12. The Decision

4.8K 762 84
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Tangan Joseph menahan pintu lobi, saat ekor matanya menangkap bayangan seseorang mendekat dengan langkah tergesa. Ia menoleh dan menggendikan kepalanya sedikit, bermaksud memberi jalan.

"Eh, Mas dulu aja," ucap Marsha dengan nada tak enak.

"Please," tegas Joseph, sambil menelengkan kepalanya sekali lagi. Mendapati tatapan Joseph, Marsha pun buru-buru masuk sambil menggumamkan terima kasih.

Gadis itu jalan duluan dengan langkah cepat, seolah menghindari api tak kasat mata. Sementara Joseph masih santai-santai saja, bahkan berbelok ke pantri. Marsha nyaris terbirit mengayunkan tungkainya menuju ruangan mereka yang bernuansa kayu minimalis. Bahkan napasnya bergulung ketika pantatnya mendarat di kursi kerjanya.

Marsha menetralkan ekspresinya sambil mengamati sekitar. Ada Ray yang sedang mengaduk-aduk bubur ayamnya sampai mirip makanan Timun. Yogi sedang berkutat dengan kopi hitam panasnya, andai ini di rooftop, pasti sudah ditemani sepuntung nikotin. Sayang saja ruangan mereka tidak memungkinkan dikotori asap rokok, bisa-bisa kena ciduk smoke detector.

Alvin, the leader of the chipmunks, sedang menelepon seseorang, sambil mengunyah donat. Mungkin saja benar gosip Alvin ada hubungan manis dengan Mbak-Mbak J.co, soalnya akhir-akhir ini sering ada donat di mejanya. Ya tidak pasti donat mahal sih, donat warung juga pernah nangkring di mejanya. Marsha mengerjap-ngerjap sambil menghitung mental, berapa banyak gula dan kalori dalam sekotak donat. Ngilu duluan.

"Makan, Sha?" tegur Ray sambil menyendok bubur yang serupa makanan Timun itu.

Marsha tersenyum sambil menyalakan laptopnya. "Silakan, Mas! Saya udah makan tadi."

"Makan apa tuuh?" sahut Yogi.

"Yang ada aja di kosan, sosis sama kentang."

"Hoo, gitu ..." gumam Yogi, sambil menggeser kursinya ke arah Ray. "Enak juga kayaknya nih, Bro!" Lalu main comot saja kerupuk sisa di kresek, dan mencungkil bubur di mangkuk Ray.

"Mau nitip, besok?" tawar Ray dengan nada baik-baik. "Jangan banyak request tapi, terima jadi aja."

Yogi mencolek bubur lagi, kali ini dengan sendok. Selepas mengunyah, manggut-manggut. "Ho'oh, gue paling nggak pake kacang sama bawang goreng, terus seledrinya dikit aja, Bro. Sambel tiga sendok, kecapnya banyakin!"

Ray merebut sendoknya lagi dari tangan Yogi dengan ekspresi malas. "Oke."

Yogi membelalak. "Serius? Beneran ya, besok jangan sampe lupa lo, gue nggak bawa sarapan besok pokoknya!"

Ray mengangguk sambil mengunyah lagi sarapannya. "Iya, besok gue bawain Super Bubur," balasnya datar.

Yogi pun menyumpah serapah tanpa suara. Mau memaki tak jadi, karena Joseph keburu masuk sambil menenteng sebuah mug hitam, dengan tag tea bag Earl Grey merek Twinings bergelayut di sisi mug. "Morning, guys!" sapanya ringan. "Nanti sebelum lunch kita meeting dulu ya, ruangan udah gue booking."

Ideal CutTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang