Marsha kelihatan pura-pura budeg sewaktu Alvin dan Yogi masuk ruangan sambil ngobrol sok sibuk. Lagak mereka sudah ngalahin CEO baru pulang rapat penting, padahal semerbak rokoknya saja tercium dari jarak lima juta meter. Sudah jelas meeting mereka sama abang ojek pengkolan, bukan sama customer.
"Waduh, lagi beberes apa nih, Mas Jos??" seru Alvin sambil tergopoh-gopoh jongkok di sisi lain meja Joseph. "Kenapa nggak nelepon kita buat bantu-bantu?"
Marsha kelihatan keras menahan diri supaya tidak melempar pengki ke muka seniornya. Bibirnya melengkung ganjil, sambil melempar pandang ke arah Alvin dan Yogi yang memasuk-masukkan sampah ke trash bag.
Padahal trash bag-nya cocokan buat bungkus mereka, batin Marsha.
Alvin dan Yogi—yang dengan sangat tahu diri— langsung sok sukarela jadi peri rumah outsourcing, kerjanya gampang lagi, tinggal seret trash bag saja. Coba mereka ke sini empat puluh lima menit lalu, sekitar sini masih mirip-mirip lapak loakan kertas.
"Nggak papa, udah dibantuin Marsha kok, lagian nggak susah-susah amat, kalian juga pasti lagi sibuk, kan tadi?" balas Joseph.
Rintihan kecil lolos dari bibir Marsha. Mau menangis sambil tertawa dengar jawaban enteng Joseph, seolah yang diperiksa tadi cuma dua map tipis. Marsha lagi-lagi berusaha memandang Yogi dan Alvin, yang mana pandangan sinis itu dibalas senyuman tanpa dosa oleh mereka.
"Ya ampun, Sha! Sini gantian, gue aja yang sapuin remehan kertasnya, lo duduk aja, duduk!" rayu Yogi, berusaha (tidak keras-keras amat) merebut sapu dan pengki di tangan Marsha.
"Nggak usah!" geram Marsha, dan ia malah mengayunkan sapunya tinggi-tinggi, sebangsa Yogi itu amoeba yang harus ikut disapu.
Alvin dengan kekaleman yang dibuat-buat, menutup lagi pintu-pintu rak yang sudah rapi dihuni kertas dan dokumen penting. Lanjut senyum sok asik ketika menawarkan pada Joseph untuk mengenyahkan beberapa trash bag yang sudah dipisahkan Joseph. Diamini dengan cepat oleh si leader. Dan Alvin pun memanggil Yogi ke sisinya, untuk bantu prosesi seserahan trash bag itu ke office boy gedung di sekitar area tangga darurat. Pergilah lagi Upin dan Ipin menggeret hasil kerja baktinya Marsha dan Joseph sesiangan. Entahlah si Kak Ros alias Bang Ray ke mana rimbanya. Sejak tadi Marsha terlalu malas untuk sekadar tanya. Hilang kek diculik alien, bodo amat.
Embusan keras napas Marsha mau tak mau membuat Joseph menoleh, sedangkan dia sendiri masih mengatur napas. Mereka berdua memang berakhir beres-beres yang kelewat beres, karena rak-rak di ruangan sudah terlampau berdebu. Kalau didiamkan terus takutnya debunya bisa dipakai tayamum sebulan sama Dodo.
"Sha?"
Marsha masih menggosok-gosok tangannya yang hitam keabuan, otomatis matanya membola karena dipanggil tiba-tiba. "Ya?"
"Uhh, thanks banget ya, udah dibantuin beresin segini banyak. Gue nggak nyangka juga ternyata banyak banget! Tadinya kelihatan dikit sih, hehe."
KAMU SEDANG MEMBACA
Ideal Cut
ChickLit| Chicklit - Humor | Part of Chaotic Company Series | All the things happening here is part of madness. Marsha, si Account Manager junior yang baru dipindahkan ke tim Joseph, kesulitan untuk berbaur dengan tim barunya. Tim Joseph berisi empat lelaki...