26. The Emptiness

3.7K 689 117
                                    

Layar monitor menunjukkan email terbaru dari tim HR

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Layar monitor menunjukkan email terbaru dari tim HR. Dengan judul menarik yang diketik dengan huruf kapital, email itu menarik rasa penasaran siapapun yang kebetulan memandang gadget masing-masing. Tak terkecuali Marsha yang sedang mempermainkan tetikus di samping laptopnya. Gadis itu mengerling sebentar judul email yang muncul di popup notification-nya, tapi memilih membalas dulu email dari customer sebelum membuka email baru itu.

Email yang membuat Alvin berseru girang, "Asiiik, tempat udah diumumin, gengs! Wah, otw beli jaket baru nih gue, dingin banget pasti di sana!"

Yogi bergerak-gerak di kursinya, roda maju mundur mengikuti kakinya yang tak bisa diam. "Yah, kok nggak ke Bali gitu, kek? Lombok?" keluhnya.

"Dari awal udah dikasih tahu bakalan ke Bandung, Gi. Mana ada ke Bali segala, duit terbatas pasti, orangnya udah tambah banyak!" timpal Ray.

"Tapi gue udah pernah ke sini, ah gak seru!" cibir Yogi.

"Ya udah gak usah ikut lah, sana ke Bali pake awan Kinton!"

Alvin dan Yogi pun lanjut berseteru soal cara memanggil awan Kinton yang benar. Ray berusaha meluruskan bahwa awan Kinton itu tidak ada, lebih baik mereka tidak buang tenaga bahas hal tidak jelas. Tapi karena tidak digubris, akhirnya Ray kembali ke laptop dan tidak komentar lagi sampai keduanya capek sendiri. Marsha sendiri sudah pernah juga ke sana saat kuliah dulu, tapi suasananya tentu lain kalau dengan teman kantor, jadi gadis itu tidak kelihatan keberatan mengulang venue yang sama, toh di sana ada berbagai jenis rumah, tidak mungkin mereka menyewa rumah yang persis dengan teman-teman kuliahnya dulu.

Marsha menoleh ke meja Joseph, dan baru menyadari leader-nya itu tidak ada di tempat. Joseph pasti sedang meeting, kalau tidak bisa ditemukan di ruangan mereka. Gadis itu menghadap depan lagi.

"Bang Ray!" bisik Marsha sambil memundurkan kursinya. Ray mendongak dari posisinya di seberang Marsha. "Tetep ikut, kan? Staycation?"

Ray mengacungkan jempol. "Ikut, tenang!"

"Calon bini kasih ijin?"

Ray tersenyum geli. "Kasihlah, ngapain juga gak kasih! Refreshing tuh penting!"

"Bagus deh, Bang Ray ikut, gue pusing kalo mereka gelut mulu nanti siapa pawangnya?" Marsha menggoyang-goyangkan jempolnya ke arah Alvin di sisi kirinya, yang masih debat kusir sama Yogi. Sekarang debat soal jaket mana yang lebih awet, keluaran North Face atau Eiger.

"Lo lah, pawangnya!" ledek Ray.

Marsha mencebik sambil menggeleng. Lalu tanpa sadar menyengir sambil membuka email dari HR tadi, jarinya bergerak lincah membalasnya dengan sepotong kalimat untuk konfirmasi keikutsertaannya di acara tersebut.

***

Yudis kali ini menenteng dua plastik minuman boba ke tempat tim Merchandising. Dia sudah memastikan berapa orang yang hadir di kantor kali ini, dan yakin oleh-olehnya tidak akan kurang. Namun bagai rekaman usang, dia melihat lagi adegan yang dulu pernah disaksikannya. Bedanya, dulu perasaannya belum sekacau sekarang.

Ideal CutTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang