18. I'm Sorry [21+]

33.9K 386 5
                                    

Deg

Luna pingsan dalam dekapan Lucas, memang. Tragedi lampu itu membuat takut semua orang, dan dengan satu gerakan, Lucas langsung menggendongnya ke tempat yang lebih aman, tanpa berbicara pada Rani yang menatapnya sendu.

Pahit, sudah kentara sekali Lucas memang hanya menganggapnya tak spesial, ia hanya diam terpaku melihat punggung kokoh itu kian menghilang. Berganti dengan orang-orang yang lalu lalang, sampai tak terasa air matanya memanas. Tak sanggup dengan semuanya.

"Rani?" suara berat itu memanggilnya, ia adalah Lucio. Pria paruh baya itu memegang lembut bahu wanita yang tengah bersedih itu.

Lucio melihat semuanya, ia tahu perasaan Rani. "Lihat tangan kamu" ucap Lucio.

Rani menuruti permintaan Lucio, begitu melihat tangannya. Rani langsung merasakan perih yang teramat, ternyata tangannya sudah mengalirkan banyak darah akibat pecahan kaca lampu besar itu.

Rani meringis, kesakitannya kini menjadi dua. "Kita obati dulu lukamu" pinta Lucio.

Lucio mengajak Rani untuk duduk, ia meminjam kotak P3K dari ambulans yang datang barusan. Lucio pun mulai mengobati luka Rani, kemudian membalutinya dengan perban.

"Rani, maafkan papi atas kekacauan ini, nak" Lucio mengatakannya dengan menyesal, ia bahkan tak bisa menduga hal ini akan terjadi.

"Ini memang di luar kendali, tuan" ucap Rani pelan

"Panggil papi aja" ucapnya dengan senyuman.

Rani mengangguk sopan, tadinya ia kira ayah Lucas terlihat dingin dan tegas. Namun sekarang ia merasakan kehangatan dari pria tersebut.

"Dimana Mommy Naya?" tanya Rani

"Dia bersama Winwin dan.. Ah papi lupa dengan nama wanitanya itu"

"Nina" ujar Rani

"Ya, Nina. Dia sangat cantik" puji Lucio mengingat percakapan mereka saat dilantai dua.

"Tapi kamu lebih cantik Rani, apalagi dengan mata itu" Lucio langsung menatap lurus kedua bola mata Rani, yang menjadi perhatian sejak tadi.

"Mata yang persis sama dengan mata kawan papi" Lucio tersenyum mengingat kenangan bersama kawan terbaiknya itu.

"Oh ya?" Rani mulai tersenyum.

"Sayangnya ia sudah berada di surga nak" raut Lucio mulai menunjukan ekspresi sedih, ia teringat kembali akan penyesalannya.

"Saya turut berduka" Rani turut belangsukawa.

Lucio mencoba tegar, "Nggak apa-apa Rani". Kemudian berdiri, ia harus mencari tahu siapa dibalik peristiwa ini. Siapa pun itu, dia harus bertanggung jawab.

"Beristirahatlah malam ini Rani, Lucas pasti akan kembali" pesan Lucio.

"Papi Lucio" panggil Rani

"Ya?"

"Orang yang papi maksud tadi apakah dia pria yang membantu perusahaan papi?" tanya Rani, Lucio tersenyum dan mengangguk.

"Ya, dia sangat berjasa bagi orang-orang disini. Oleh karena itu, dia adalah rekan terbaik papi" jelas Lucio.

Hati Rani mencelos, apakah dia papi Lucio yang ia kenal selama ini. Dan orang yang dimaksudkan Lucio adalah ayahnya.

Ia sangat tahu pekerjaan Gerry dan Lucio, sebab pertemanan itulah dirinya dan pangeran tampannya bertemu dan berkawan baik. Maka ia perlu memastikan bahwa cerita Lucio tadi itu mengenai ayahnya.

"Bagaimana kamu tahu dia pria, Rani?" tanya Lucio, ia bahkan tak menyebutkan jenis kelamin atau nama pada Rani tadi.

"Hanya menebak papi Lucio" jawab Rani dengan tersenyum, Lucio tertawa pelan. Bahkan dari cara bicara Rani sangat mirip dengan Gerry.

Asuka [21+]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang