14. The Pants

4.2K 748 86
                                    


Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Burung gue kedinginan, Clar, ketawa lagi lo?"

"Sorry, gue nggak sengaja!" kilah Clarissa sambil menahan tawa. "Serius, mana mungkin sih gue tega sama looo?" Alisnya yang tergambar sempurna itu, turun naik.

Julia yang menyaksikan wajah Yudis semakin merah—mungkin menahan sumpah serapah dan emosi— bertanya pelan, "Eh, Bang yaudah gue aja yang gantiin ketemu sama orang Gelanggang Dusta, gimana?"

Yudis berdiri, dan menggerak-gerakkan celananya yang sekarang berwarna lebih gelap. Sempurna betul, celana kain abu-abu itu berubah jadi coklat butek. Yudis seperti ngompol cairan pekat. Ia menggeleng-gelengkan kepalanya seperti mengusir setan. "Gue coba keringin dulu kali ya, di toilet? Kalo misalnya kering nanti gue aja yang lanjut, Julz!" ujarnya.

"Kayaknya kalo kering sih bisa aja, tapi jadi item nggak sih?" Joseph bertanya hal yang sudah nyata jawabannya.

Yudis pun memicingkan matanya pada Joseph. "Menurut lo? Jadi bunga-bunga?"

Joseph mengangkat bahu, sambil memasang muka prihatin. "Enggak sih, saran gue beli celana baru sana di Aeon, daripada bau kopi nanti gak enak juga sama customer?"

"Bau kopi enak, kok, Jos!" timpal Clarissa.

Teman-teman mereka pun hanya bisa menutup mulut menahan geli. Sedangkan Yudis menggeser kursinya dan keluar dari meja. Lalu ia meraih lengan Clarissa dan mengajaknya menyingkir.

"Eh, kok gue dibawa-bawa?" Clarissa menahan tangannya agar tidak diseret Yudis. Namun Yudis tetap menggenggam pergelangan tangannya, dan menariknya keluar.

Melihat muka serius Yudis, Clarissa pun memilih menurut dan pamit seadanya pada teman-teman semejanya. Dengan langkah panjang ia mengimbangi Yudis yang berjalan cepat, dan masih belum melepaskan tangannya.


***


Yudis mengajak Clarissa ke tangga darurat, yang pastinya tidak ada siapa-siapa. Karena siapa juga orang kurang kerjaan yang nongkrong di tangga darurat, kecuali mau tidur atau pacaran diam-diam?

Clarissa menelan ludah, karena bagaimanapun juga, tindakannya tadi mungkin lucu untuk sesaat, tapi Yudis tampaknya murka padanya. Clarissa tetap tidak menyesal, hanya saja, kalau Yudis menyiapkan prank dengan cara lain, dia harus siap-siap. Hidup Clarissa harus serba waspada selama Yudis masih hidup. Gadis itu mundur selangkah begitu Yudis melepaskan tangannya.

Hening sesaat, ketika Yudis menunduk dan Clarissa hanya bisa menanti. Apa habis ini Yudis akan tertawa setan ala penjahat-penjahat di film Batman? Hanya Tuhan dan Yudis yang tahu.

Helaan napas panjang lolos dari bibir tipis Yudis. Clarissa semakin mundur, mungkin kalau perlu lepas sepatu hak tingginya dan lari jauh-jauh.

Yudis akhirnya menatapnya, dan melangkah sedikit mendekat. Clarissa terus mundur, dan punggungnya mulai merasakan dinginnya dinding, tangan kirinya mencoba meraih gagang pintu, tapi ternyata terlalu jauh.

Ideal CutTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang