5. The Gossip

6.5K 970 84
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


A/N : Buat yang kaget sama notif, jangan lupa vote-nya dipencet yaaaw! 😉


Clarissa menyeruput ocha hangatnya, selagi mendengarkan cerita Marsha yang begitu intens. Sepulang kerja tadi, Marsha menculiknya ke kedai ramen langganan mereka di Aeon Mall BSD. Panjang betul cerita Marsha, sampai setengah porsi ramen katsu milik Clarissa sudah berkurang, sedangkan ramen milik Marsha baru terciduk beberapa sendok. Memang kalau sudah asyik cerita, ramen mahal pun dibiarkan menggembang sampai segemuk babi. Seru, seseru itu cerita dari grup sebelah rupanya.

Diletakkannya cangkir hitam itu dengan anggun. Clarissa menggeleng-geleng prihatin karena nasib Marsha sepertinya bagai kuda di sana. "Gue nggak paham juga sih sama si Joseph, kenapa nggak dia aja yang beresin dari awal? Toh dia pasti lebih ngerti seluk beluk masalahnya nggak sih, dibanding elo?"

Marsha memutar bola mata sekilas. "Yaa makanya itu lho, Mbak! Lempar-lempar ke gue dulu juga gak efektif, ya nggak sih?"

Clarissa menjentikkan jarinya. "Exactly!" Lalu lanjut makan selama beberapa saat. "Eh! Si Apin bilang apa lagi soal gue sama Yudis?" tanyanya tiba-tiba, teringat selentingan yang disampaikan Marsha tadi.

"Koh Alvin bilang, lo katanya belom bisa move on dari Bang Yudis. Makanya singit banget tiap meet ... ing," Marsha ragu-ragu melanjutkan karena Clarissa mulai mendelik-mendelik macam kerasukan Nyai.

"Terus, terus?? Si kaleng rombeng ngomong apalagi? Sama si Joseph dia ngegibah kayak gitu? Nggak ada kerjaan apa? Si Joseph nanggepin apa?"

"Mas Jos ya cuma gitu doang, Mbak. Ham hem ham hem, manggut. Nggak ngomporin apa-apa sih, Mbak. Cuma gue baru tahu aja, ternyata gosip antara lo sama Bang Yudis udah seliar itu. Nggak enak di elo sih, kesannya desperate banget gitu, kan?"

"Gue! Gue yang desperate ya, Macaaa!!" Suara terengah-engah Mario yang baru saja tiba, lalu duduk asal saja di samping Marsha. Cowok jangkung itu mengatur napasnya, sambil melirik sebal ke gadis di sampingnya yang mengerjap-ngerjap bingung. "Heh, kalo ngasih info tuh yang jelas ya! Makan ramen, nggak bilang lantai berapa! Lo kira di mall ini cuma satu yang dagang ramen?"

Marsha menggeleng. "Ih! Gue udah bales kok!"

Mario memejamkan matanya sekilas, dan melepas tas ranselnya. "Cek dulu hp lo! Chat gue yang terakhir nggak dibales, telepon nggak diangkat!"

Marsha menggigit bibirnya, karena ternyata ketikan terakhirnya belum di-send. Missed call dari Mario berentetan bagai penagih utang. Pantas saja, mode ponselnya masih silent. Gadis itu pun memasang tampang melas andalannya, agar Mario tidak semakin kesal. Biasanya kalau tampang menyedihkannya diumbar, Mario akan adem dengan sendirinya. Tapi kali ini Mario tidak memandang wajah Marsha, justru mangkok ramen Marsha yang masih penuh.

Ideal CutTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang