1. Town Hall

21.2K 1.4K 142
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"TOWN HALL, GUYS!!" Suara-suara para leader terdengar disertai tepukan-tepukan kecil, begitu melihat pop-up notice di layar laptop masing-masing.

Jadwal rutin mereka untuk melakukan rapat setiap senin pagi. Seluruh karyawan harus hadir di common room, mendengarkan CEO mereka memberi satu dua patah, apes-apes jadi seribu patah kata. Sama saja menderitanya dengan anak sekolah upacara bendera. Bedanya mereka kena AC, kalau anak sekolah kan kena angin gelebug.

Riuh puluhan pasang kaki yang turun ke lantai bawah untuk menjangkau ruangan utama itu. Semua harus berdiri, karena kalau duduk-duduk jadinya piknik. Tim yang duluan sampai, biasanya dapat tempat paling adem di pojokan, tersembunyi bersama bayangan. Plus-nya, jauh dari posisi CEO, biar nggak ditanya-tanya atau disuruh stand up comedy dadakan.

"Ayo dong! Udah jam berapa ini teman-temaaan?" Terdengar suara cempreng seorang staff HR berambut panjang, berdiri di puncak tangga sambil melambai-lambai macam panggil abang bakso. Bukannya tambah cepat orang-orang jalan, malah pada tutup kuping.

"Berisik, Shab! Ya Allah, pagi-pagi udah bacot!" keluh teman-teman divisi lain, yang sebenarnya senang menggoda gadis itu.

"Yaaa lo lelet sihhhh pada! Cepetan, nanti yang telat suruh stand up comedy! Hayoo loo, hayoo lo!" Shabrina menakut-nakuti.

Orang-orang yang merasa selera humornya miris, langsung buru-buru turun karena tidak mau dipermalukan dengan tradisi aneh di kantor ini. Dalam waktu lima menit, segala jenis manusia dengan dandanan aneka rupa sudah berkumpul di common room.

Desas desus bibir-bibir ceriwis teredam begitu orang penting mulai melangkah ke tengah ruangan, memegang mic. Kali ini bukan CEO mereka yang akan memimpin town hall, melainkan VP Sales yang baru-baru ini dipromosikan, Sammy Subroto. Umur belum tua-tua amat, muka nyaman dipandang lama-lama, asal disertai iman yang tebal.

Bahu lebarnya menegak, kala ia melempar pandang ke setiap sudut ruangan. Kemudian bibir merahnya merekah tersenyum. Sekalian tebar pesona, kenapa enggak? Mana tahu ada yang termehek-mehek habis dia senyum maut begitu. Tuh kan, terbukti radius lima meter ada yang kipas-kipas sesak napas.

Bermodalkan gede rasa, pria itu sedikit mengangkat alisnya yang selebat ulat bulu. Senyum masih nangkring, mumpung gigi belum kering. Aksi barusan memancing kaum Hawa untuk istighfar, kaum Adam pun tidak dilarang untuk ikut istighfar.

"SELAMAT PAGI SEMUANYA!" Suaranya adalah modal lain untuk bikin anak orang halusinasi. Lantang dan berwibawa. Cocok untuk daftar caleg.

"Pagiii!" jawab penghuni ruangan.

"MANA SEMANGATNYAAA? KOK LEMES BANGET? BELUM SARAPAN?" serunya. Sayang sekali buang-buang listrik untuk pasang mic, padahal beliau sudah bisa memberi info sampai ke ujung gedung hanya bermodal tembolok.

"PAAGEEEE!!" Satu ruangan mendadak semangat 45 karena takut dikira lemas tak bergairah.

"Nah! Gitu dong! Hari senin harus semangat! Awal minggu! Gimana, sehat-sehat ya semuanya?"

Ideal CutTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang