6. The Tattle

5.6K 874 103
                                    


Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Clarissa yang tengah menggenggam cup minuman, tersenyum penuh terima kasih pada Joseph, ketika pria itu menahan pintu lift untuknya. Sambil buru-buru masuk, wanita semampai itu menggumamkan terima kasih. Dibalas senyuman oleh Joseph, "Americano?" Ia melirik paper cup di tangan Clarissa.

"Iya, biar melek nih gue!" balas Clarissa, terkekeh. Sementara sebelah tangan sibuk membenahi tas kerja yang melorot di bahu.

"Semalem nggak bisa tidur, apa gimana?" tanya Joseph, selagi mengecek layar kecil yang menampilkan lantai berapa mereka berada.

"Haha, biasa lah, nonton Netflix!" ujar Clarissa apa adanya. "Eh, Josh, btw, katanya PT. Megap Tak Bersayap masih outstanding juga? Udah beres belum tuh?" sambungnya dengan santai.

Joseph menoleh kepada Clarissa, dan tersenyum lagi. "Kenceng juga ya, gosipnya? Padahal bukan client gede, perasaan."

Clarissa mengibaskan tangan kirinya. "Kalo utangnya gede mah, pasti pada tahu, Josh! Orang finance kan pasti blasting buat grup-grup customer yang bermasalah, biar kita tahu aja sih. Sekarang mau apply jadi customer kita udah lebih ketat loh screening-nya!"

Bunyi denting pintu lift terbuka, membuat seluruh penumpang bergegas keluar. Clarissa melanjutkan ceritanya, sambil berjalan beriringan Joseph menuju ke blok kantor mereka. "Tapi bukan cuma tim lo doang kok! Tim gue lagi susah juga nagih outstanding-nya PT. Morat Marit Indah! Gue sih ... yang turun langsung nagih, meski itu pegangannya si Wina. Anak barulah, kan udah sewajarnya dibimbing, ya nggak?" Ia tersenyum sambil mengangkat sebelah alis yang melengkung sempurna.

Joseph menanggapi dengan senyuman lebih lebar. Pemuda berleher jenjang itu mengangguk, meski tidak menjawab dengan lisan. Namun perhatian Joseph dengan cepat teralihkan, karena bahunya dirangkul oleh orang lain. Di sisi kirinya rupanya terparkir tangan kurus Yudis, yang datang bak jin botol.

"Bro, bales dong ..." gumam Yudis, cukup keras, "kalo anak barunya di back up terus, kapan pinternya?" Ucapan Yudis sepertinya ditujukan untuk Clarissa, via Joseph yang tampak anteng-anteng saja usai mendengarkan solusi tadi. Tentunya seisi dunia persilatan tahu obrolan berperantara Joseph ini hanya untuk menuntaskan ego antara Yudis dan Clarissa. Joseph pastinya tidak dapat faedah nyata kecuali kupingnya bakal pengang.

Karena detik berikutnya Clarissa buka mulut, "Heh! Kalo berani tuh ngomong langsung sama gue! Nggak usah bisik-bisik kayak emak-emak arisan lo!"

Yudis menegakkan kepalanya, masih merangkul Joseph yang tingginya tidak beda jauh dengannya. "Waduh, nggak yakin didengerin sih, kalo gue yang ngomong?" balasnya sambil cengar-cengir. Pemuda kurus itu pun menepuk lengan Joseph, lantas berbelok ke toilet. Tak lupa Mengedipkan sebelah mata pada Clarissa yang memelotot kepadanya.

Clarissa sontak menggeram menahan kesalnya pagi-pagi. Paper cup di tangannya agak penyok, dan isinya sedikit tumpah ke tangannya karena digenggam kelewat semangat. Joseph membukakan pintu besar menuju ke lobi kantor mereka, mempermudah Clarissa masuk tanpa perlu tap akses.

Ideal CutTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang