Awalan

4.5K 123 0
                                    

Valen menatap pria di depannya dengan mata cokelatnya. Berusaha membuat tatapan setajam mungkin, menghindari aura mengintimidasi yang menguar kuat dari pria di hadapannya.

"Maaf Pak! Ini bukan tempat yang sesuai untuk membahas hal bodoh dan rencana sepihak Bapak!" ujar Valen dengan nada kesalnya.

Sungguh, aku membenci pria itu!

Di hadapannya, sang pria justru tersenyum meremehkan. Saat sang gadis memberikan tatapan tajam padanya, ia merasa tatapan itu sangat lucu. Membuat hatinya jatuh, jatuh dan jatuh untuk sekian kalinya. Hanya untuk gadis di depannya, gadis yang memberikan tatapan tajamnya di balik mata cokelatnya.

"Lalu, menurut mu, di manakah tempat yang sesuai untuk membahas rencana masa depan kita? We need the private room,---ucap Pria itu dengan seringai di bibirnya, "--Only me and you"

"Just shut up your mouth Sir!"

"Anda sungguh keterlaluan, Mr. Sagara!" sambung Valen, dengan tergesa Valen bangkit dari duduknya menuju pintu keluar.

Melihat gadis kesayangannya kesal, membuat pria itu melangkahkan kaki lebarnya mencegah sang gadis keluar. Pria itu, mencekal pergelangan tangan si gadis dengan sangat erat.

"Lepas! Atau saya akan melaporkan tindakan Bapak, karena melakukan kekerasan kepada mahasiswinya sendiri!" geram Valen kesal.

Sedangkan pria itu masih mencekal tangan Valen, tak membiarkan gadis itu keluar dari ruangannya.

"Disini tidak ada status dosen dan mahasiswi. Kamu adalah calon istriku!" ucap santai pria itu.

"Apa yang Bapak katakan! Saya tidak pernah mengatakan 'iya' untuk pernikahan sepihak ini!" sekuat tenaga Valen memberontak, melepaskan cengkraman kuat di pergelangan tangannya.

"Benarkah?--" Gara menjeda ucapannya.

Ia mengamati perubahan ekspresi gadis di depannya, membuatnya ingin tertawa karena ekspresinya sungguh lucu. Menantang dan harus ditakhlukkan.

"Pernikahan itu hanya mimpi!" sambung Valen.

Gara terdiam. Menatap manik cokelat di hadapannya, "Baiklah, saya tidak akan memaksa," putus Gara.

Bibir Valen berkedut senang, akhirnya. Setelah pemberontakan yang ia lakukan berbuah manis. Tak sia-sia ia melakukan sikap dan tingkah menyebalkan agar si dosen muak dan ilfiel.

"Kau tidak mencintaiku bukan?"

"Ya!"

"Ingin terlepas dari ikatan perjodohan bersama pria asing?"

"Tentu saja!"

"Lalu membangun sebuah keluarga kecil bahagia dengan saling mencintai?"

"Ya!"

"Bersama pria di hadapan mu ini?"

"Ya!"

Gara menahan tawa, gadis di hadapannya ini sungguh menggemaskan. Lalu Valen menyadari ucapannya, menatap sengit pria di hadapannya.

"Bapak menjebak saya?!"

"Tentu saja tidak! Saya hanya bertanya. Dan jawaban kamu di luar dugaan saya."

"Tapi tidak seperti itu! Siapa yang mau menikah dengan dosen menyebalkan kaya Bapak!" marah Valen.

"Yang ada saya cepet tua!" Dengan Valen lalu melepaskan cekalan Gara di tangannya.

Namun, Gara tak lengah. Ia menarik kembali tangan Valen. Memutar tubuhnya berhadapan, mendorong Valen hingga bersentuhan dengan pintu ruangannya.

"Tapi saya masih tetap cinta!" Valen diam kaku mendengarnya. Jika itu adalah kalimat candaan, maka tak lucu sama sekali. Tersadar ia terlalu dekat dengan pria itu.

Ia melihat ke arah kanan dan kiri namun tak menemukan cara keluar dari kungkungan pria menyebalkan ini. Tak lama ia merasakan napas pria itu menerpa wajahnya, perlahan ia kembali menatap wajah tampan di hadapannya.

Valen melihat pria itu semakin mendekatkan wajahnya, matanya menatap bibir nya dengan tatapan sayu. Seketika Valen gelapan, dan gugup. Valen takut jika pria di hadapannya melakukan sesuatu yang tidak boleh di lakukan.

Wajahnya semakin dekat, Valen memejamkan matanya takut. Wajahnya pucat pasi, bibir bergetar gugup. Pria di hadapannya mendekatkan wajahnya, berbisik di telinga kanan sang gadis.

"Seperti ini saja, kau sudah pucat pasi. Bagaimana jika aku melakukan hal yang lebih, Nyonya Sagara?"

***

I hope you like it.
Don't forget give this story vote, comment and share

Luv yu❤

With love
TheMochi'sMommy

Yes, Mr Lecturer!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang