Sebuah mobil hitam terparkir di pinggir jalan sebuah perumahan, nampak seorang pria berpakaian hitam dan berkacamata itu sedang mengawasi satu rumah yang jaraknya sekitar 10-15 meter.
Tak lama datang satu pria lagi sambil menenteng kantong plastik, tubuhnya pendek dan gempal. Pria tadi langsung membukakan pintu mobilnya mempersilahkan pria tersebut masuk. Dia menyeringai, memperlihatkan kantong yang dibawanya. Pria yang berkacamata itu berdecih, tak ada spesialnya ia melakukan berseringai seperti itu.
Pandangan mereka teralihkan saat suara bantingan pintu mobil didepan mereka, tepat pada seorang pria kantoran yang sedang memarkirkan mobilnya. Memang tak ada yang penting, namun pria itu memasuki rumah yang mereka targetkan. Pria pendek itu mengambil sesuatu dari kantong plastik dan mencocokan sebuah foto dengan pria yang sudah masuk ke rumah tersebut.
"Cocok" ujar pria pendek itu, pria berkacamata pun menoleh tersenyum puas, mereka telah menemukan target yang mereka incar.
Tugas mereka memang terlihat sepele, namun. Resiko mereka jauh lebih tinggi, jika mereka meninggalkan celah sedikit pun maka jejak mereka lebih cepat ditemukan oleh kepolisian. Pria pendek itu menyalakan rokoknya, ia butuh penenang sedikit sebelum melakukan tugas mereka.
Terserah apa kata bos mereka, misi yang diberikan seperti misi bunuh diri. Mereka tersenyum pahit, setelah mengabdi cukup lama, jeri payah, hingga taruhan mereka pertaruhkan tetap saja. Bos mereka menganggapnya alat pembunuh. Ya mereka pembunuh bayaran yang sebenarnya, pekerjaan ini sudah sering dilakukan sesuai yang diperintahkan bos mereka.
Mereka membunuh setiap orang-orang yang mengancam bos mereka, dan termasuk orang tadi. Agak sedikit iba saat mereka melihat seorang wanita yang menunggui pria tadi didepan rumah mereka, seolah hidup mereka tak terancam kerana, tak mengetahui apapun yang terjadi nantinya.
"Gue mau" pria pendek itu memberikan rokoknya pada rekannya
"Kalau ketahuan, gue ga peduli lagi" ucap pria berkacamata itu sambil mengambil pemantiknya.
"Gue bakal bunuh diri" ucap pria pendek.
"Goblok!" umpat pria berkacamata, pria pendek itu terkekeh.
"Gue nyiapin bendanya dulu" pria berkacamata itu keluar dari mobilnya, memeriksa bagasi dan menyiapkan bahan peledak.
Pria pendek itu terus menghisap rokoknya, mengumpat dirinya. Telah mengabdi pada orang yang salah, ia mengira hidupnya akan normal. Nyatanya semakin kesini, ia menjadi tak terkendali. Melihat orang-orang yang ia bunuh berteriak minta tolong padanya, tertatih ingin menggapai apapun.
Ketukan pada kaca mobil membuatnya sadar, rekannya sudah memberi kode untuk segera berangkat. Ia mematikan rokoknya yang masih setengah terbakar. Masa bodo tentang hidupnya, ia memilih untuk melakukan ini untuk terakhir kalinya.
***
"Yes!, menang!!" Lucas mengangkat tangannya, membuat Rani iri dan menurunkan bahunya lesu.
Papan score di tv besar milik Lucas menampilkan score terakhir yang dicapai mereka, huft melihat angkanya saja Rani ingin melakukannya terus-menerus.
"Kamu bakal ketinggalan Asuka!" ucap Lucas menamai nama-Rani menjadi Asuka, dan Lucas menjadi Jin.
Rani mendelik tak suka, ia langsung menekan 'start' pada konsol game. Lucas langsung siaga dan memainkan game fighter tersebut.
"Curang banget, awas kamu Asuka"
"Bodo amat, Asuka bakal ngalahin Jin tomang!"
Efek suara game terus terdengar sampai-sampai, membangunkan Papi Lucas. Ia melihat kedua anak itu dilantai bawah sedang serius dengan gamenya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Asuka [21+]
Literatura FemininaDiawali dengan pertemuan yang tak terduga membuat Lucas kembali mengulas masa lalunya, hal itu membuat Rani ikut terlibat kembali pada ledakan yang terjadi di rumahnya. Mampukah mereka mengupas tuntas siapa dalang dari ledakan itu? [Tiap Gambar bers...