Tampang Clarissa saat mendapati Yudis duduk di sampingnya, persis seperti orang yang jempol kakinya baru kepentok pintu. Mau ngumpat a*u sekencang mungkin, tapi malu sama orang rumah. Alhasil bibirnya mengatup.
Yudis yang mengenakan setelan santai— jaket windbreaker hitam dan t-shirt abu-abu— itu memang kelihatan segar. Apalagi rambutnya yang sehari-hari dirapikan dengan gel itu kini bebas lepas, rebah membingkai wajah tirusnya. Semua orang memang kelihatan jauh lebih muda dengan setelan casual. Bahkan ada anak IT yang kelihatan mirip anak SMP tadi.
Ya tapi mau sesegar apapun bentukan Yudis, toh Clarissa tetap ingin sebut nama salah satu mamalia bertaring.
"Lo mau request lagu apa?" Pertanyaan pertama yang diajukan Yudis. Sambil tersenyum, manisnya upgrade lagi. Kalah deh Madu TJ manisnya. Seolah tak ada benteng di antara mereka.
Clarissa menyeringai sekilas. "F*ck You ...," jeda sedetik, Yudis tak bergeming. "... nya Lily Allen."
"Oke siap," gumam Yudis. Lantas melambaikan tangannya pada Dodo yang sedang menampung aspirasi rakyat.
"Do! F*ck You!" Satu bus serempak hening mendengarkan umpatan Yudis. "Lily Allen!"
Mic yang dipegang Dodo pun jatuh, dan bunyi ngiung-ngiung segera menggantikan irama samar lagu dangdut di speaker. Dodo menunduk sambil menahan goncangan bus yang meluncur di jalan tol arah Cikampek itu. Sebagian besar penumpang meletakkan tangan di kedua kuping untuk menahan ngilu akibat suara gesekan mic.
Begitu Dodo berhasil meraih mic yang menggelinding itu, ia segera berdiri. Menenangkan rakyat yang mulai gelisah, dengan senyum tiga jari andalannya. "It's okay! It's okay my friend! Everything is underrr controolll!"
"Lagu apa tadi, Bos Yudis? Lily Allen yaa?" Dodo, tertawa grogi, memencet-mencet remote untuk memilih track. Mencari dan mencari sampai ketemu lagu yang membuat gonjang-ganjing dunia persilatan.
Ketika intro lagu ceria khas Lily Allen itu mengalun dari speaker, Dodo mulai mengajak Yudis kolaborasi. Apalagi saat lagu berprogres ke chorus, setiap ada beep—kata sensor yang diulang-ulang sepanjang lagu itu, Dodo dengan senang hati menyodorkannya ke bibir Yudis.
"Mbbbakk youuu, Mbbaaak youuu very very muuuch~" Dodo menyanyikannya dengan logat Jawa, biar nggak kasar-kasar banget di kuping rakyat.
Tentunya ada satu orang yang terpuaskan atas segala yang terjadi di depan mata. Tangan Clarissa perlahan naik ke wajahnya, berusaha menutupi bibirnya yang sulit diajak kompromi karena tersenyum-senyum tanpa izin.
***
Marsha terkekeh karena menonton Dodo dan Yudis duet lagunya Lily Allen. Tak tahu pasti apa rencana Yudis setelah ini, karena perjalanan masih sekitar dua jam lagi. Marsha masih merasakan alunan musik akustik Gabe Bondoc dari sebelah earbud-nya. Selera musik Joseph memang menenangkan, tapi di situasi seperti ini lagu indah jadi tak jelas liriknya karena berisik.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ideal Cut
ChickLit| Chicklit - Humor | Part of Chaotic Company Series | All the things happening here is part of madness. Marsha, si Account Manager junior yang baru dipindahkan ke tim Joseph, kesulitan untuk berbaur dengan tim barunya. Tim Joseph berisi empat lelaki...