleh Dosennya sendiri. Valen bingung, pikirannya semrawut, bak benang kusut. Tak ada jalan alternatif, yang ada hanya Valen harus menghubungi Pak Gara atau menunggu kabar hingga lumutan!

Jelas saja Valen tak mau menunggu sesuatu yang tak pasti, tapi ia takut kena semprot galak Pak Gara. Kemarin saja, Valen yang baper. Bisa-bisanya ia menangis hanya karena bentakan. Dan apa katanya? Suruh keluar?! Ngomong aja belum, malah suruh keluar.

Valen kesal sendiri di buatnya, lagian salahnya apa coba? Kayanya Pak Gara punya dendam yang belum terselesaikan sama Valen.

Luarnya aja yang kalem, ramah sama mahasiswa tapi pas sama Valen, astagfirullah. Muka ramahnya Pak Gara seketika berubah jadi galak. Suka gitu kejam sama Valen, ngasih hukuman gak tanggung-tanggung beratnya. Nempatin Valen seenaknya jadi asdosnya Pak Gara. Valen kan gak mau, tapi terpaksa. Demi nilai akhir semester.

Valen menghembuskan napas kesal, Gea mendelik kesal mendengar dengusan Valen.

"Lo punya masalah apa sih? Kesel gue dengernya!"

"Masalah gue rumit. Gue gak bisa cerita sama lo, lo gak bakal ngerti," ujar Valen.

"Gue gak ngerti, karena lo gak mau cerita sama gue!"

Gea membereskan bukunya, beranjak keluar kelas.

"Loh? Ge! Mau kemana?!" teriak Valen.

"Kantin!"

"Masih ada kelas!"

"Bodo!" balas Gea teriak.

Valen mengerucutkan bibir, Gea kesal padanya. Bukan apa-apa, Valen hanya merasa Gea tidak perlu tau akan masalahnya dengan Pak Gara. Valen tidak mau Gea menganggap dirinya memiliki hubungan dengan dosennya sendiri.

Valen melihat arlojinya, masih ada lima belas menit lagi sebelum kelas dimulai. Ia akan menyusul Gea ke kantin, membujuknya, bila perlu Valen akan mentraktir Gea makan sepuasnya di kantin.

***

Jemarinya yang besar sibuk menggerakkan spidol hitam di papan putih. Membuat coretan-coretan aksara menjelaskan materi. Papan putih yang semula bersih, terdapat guratan hitam hampir memenuhi permukaan.

Tulisannya dapat di pahami, tersusun begitu rapi di setiap inci. Tak masalah mengenai gender, buktinya pria bertubuh jangkung membuktikannya.

Berdiri di depan kelas, bibirnya sesekali melempar candaan. Setelan kemeja garis cokelat di padukan dengan celana bahan hitam membuatnya rapi. Rambutnya di poles pomade membuatnya semakin tampan.

Surga dunia. Kata kaum hawa.

"Apakah ada yang kurang mengerti mengenai pembahasan saya sore ini?" tanya Dosen bertubuh jangkung, matanya mengedar meneliti satu per satu mahasiswanya.

Yes, Mr Lecturer!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang