“Belajar yang bener.”
***
"
MAMA!"
"MAMA MANDA TELAT!"
"MA TADI ADA KANYA DATENG GAK?"
"MAMA—"
Manda yang daritadi berteriak sembari menuruni tangga langsung berhenti saat melihat sang Mama yang menggelengkan kepalanya.
"Kanya gak dateng."
"SERIUS?!"
"Sstttt kamu ih." Mama Manda memukul pelan mulut sang anak.
"Itu ada Nava di depan." Ujarnya memberitahu. Mata Manda langsung membulat mendengar itu.
Namun karena jam sudah menunjukkan pukul 6.45 ia menunda kagetnya agar tidak telat ke sekolah.
"Mama, kalo gitu aku berangkat dulu, udah telat!" Manda mengecup pipi sang Mama.
Ia berjalan keruang tengah, lalu langsung menarik lengan Nava untuk pergi.
"E-ehh woi!"
"Ayo buru bego, udah telat."
"Ya lo—"
"Gausah nyalahin gue, udah buruan!"
"TANTE, NAVA SAMA MANDA PAMIT!" Teriak Nava sebelum mereka benar-benar pergi.
...
"Bangsat."
Buru-buru yang percuma. Mereka telat datang ke sekolah 6 menit. Langsung dihukum ketos buat lari puter lapangan.
"Tau gitu gue bolos aja." Sesal Manda sambil terengah-engah. Ia baru memutar lapangan 2x, sedangkan Nava sudah memutari lapangan 5x.
Brak.
Manda menjatuhkan tas nya ditengah lapangan, ia lanjut lari tanpa memperdulikan tas itu.
Yang penting bebannya berkurang.
"Gue udah selesai."
Nava berdiri dengan tangan yang ada di pinggangnya. Ia sibuk mengatur nafas sembari melihat Manda yang lebih terlihat seperti jalan memutari lapangan. Bukan lari.
"Gue tinggal, ya?"
Dengan segera Manda mengalihkan pandangannya kearah Nava, ia berlari secepat mungkin menyusul lelaki itu.
"Tega banget lo sumpah?!" Manda mendorong tubuh Nava. Lelaki itu sempat oleng, namun berhasil menahan tubuhnya.
Ia menyipitkan matanya karena matahari mulai terik, lalu menghalangi wajah sinar yang menghalangi wajah Manda.
"Gue tau niat lo baik, tapi lo kecakepan." Batin Manda menggerutu.
Manda liatin Nava ga kedip. Terpesona kayaknya.
Ini cowok beneran manusia ga sih? Dia pernah mikir gimana caranya jadi jelek, ga?
Bukannya lanjutin lari, malah asik sendiri. Untung ketosnya masuk kelas.
"Dah?"
Ditegor Nava, baru kedip.
Agak malu sih.
Bedanya sama Nava, cowok itu langsung membawa tas Manda di bahu kanannya, lalu meninggalkan perempuan itu di lapangan.
Tapi walaupun dem-diem gitu, udah gila orangnya.
"Tas gue!"
"Bego, harusnya gausah anterin anjir, lo kira gue bocah?"
"Emang."
"Gimana nanti kalo ada yang liat anjir? Santai banget dah lo."
"Santai lah, ngapain panik?"
Manda berdecak sebal, emang Nava nih gapernah ngertiin pikiran negatif Manda.
Ya pikiran negatif, ngapain dipikirin.
"Lo tuh harusnya—" belum sempat menyelesaikan bicaranya, Manda terdiam karena Nava mengelus kepalanya, lagi.
Sumpah rasanya masih asing banget.
"Belajar yang bener."
Setelah mengucapkan itu, Nava meninggalkan Manda yang terdiam didepan kelas sendirian.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
With you
Teen Fiction16+ "Maaf buat kejadian malam itu." Manda menoleh, sedikit tidak percaya mendengar Nava mengucapkan kata maaf. Nava menghela nafas panjang, nunggu jawaban Manda butuh berapa lama sih? "Make it right. And you're mine, right now." Deg! "Kok gitu si...