Hening
Rani masih menutup dirinya dibalik dekapan Lucas, suara ricuh tadi akibat suar peluru Lucas yang meledak hebat ditengah malam. Sontak ketakukan terjadi, membuat beberapa orang mulai menelpon polisi.
Jantung mereka saling berdetak kencang, mengingat beberapa waktu yang lalu nyawa mereka hampir terancam. Suara pecahan kaca itu membuat Rani hampir kehilangan kesadarannya, mengingatkannya pada sebuah trauma kebakaran rumahnya di masa lalu.
Dan kini ketakutan itu kembali hadir, sebuah rasa yang hampir sama saat melihat rumahnya hancur, pekarangan, mobil, dan pangeran tampannya.
Rani memberanikan diri mendongak, dilihatnya Lucas yang masih mengintimidasi kearah luar balkon, hingga pria itu menyadari bahwa Rani tengah memandangnya.
"Rani, kamu baik-baik aja kan" tanya Lucas.
Rani mengangguk 'iya' meskipun tubuhnya gemetar hebat, syukurlah tubuhnya masih utuh. Tapi Lucas menatapnya khawatir, ia melepas pelukannya kemudian menyuruhnya untuk duduk.
"Apa yang barusan terjadi?" tanya Rani.
"Entahlah, yang pasti. Seseorang menginginkan salah satu dari kita mati, atau mereka menginginkan kita mati lewat sniper itu" jelas Lucas,
"Sniper?" Rani masih tak percaya.
"Ya, untuk itu kamu harus tetap berada di dekat saya" Rani diam sesaat, Lucas mulai memeriksa balkon.
Rani mencoba untuk tenang namun pikirannya langsung teringat pada Mega. Jika dirinya dalam bahaya maka, Mega pun sama. Rani menahan napasnya membayangkan jika ibunya ikut terlibat atau bisa saja ikut tertembak.
"Ibu!" teriak Rani ia langsung kalap segera membuka pintu.
"Rani tenanglah" Lucas langsung mencegahnya,
"Saya yakin mereka belum melacak ibu kamu Rani"
"Nggak, saya harus kesana!. Lepasin Lucas!" Rani semakin memberontak, Lucas semakin mencegahnya, ia mencoba menenangkan gadis itu.
"Rani!, tenanglah"
"Saya nggak mau kehilangan ibu saya.." lirih Rani, tubuhnya merosot kebawah. Ia benar-benar tak ingin kehilangan satu-satunya keluarganya itu.
"Hei, tenang. Saya akan menelepon rumah sakit, jangan panik seperti ini oke?" Rani yang terduduk lemas itu hanya bisa menintikan air matanya.
Lucas segera menelpon pihak rumah sakit, matanya melirik Rani yang sedang menunduk. Lucas paham dengan kekhawatiran Rani, ia langsung mengutus beberapa bodyguard untuk menjaga Mega di rumah sakit.
Lucas langsung menutup smartphonenya, kakinya mulai melangkah menuju balkon. Ia mengambil sarung tangan khusus kemudian meraba peluru yang tertancap dipecahan kaca, ia menarik kesimpulan bahwa. Sniper itu tidak benar-benar menembak dirinya dan Rani, tapi hanya untuk memberi peringatan.
Lucas menuju ke pembatas balkon, disana ia berhasil menembak tempat dimana sniper itu bersembunyi. Lokasi itu ternyata bersebelahan dengan gedung apartemennya, Lucas tersenyum miring melihat hal itu.
Lucas kembali lagi menghampiri Rani, menyelipkan anak rambut milik gadis cantik itu. "Rani"
Gadis itu mendongak, matanya masih bersimbah air mata. Dirinya masih tak menyangka bahwa beberapa saat yang lalu ia sedang diambang kematian.
"Tenanglah, nggak ada yang menyakiti kamu" Lucas memandang teduh, mencoba memberi kekuatan.
"Saya ingin bertemu ibu saya Lucas" pinta Rani, Lucas terdiam.

KAMU SEDANG MEMBACA
Asuka [21+]
Chick-LitDiawali dengan pertemuan yang tak terduga membuat Lucas kembali mengulas masa lalunya, hal itu membuat Rani ikut terlibat kembali pada ledakan yang terjadi di rumahnya. Mampukah mereka mengupas tuntas siapa dalang dari ledakan itu? [Tiap Gambar bers...