***
"Nav, gue udah pikirin ini baik-baik. Gue bakal bilang ke Kanya tentang.. kita." Manda berujar saat mobil berhenti didepan rumah Kanya, menunggu satpam membuka gerbang agar mereka bisa masuk.
Dan tidak lama dari itu gerbang terbuka, mereka mulai memasuki area rumah Kanya.
"Gue bakal bilang juga ke temen—"
"Tapi jangan bilang ke temen lo dulu..."
"Kenapa?"
Mereka masih didalam mobil, belum berniat untuk keluar karena merasa pembicaraannya belum selesai.
"Temen lo mulutnya lemes, apalagi Arya. Kalo dia keceplosan gimana? Duhh ribet pasti, Nav. Gabisa bayangin kalo tiba-tiba kita dikeluarin dari sekolah karena udah nika—"
"Pikiran lo terlalu lebay."
Kalau tadi omongan Nava yang dipotong oleh Manda, sekarang kebalikannya.
Manda masih terdiam, lagipula, emang dia lebay gimana coba? Manda kan cuma takut.
"Guru taunya kita tunangan, bukan nikah pas masih SMA."
Setiap denger ini, Manda bener-bener ga expect kalo dia bakal ngelakuin hal itu. Nikah pas SMA.
Astaga, planning nikah sebelum ada perjodohan aja Manda gatau mau kapan. Eh tiba-tiba pake acara jodoh-jodohan.
"Ya terus?" Gatau Manda ngebug atau gimana, dia benar-benar ga nyambung sekarang.
Nava menghela nafas, membuka seatbelt, dan bersiap untuk turun. Manda yang melihat itupun bergerak mengikuti Nava, mereka keluar mobil.
Terlihat pintu rumah yang perlahan terbuka, menampilkan seorang perempuan dengan rambut tergerai kusut dan juga piyama doraemon sebagai outfitnya.
Manda melambaikan tangan kearah Kanya, sedangkan perempuan itu diam melotot saat menyadari bahwa itu Manda dengan seorang lelaki—
"KOK SAMA NAVA?"
...
"OH MY GOD??!?!!"
"Sssttttt." Manda menutup mulut Kanya yang berisik itu.
"Gue ga berani ceritain ini ke lo sebelumnya, soalnya kan lo suka banget sama Nava."
"Mungkin waktu itu iya, tapi sekarang udah ga kok! Ga sama sekali malah."
"Ya.. udah, singkat ceritanya gitu."
"Manda, gue serius. How lucky you're?!??"
Manda baru saja menceritakan semuanya pada Kanya hari ini, mereka berdua sedang didalam kamar, sedangkan Nava diruang tamu.
"Bokap gue bisnisnya hampir bangkrut, lo bilang lucky? Darimananya, Kanya?"
"Ya bukan itu konteksnya." Kanya gemas sendiri, "lucky karena ternyata cowoknya itu Nava."
"Padahal b aja."
"B aja b aja, ga mungkin b aja kalo gue pernah hampir gila gara-gara dia."
"Dih, bukannya lo emang udah gila?"
Kanya menabok lengan Manda, wajahnya menekuk saat sahabatnya malah ketawa terbahak-bahak.
"Dah ah ayo nyeblak."
Manda dan Kanya turun kebawah. Sudah hampir 30 menit mereka meninggalkan Nava sendiri diruang tamu. Untung lelaki itu fine-fine saja.
Manda membawa nampan yang diisi 2 mangkuk, Kanya membawa nampan berisi 1 mangkuk, beserta air untuk mereka minum.
"Lo jangan mau diajarin sesat gini sama Manda."
Baru selesai menaruh mangkuk, Nava membuka suara.
Manda yang merasa namanya dipanggil pun menganga heran. "Lo ngomong sama siapa, bodoh?"
"Kanya."
"Anjir gue diajak ngomong cogan." Sahut Kanya cepat, lalu ia menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.
Namun setelah itu, Kanya berusaha santai untuk menjawab pertanyaan Nava. "Sorry, sesat gimana?"
"Makan seblak pas lagi sakit. Pake dikit dong otaknya."
Manda jadi merasa tersindir, Kanya tersenyum kikuk. Ini cowok mulutnya abis kena sambel seblak apa ya? Kenapa jadi pedes tiba-tiba gini.
"Nav, apaan sih lo. Diem aja diem." Jawab Manda, lalu ia mulai mencicip seblaknya. "Ini enak tau, lo juga kalo lagi sakit kepala makan ginian dijamin langsung seger."
Omongan Manda malah ngelantur, tapi bener juga.
"Kenapa lo yang nyaut sih?"
"Dih, gaboleh? Lagian tadi lo bawa-bawa nama gue, jadi wajar dong kalo gue sautin."
Kanya memperhatikan pasangan ini. Dia pikir, mereka berdua akan lebih terlihat seperti pasangan yang serasi namun malu-malu kucing.
Namun ternyata, seperti anjing dan kucing.
"Lo anjingnya."
"Lah gue kucing! Imut gini anjir." Manda merasa tak terima, "lo lebih cocok ke anjing sifatnya. Galak."
"Gak."
Kanya lama-lama jadi jenuh liatnya, mau pisahin mereka berdua, tapi gatau gimana caranya.
Tapi demi kedamaian nya saat makan, sepertinya dia harus melakukan sesuatu.
"Nav udah deh, lo cari ribut mulu sama gue daritadi. Kenapa sih?"
"Bukannya gue yang harus tanya gini—"
"Gini gimana? Lo mau bilang kalo gue yang cari ribut sama lo?"
Kalo Kanya lihat-lihat, Nava juga tanggepin Manda udah lumayan sabar, berusaha ngalah. Tapi ceweknya ini yang ngerocos terus.
"Guys, sorry, gue tau kalian lagi pacaran. Tapi bisa gak kalo kita makan seblaknya dulu? Keburu dingin nanti."
Ok, misi Kanya berhasil.
Mereka sekarang sudah diam, walaupun sebelumnya saling memberi tatapan tajam.
Kanya ga expect kalo Nava banyak ngomong juga.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
With you
Teen Fiction16+ "Maaf buat kejadian malam itu." Manda menoleh, sedikit tidak percaya mendengar Nava mengucapkan kata maaf. Nava menghela nafas panjang, nunggu jawaban Manda butuh berapa lama sih? "Make it right. And you're mine, right now." Deg! "Kok gitu si...