Pagi menjelang, perlahan Rani membuka matanya, otot-ototnya di renggangkan. Tubuhnya kembali segar, ranjang yang ia pakai benar-benar empuk dan lembut. Rasanya ia ingin memiliki ranjang seperti ini juga di rumahnya.
Rani membuka hordeng jendela, nampak kabut masih menyelimuti kota. Tandanya ia terlalu pagi untuk bangun, ini sudah menjadi kebiasaannya. Wanita itu melirik jam dinding, ia jadi teringat Lucas.
Rani melangkahkan kakinya menuju ruang tamu, ternyata Lucas sedang berbaring di sofa besarnya itu. Nampak pakaiannya masih sama seperti semalam.
Rani mencoba untuk melihatnya lebih dekat, Lucas kelelahan lelap karena kelelahan. Ia sedikit menbungkuk bermaksud membenarkan posisi kepala Lucas yang tidak benar. Dengan pakaian yang Rani pakai, belahan dadanya sedikit terlihat.
Ia juga hanya memakai hotpants, membuat paha mulusnya terlihat dengan jelas. Setelah membenarkan posisi kepala Lucas, entah setan apa yang merasuki Rani.
Ia tidak beranjak menjauhi Lucas, tapi malah memandangi wajah polos Lucas yang sedang tidur itu. Kata munafik masih sama dan sangat melekat pada Rani, ia sangat senang bisa melihat wajah Lucas lebih dekat dan lebih lama seperti sekarang.
Tangannya gatal untuk mengelus alis yang tebal dan rapih itu, sial. Lucas malah membuka matanya, mereka membeku saling menatap. Sampai akhirnya Rani sendiri yang memutus kontak kemudian menjauh.
"Ini masih pagi Rani, jangan menggoda iman saya ya"
Rani berdiri kikuk, dia juga tidak bermaksud begitu, maksudnya argh.. menggoda. Lucas pun bangun, ia melihat jam dinding.
"S..saya mau mandi dulu"
"Kenapa? Kamu pengen saya ikut mandi? Sampai-sampai bangunin saya cuman bilang mau mandi"
Astaga! Rani saking kikuk nya malah berkata seperti itu, membuat Lucas makin terpancing mendengarnya.
"Nggak! Kamu nggak boleh ikut"
Rani pun berlari ke kamarnya, Lucas tersenyum gemas melihat kelakuan Rani.
"Rani! Kenapa lo bodoh banget sih.." Rani merutuki dirinya setelah menutup pintu kamarnya.
Dasar Rani, meski ia sedang malu. Tentu saja untuk urusan makan ia harus menjual harga dirinya untuk tetap hidup, maka setelah mandi Rani mencoba mengintip dapur yang sialnya sudah dijarah oleh Lucas yang sibuk dengan celemek serta pisau dapur.
Entah apa yang dimasak Lucas, Rani yakin masakannya itu pasti tidak enak.
"Kamu nggak usah ngintip kayak gitu"Rani langsung gelagapan begitu ketahuan, Lucas mengatakan itu tanpa menoleh padanya. Akhirnya Rani memilih duduk di meja makan sambil menggaruk lehernya yang tak gatal.
"Enak tidurnya?"
"Ha?"
Lucas menoleh, "Ranjangnya enak kan?"
"Ah iya lumayan"
Lucas melepas celemeknya, ia telah selesai memasak. Rani salah tingkah melihat otot lengan Lucas yang berurat itu, baginya sangat seksi apalagi saat pria itu sedang mencicipi masakannya dengan bibir tebalnya itu. Ia ingin mencicipinya juga seperti semalam tadi.
Rani menggeleng cepat, sial.
Dirty mind
"Nih cobain rasanya, terus terang saya belum pernah masak kayak gini"
Rani pun mencobanya, well. Masih lumayan, untuk dikategorikan sebagai seseorang yang baru belajar masak.
"Bagaimana?""Masih layak untuk dimakan"
KAMU SEDANG MEMBACA
Asuka [21+]
ChickLitDiawali dengan pertemuan yang tak terduga membuat Lucas kembali mengulas masa lalunya, hal itu membuat Rani ikut terlibat kembali pada ledakan yang terjadi di rumahnya. Mampukah mereka mengupas tuntas siapa dalang dari ledakan itu? [Tiap Gambar bers...