11. The Friends

4.8K 758 81
                                    

Clarissa menjajari langkah Joseph ketika keluar dari ruangan meeting, menyibakkan rambutnya, sebelum mendekatkan bahunya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Clarissa menjajari langkah Joseph ketika keluar dari ruangan meeting, menyibakkan rambutnya, sebelum mendekatkan bahunya. "Heh, lo kesambet apaan mau volunteer segala? Kita nggak tahu kali itu prakaryanya si Ziggy itu beneran jalan apa enggak?" desisnya.

Joseph menjawab tanpa melirik, "Ya makanya dicoba, biar tahu kurangnya di mana. Namanya sistem mana ada yang lahir langsung sempurna, bayi baru lahir aja cuma bisa nangis, mana ada langsung bisa jalan?"

"Bener tuh, gue setuju sama lo, Jos!" sahut Yudis dari belakang. Clarissa berjengit, dan buru-buru menoleh saking kagetnya.

"Astaga naga! Bisa nggak lo, kalo muncul normal aja gitu, jangan kayak setan?" sungut Clarissa sambil mengurut dadanya.

Yudis menyengir lantas merangkul bahu Joseph seolah tidak ada yang salah dengan perangainya. "Lo aja yang nggak fokus! Gue dari tadi di belakang, kali."

Clarissa menanggapinya dengan cibiran nyinyir. "Dasar stalker, ngikutin mulu."

Yudis tertawa geli, kriuk betul derai tawanya macam cracker. "Aduh, geer amat, Bund? Gue ada mau ngomong sama Jos kali."

"Hilih," cibir Clarissa sambil menyugar rambutnya. "Kepo aja obrolan gue sama Jos kali lo."

"Bebas deh apa kata lo, Bund!" potong Yudis jahil, wajahnya kembali fokus pada Joseph. "BTW, gue setuju apa kata lo, Jos. Sistem baru emang harus ada yang trial, gue salut lo mau jadi kambing kurban!"

"Ya harusnya kan tim elo, yang nyoba, Dis! Jelas-jelas Sammy nyuruh elo tadi, pake jual mahal segala lagi. Mana katanya tim terbaik, tapi nyoba sistem baru aja takut!" sindir Clarissa.

Yudis tertawa semakin kriuk. "Ahaha, kalo ada orang lain, kenapa mesti gue gitu? Buktinya nih, gentleman di samping gue nih, malah ngajuin diri! Gilaaa, mantep banget Joseph Alexander emang!" Yudis menepuk-nepuk bahu Joseph dengan semangat kelewat batas.

Joseph menggeleng-geleng sambil tersenyum. "Sebenernya gue juga males, tapi daripada nonton lo berdua ribut kayak pasutri mau cerai, mendingan gue percepat ajalah. Toh di tim gue ada yang nafsu banget soal sistem induk yang bisa monitor SO dari awal sampe akhir, sekalian aja gue kasih akses!"

"Wah, mantep banget emang ide lo, Bos Joseph terbaik emang!" Yudis memasang tampang kagum yang memancing emosi Clarissa.

Gadis itu berjalan lebih cepat, dan berhenti di depan keduanya. Joseph dan Yudis mengerem langkah tepat waktu, atau mereka bisa tabrakan beruntun di lorong. "Jos, lo bukan mau ngerjain si Marsha, kan? Please, jangan. Dia tuh udah banyak pikiran, jangan ditambahin lo kadalin juga!"

"Tuh kan, kambuh deh sok-sok belain, padahal anak buah sendiri masih pada keteteran," ujar Yudis.

Joseph menghela napas, lalu tersenyum. "Gue nggak ngerti ya sama kalian. Keputusan atasan soal Marsha pindah tim gue kan udah sah, jadi ya sekarang lo nggak perlu repot-repot pusingin si Marsha, Clar. Dia udah gede, for real, mau sampe kapan sih lo ikut campur melulu? Mau Marsha gue kasih kerjaan apa kek, ya itu otoritas gue sebagai leader-nya sekarang, oke? No offence, buddy, let me do what I have to do. Trust me, at least, I'm not him," Joseph menunjuk Yudis dengan jempolnya.

Ideal CutTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang