31. The Vitality

4.2K 680 173
                                        

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Kalian mungkin masih sering lupa, kenapa jargon SV Commerce adalah Ideal Cut?"

Pertanyaan yang diajukan oleh wanita yang duduk di tengah-tengah lingkaran itu membuat suasana hening. Matahari sudah tenggelam sepenuhnya di barat, membuat kunang-kunang mulai berani keluar dari balik semak. Suara halus arang yang berkeretak dipanaskan di sisi lain halaman mulai menggelitik pendengaran.

Wanita itu, salah satu titik penting jajaran direksi, tersenyum penuh arti pada siapa pun yang berserobok tatap dengannya. Ayunita adalah salah satu inspirasi untuk anak-anak muda yang baru bergabung dengan perusahaan rintisan ini. Kata-kata sambutannya selalu hangat nan tegas. Setiap tutur katanya didengar saksama oleh rekan-rekan kerjanya, dan suasana kekeluargaan di perusahaan ini sebagian besar karena sentuhan sang leader.

Clarissa dengan semangat mengangkat tangannya. "Saya masih inget kok, Bu!"

Ayunita mengangguk dan mempersilakan Clarissa bicara.

"Ideal Cut, potongan berlian yang langka, karena tingkat simetris yang nyaris sempurna. Level kilaunya paling memuaskan di antara yang lain! SV Commerce diharapkan bisa menjadi salah satu rintisan yang paling brilian di tengah-tengah persaingan era digital!" sahut Clarissa dengan mata berbinar. Sama berbinarnya dengan wajah Ayunita karena mendengar jawaban memuaskan barusan. Tepuk tangan rekan-rekan yang lain pun berhamburan bagai hujan. Acara campfire malam pertama itu berlangsung sehangat arang yang tengah dipanaskan panitia untuk membakar daging barbeque. Acara games memang berlanjut usai kerusuhan 'ultimate couple' yang membuat Marsha terpaksa mengeliminasi diri sendiri. Sebelum mengobrol santai, mereka sempat bermain uji konsentrasi '3,6,9'. Permainan sederhana yang bikin otak kebat-kebit. Buat yang lemah hitung-hitungan dijamin bakal keringat dingin. Baru lima menit main saja sudah banyak korban berjatuhan. Dan hasil dari berbagai mini games itu, rupanya yang keluar jadi juara umum kebetulan sekali Joseph Alexander dari tim Sales, dan Mario Kamandaka dari tim Merchandising. Barangkali bisa dipastikan tidak ada peserta lain yang kadar keseriusannya melebihi mereka berdua hari ini. Fokus tingkat tinggi, semangat pantang kendor, banjir taktik.

Ketika Shabrina membisikkan pada Ayunita soal makan malam yang sudah siap, lingkaran pun sedikit demi sedikit menyebar ke sisi lain halaman, dan mulai menikmati jatah makan malam. Obrolan hangat antar sahabat atau sekadar rekan kerja biasa terdengar di sana sini. Hari-hari yang biasanya dilalui penuh persaingan yang diukur dengan pencapaian dan angka itu secara ajaib meluruh bersama terisinya perut masing-masing. Bergelas-gelas minuman ringan untuk memuaskan dahaga, dan camilan digelar di meja panjang. Semua bebas menghabiskan waktu dan tempat makan malam di mana, karena semua peserta sudah dewasa. Ada yang memilih masuk dan menikmati di meja makan, ada yang di sofa, ada yang masih di luar sambil bercengkrama dengan jangkrik. Ada yang sambil berdiri, semua tergantung selera masing-masing individu.

Mario mengambil sekaleng Fanta orange, pandangannya tertuju pada satu titik sejak tadi—Marsha yang enggan bermain satu tim dengannya lagi sejak 'ultimate couple' berakhir tragis. Dengan lembut Mario menempelkan kaleng dingin itu ke pipi Marsha yang tidak menyadari kedatangannya.

Ideal CutTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang