15. The Question

4.2K 747 91
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Joseph menoleh ketika pintu ruangan mereka terbuka, dan menampakkan Marsha yang masuk sambil menenteng sekotak Beard Papa's. Lalu ia meletakkan kotak yang lumayan besar itu di meja Alvin. Si pemuda oriental itu pun tersenyum kegirangan sambil mulai membuka si kotak kuning.

"Makasih, Dek Marsha, nanti Kokoh transfer yaaa!" seru Alvin dengan manja.

"Okee, Kokooh ganteeng! Jangan lupa ya, ada ongkos jalan, ongkos capek, terus ongkos antre!" balas Marsha dengan nada tak kalah manja.

"Asiyaaaap!" Alvin menggoyang-goyangkan bahunya.

Keduanya lalu terkikik bersamaan macam tetangga rumpi di tukang sayur. Sungguh pemandangan yang menyenangkan kalau pada akur. Tapi ada apa dengan nada-nada manja yang mengudara ini?

Yogi dengan cekatan langsung mendekat ke meja Alvin. "Bagi, Pin!" Yogi mungkin punya radar khusus urusan makanan, hidungnya setajam serigala. Ray meski tanpa suara, sudah siap siaga di tengah-tengah meja Alvin dan menatap penuh harap.

"Eh sabar dong, guys! Masnya duluan, kita tawarin," bisik Alvin pada para predator. Lalu Alvin memutar kursinya dan tertawa lebar ke arah Joseph. "Mas Josss! Mau eclairs? Masih anget loooh!" Alvin akan jadi duta roti terbaik, andai dia bukan kerja di sini. Siapa tega menolak senyuman lebar, dan pipinya yang mengembang itu?

Joseph menggeleng anggun. "Makasih, Vin, buat kalian aja," ujarnya sambil tersenyum. Ternyata Joseph tega mengecewakan si duta roti.

Pipi Alvin seketika kempes, dan bibirnya melengkung sekilas. "Yaah, kok gitu, Mas? Ini nggak diracun kok!" Ia menoleh kepada Marsha, "Enggak, kan, Sha?"

Marsha mendelik. "Ya enggak dong! Sembarangan aja Koh Apin!"

"Nggak, serius gue udah kenyang, Vin. Sok kalian aja, santai aja sama gue," jelas Joseph lagi.

Apalah daya jika undangan menuju chocolate factory ternyata ditolak mentah-mentah. Roti puff berisi krim manis lumer cokelat itu hanya bisa dinikmati para jongos, karena sang leader lebih memilih untuk fokus lagi pada layar laptopnya. Ray dan Yogi yang sudah pasang kuda-kuda dengan segera menjamah kotak besar kuning berhias gambar aki-aki itu.

"Makasih, Pin, akhirnya! Udah bosen gue sama J.co!" cerocos Yogi sambil mengunyah sepotong eclair.

"Putus lo, Pin, sama mba-mba J.co?" tanya Ray sambil duduk lagi di bangkunya sendiri.

"Apaan siiih? Nggak putus gue! Jadian aja enggak!" sungut Alvin. Kemudian menyodorkan kotak itu pada Marsha. Gadis itu tampak membulatkan matanya sambil menunjuk mukanya sendiri.

Alvin mengangguk dan mengisyaratkan Marsha juga ikut ambil. "Ambil, ambil! Kan sengaja gue beli banyak!"

"Nanti dipotong gak nih transferannya?" tanya Marsha sambil tertawa.

Ideal CutTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang