2. The Guys

9.1K 1.1K 84
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Asyiiik, akhirnya ada pemandangan juga tim kita!"

"Hallo, Dek Marsha, duduk dong ... jangan berdiri aja, nanti si Alvin kesenengan!"

"Hai Marsha! Tahu nggak sih, gue yang usulin biar lo masuk tim kit—"

"Ssh!" potong Joseph, selagi melangkah ke ruang meeting, dan menemukan semua orang sibuk mencari perhatian si darah baru di tim mereka. Marsha nampak sepucat tembok, masih memeluk laptopnya seolah itu tameng yang akan melindunginya dari roh-roh jahat yang bertebaran di muka bumi.

Joseph menutup pintu di belakang punggungnya, lalu menuju ke tengah. Kedua tangannya menepuk pelan, tatapannya meneliti ekspresi rekan sejawatnya. "Nah, Marsha, welcome to our team!" ujarnya tegas.

Gadis yang disambut justru terlonjak kecil di kursinya, mengangguk selewat, dengan senyum yang tidak ikhlas. Sementara tiga lelaki lain di ruangan itu bertepuk tangan antusias. "Yeeaaaay!!! Go Marsha, Gooo!!"

Mereka menyoraki Marsha seolah dia sejenis kuda pacu yang mau balapan. Gadis itu semakin menundukkan wajahnya, tampak tidak menikmati atensi yang ditujukan padanya. Wajar saja Marsha berekspresi macam itu, karena di antara mereka semua, Marsha karyawan yang paling baru. Belum genap setahun dia bergabung dengan perusahaan mereka, di bawah pimpinan Clarissa, prestasinya bisa dibilang menjanjikan. Pencapaian penjualannya termasuk tinggi, apalagi untuk ukuran anak baru, ia sudah pernah memegang proyek jangka pendek dengan nilai cukup besar. Namun kecemerlangan Marsha banyak campur tangan Clarissa, dan Marsha jarang terjun benar-benar seorang diri ke lapangan. Clarissa seperti induk semang untuknya, dan Sammy— atasan divisi mereka, memprediksi itu akan menjadi bumerang. Marsha harus lebih mandiri dan tahan banting, karenanya ia dipindahkan ke tim Joseph yang saat ini berisi pejantan tangguh semua, dengan jam terbang lebih mumpuni.

"Mas Jos, saya boleh tanya?" Marsha angkat tangan. Joseph mengangguk.

"Umm, Mbak Nia ke mana ya? Ini meeting-nya lanjut aja gitu, tanpa beliau?" Menilai gelagat Joseph yang sudah menyalakan proyektor dan berniat memulai rapat kecil, Marsha menanyakan satu nama yang sepengetahuannya adalah salah satu member dari tim ini.

"Loh, si Nia kan udah resign minggu kemaren? Nggak tahu?" Alvin menyahut cepat. Pemuda oriental itu mengernyitkan dahinya karena menangkap ekspresi kaget Marsha.

"Huh?" Marsha melongo. "Oh gitu? I-iya, belum tahu Koh ... eh, serius?"

"Jiaah, ke mana aja, Dek?"

"Maklum lah, tim Clarissa kan, tim kepu-kepu! Kerja pulang, kerja pulang, Pin!" ejek Yogi.

"Weh, mantan leader lu tuh! Kualat nanti lu!" tukas Ray.

Ketiga pria itu kompak terkekeh. Sementara Marsha menggigit bibirnya dan mengalihkan wajah.

Joseph memainkan pointer di tangannya, dan menjelaskan, "Nia udah resign, jadi kita butuh tambahan orang. I see your potential, and you probably can be even better tha—"

Ideal CutTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang