4. The Farming

7.1K 990 145
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


A/N : Yang kangen, VOTE dulu dong .... 😂


Marsha memberengut di depan laptopnya. Menghadapi puluhan email ber-subject 'urgent' yang harus cepat direspon. Kliennya sendiri saja sudah banyak, ditambah warisan dari Nia yang terakhir resign. Info dari Alvin, Nia resign karena mau menikah dengan raja minyak dan hidup makmur di Burj Khalifa. Marsha sudah mengendus aroma hoax dari tuturan Alvin.

Ya, apa pun deh alasannya, yang jelas Nia sudah tidak ada raganya di kantor ini, dan hanya tersisa jejak-jejak kliennya. Mending-mending kalau diwariskan purchase order * bernilai raksasa, ini diwariskan kasus segambreng. Entah siapa yang tidak kompeten, atau kurang teliti, yang jelas banyak email dari tim Finance, soal customer Nia yang susah ditagih. Kelakuan customer macam itu bisa bikin cash flow* SV Commerce berdarah-darah. Kalau tim Finance sudah gagal menagih, mau tidak mau, Account Manager harus turun tangan menghubungi.

Ada satu customer dari perusahaan level menengah, yang Marsha kontak sejak pagi, tapi selalu di-reject. Gadis itu mulai bernapas pendek-pendek, sependek sumbu kesabarannya. Tangan Marsha mulai mengetuk-ngetukkan mouse-nya ke meja. Hingga gemerisiknya membuat Ray menoleh, mengangkat alis, "Woy, kenapa, Neng?"

Marsha memaksakan senyum, keluarnya kecut. "Nggak, baterainya mau habis kayaknya, lemot banget nih mouse gue, Bang!"

Ray menggeleng. "Diganti dong, kalau mau habis, bukan dibantai! Tuh, ambil di loker, sana." Ia menunjuk loker hitam di pojokan, dengan dagunya.

Marsha pun menyeret kakinya ke loker besar yang diperuntukkan untuk tim Joseph menyimpan ATK. Sesampainya di depan pintunya, Marsha mendengkus, ia lupa tanya kombinasi kuncinya pada seniornya. Ia balik lagi ke meja Ray, satu-satunya orang yang ada di ruangan mereka. Joseph, Alvin, dan Yogi sedang pergi mencari sesuap nasi.

"Bang, password-nya berapa?"

Ray memutar kursinya, dan menatap Marsha penuh arti. "Mas Joseph belum ngasih tahu lo, emangnya?"

Marsha menggeleng. Seingatnya Joseph tidak memberi pesan apa-apa kecuali suruh handle semua remahan proyeknya Nia. Soal yang remeh-remeh macam kunci ini itu, Marsha tidak diberi tahu.

"Yaudah sini, tapi ini rahasia banget ya ..." Ray mengayunkan tangannya, agar Marsha mendekat ke arahnya. Lelaki itu bahkan menoleh kiri-kanan, seolah takut ada yang menguping. Marsha jadi curiga, jangan-jangan loker tim mereka isinya emas batangan, bukan ATK.

Marsha memiringkan wajahnya, menyediakan telinga kirinya untuk dibisiki oleh Ray. Si pemuda berwajah serius itu menutupi sisi wajahnya dengan telapak tangan. "Marsha, inget baik-baik ya, jangan sampe lo kasih tahu tim sebelah, apalagi Clarissa!" bisik Ray. Marsha pun mengangguk.

Ideal CutTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang