30. Sesak

8K 257 14
                                    

"Jaiden"

Rani mengangguk mantap, ia menarik tangan Jaiden untuk berlari bersamanya tepat saat Lucas ingin memanggil Jaiden. Rani tak peduli lagi, ia hanya tak ingin bertemu Lucas sementara ini.

Jaiden menatap tangannya yang ditarik oleh Rani, senangnya bukan main. Mereka berlari di disaat manusia-manusia lainnya menikmati senja yang indah di taman itu.

Rani mengelap keringat di dahinya, sembari menoleh ke belakang takut-takut Lucas mengejar mereka. Walau jarak menuju parkiran dekat, tetap saja dengan kondisi yang kurang fit itu masih membuat deru nafasnya sedikit terengah-engah.

"Mau beli minum?" tawar Jaiden tak tega, Rani dengan cepat menggeleng.

"Jarak dari sini ke kantor lo deket ga?" tanya Rani.

"Agak jauh, cuman gue tetep nganterin lo"

"Jangan buat diri lo terlambat karena gue" Rani memberi pengertian, ia ingin membantu Jaiden.

"Nggak!, lo harus ikut gue. Lo nggak boleh nolak" kekeuh Jaiden, ia menyalakan motornya berharap Rani berubah pikiran.

Rani bingung, ia menoleh ke belakang. Nyatanya hatinya sedikit berharap Lucas menemukannya, setidaknya ia bisa melihat wajah pria itu yang mencemaskan dirinya atau tidak.

"Ayo naik Rani, gapapa"

Ia tahu, dirinya tak bisa mengulur waktu lagi. Jaiden telah maju untuk memperjuangkannya, ia sangat menghargai itu.

Sebuah tangan terjulur untuk membantunya naik, dan Rani menerimanya kemudian naik ke atas motor Jaiden. Namun saat Jaiden ingin tancap gas, alarm pengingatnya berbunyi. Menandakan bahwa jam magangnya akan dimulai sebentar lagi.

"Lo bisa anter gue sampai simpang kedua nanti" ucap Rani pelan, Jaiden menggeleng. "Gue tetep anterin lo sampe rumah"

Motor Jaiden mulai melaju, dan disepanjang perjalanan. Alarm Jaiden terus berbunyi membuat Rani menarik jaket yang dikenakan pria itu dan membuatnya menepi sebentar.

"Turun disini aja, udah deket kok" Rani langsung turun, namun pergelangan tangannya ditahan oleh Jaiden. "Sebentar"

"Gue cuman pengen tahu alasan kenapa lo milih gue dan lari dari Lucas tadi"

Rani diam, sejujurnya ia sendiri tak memiliki alasan yang spesifik untuk kejadian tadi. "Hanya ingin saja Jaiden, hati ini juga rasanya ingin pergi menghilang setelah dibawa jatuh oleh orang itu"

Perusak suasana!, alarm Jaiden kembali berbunyi. Mau tak mau, dengan kesal pria itu mematikan alarm sialan itu.
"Makasih buat semuanya ya Jaiden, hati-hati dijalan" ucap Rani sambil mengulas senyumnya.

Ah, rasanya ingin berlama disini. Jaiden mengeram, "Pergilah" Rani menepuk pundak Jaiden, pria itu tersenyum lemah sebelum menyalakan kembali motornya dan meninggalkannya.

Rani memejamkan matanya sebentar, tubuhnya masih harus berjuang sebentar lagi untuk sampai ke rumahnya. Langkah kakinya mulai bergerak pulang sambil memeriksa smartphonenya.

Ada banyak pesan dan misscall dari Lucas dan juga Nina, ia memilih mengabaikan pesan Lucas dan perlahan jarinya menekan nomor Nina.

"Halo?, lo gapapa kan?!"

"Iya, gue udah berobat sama Jaiden"

"Lucas?"

"Dia sedikit sibuk" Sudut bibir Rani tertarik keatas saat mengingat pesan yang hanya dibaca oleh Lucas.

"Tapi lo udah bilang kan, kalau misalkan lo lagi sakit?. Dia bener nggak peduli?!" pekik Nina di seberang sana.

"Udahlah Nin, gue udah capek. Gue juga masih sadar diri, Lucas nggak mungkin punya waktu buat hal kayak gitu"

Asuka [21+]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang