"Duduk aja, anggap rumah sendiri" Rani yang masih berdiri diambang pintu, mulai menduduki sofa empuk milik Lucas.
Sangat beruntung bagi Rani bisa melihat desain apartemen Lucas terlihat nyaman dan sempurna. Ruangan itu dipenuhi properti yang senada dengan warna coklat di dinding tersebut.
Suasana menjadi canggung, saat Lucas menyiapkan minuman untuk tamu spesialnya itu. "Nih minum dulu, takut haus" Lucas memberikan secangkir teh hangat.
"Makasih" Rani langsung menyeruput tehnya.
Lucas menduduki sofa satunya, dari tadi yang selalu menjadi pusat perhatiannya ialah pakaian Lucas yang santai namun sopan, Rani baru melihat cowok berbibir tebal itu memakai baju santai setelah beberapa kali bertemu, Lucas selalu berpakaian formal dan rapi.
"Kenapa liatin saya, suka?" Rani langsung terbatuk mendengar ucapan Lucas.
"Ga kok, saya baru lihat kamu pakai baju santai" Lucas terkekeh.
"Ya masa saya terus pake baju kerja. Sebenarnya lebih nyaman ga pake baju malah" Lucas sangat santai mengatakan hal itu membuat Rani gemas mendengarnya.
"Ternyata kamu seneng ga pake baju ya" ucap Rani pelan.
"Tapi ganteng kan?"
"Bangettt" batin Rani.
"Ga, gantengan lee min ho" canda Rani.
"Wah, tadi siang kamu muji saya ganteng. Kenapa sekarang ga?"
"Kapan, saya ga bilang begitu" protes Rani.
"Otak kamu berapa Mb sih, masih gitu aja lupa" Lucas menaruh teh nya.
"Saya juga serius, ga bilang kamu ganteng"
"Kamu bilang kok!" Lucas masih tak mau kalah
"Enggak..!"
"Kamu bilang..."
"Enggak"
Lucas terkejut mendengar bunyi perut Rani, ia lupa menawarinya makan. Sampai-sampai perut Rani mengatakan semuanya bahwa Rani sedang lapar.
"Kenapa ga bilang kalau kamu laper sih?" Rani memegang perutnya, ia sedikit malu mengatakannya.
"Masa iya sih baru pertama kali dateng ke rumah orang langsung minta makan" Lucas tertawa pelan mendengar jawaban Rani yang membuatnya gemas.
"Oke-oke, saya bakalan masakin buat kamu. Tunggu sini" Lucas langsung menuju dapur yang tak jauh dari tempat mereka duduk.
"Gausah, tapi kalau maksa yasudah" ucap Rani sambil senyum sendiri, toh percuma menolak. Dirinya memang sangat lapar.
Lucas membuka kulkas dan tak menemukan apa-apa, lalu membuka laci atasnya. Namun yang didapatnya hanya dua bungkus spageti instan.
"Jadi selama ini, kamu gasuka masak ya?" ucap Rani setelah melihat dua bungkus spageti yang diletakan di meja makan.
Lucas menggaruk lehernya yang tak gatal, "Adanya ini". Rani menghela napasnya kasar, ujung-ujungnya dirinya lah yang harus berurusan dengan dapur lagi.
Gadis bermata cantik itu mulai menguncir rambutnya, ikat rambut ia gigit dimulutnya sambil mencepol rambutnya asal. Lucas yang melihat kegiatan itu menelan ludahnya kasar.
Dalam hatinya ia memuji kecantikan Rani yang selama ini ia tidak disadarinya. "Punya sayur atau telur?"
Lucas menggeleng, tapi dirinya mengingat sesuatu. Sekretarisnya pernah memberinya sosis beku, yang diambil dari kantor. Lucas langsung membuka kulkas dan benar saja, sosis itu masih ada.
KAMU SEDANG MEMBACA
Asuka [21+]
Chick-LitDiawali dengan pertemuan yang tak terduga membuat Lucas kembali mengulas masa lalunya, hal itu membuat Rani ikut terlibat kembali pada ledakan yang terjadi di rumahnya. Mampukah mereka mengupas tuntas siapa dalang dari ledakan itu? [Tiap Gambar bers...