7. Still (!)

19.1K 468 5
                                    

Langit mulai terang, kembali pada kesibukan kota yang tak pernah malam. Apalagi sekedar berhenti dan bersantai, tidak ada. Jam beker berdering, tidak diruang tamu, dapur, kamar mandi. Jam beker itu terus berdering menyuarakan pagi yang... Ugh, ulah semalam memang kentara sekali pemirsa.

Dalam kamar luas itu, dua insan masih berada dalam alam tidur penuh mimpi indah. Lucas memeluk Rani dari belakang, entahlah. Jam beker itu berdering menunjukan jam berapa, untuk pertama kalinya Lucas enggan membuka matanya, apalagi dirinya bersama gadis habis digagahi-nya.

Walau Lucas sudah bangun, wajahnya nampak senang, bila Jackson melihat wajahnya pasti ia sudah ditertawakan Jackson. Sebahagianya Lucas adalah Rani.

Lucas mengelus tangan Rani yang terbalut selimut tebal miliknya, ia tahu gadis yang dipeluknya sudah melayaninya dengan baik. Bahkan untuk sekarang pun Lucas masih ingin melakukannya lagi, berapa ronde pun ia masih sanggup_-.

Rani mulai bergerak, menggeliat terganggu oleh jam beker yang lagi-lagi berdering. Lucas tersenyum dan mematikan jam bekernya itu, perlahan mata cantik itu terbuka, walau masih ngantuk Rani yakin dirinya masih dalam cengkraman Lucas.

"Udah bangun?" suara serak itu.. Andai Lucas melihat wajah Rani, ia merona..

Rani tak menjawabnya, ia melihat tangan kekar Lucas mengelus sayang lengannya. Pagi-pagi sudah membuat jantungnya berfitnes ria, bukan. Bukan pagi, tapi siang.

Sinyal pengingat pada otak Rani merusak suasana siang bolong mereka, Rani lupa kuliah setelah sehari bolos. Ia meringis, pikirannya bernostalgia kembali pada pertempuran semalam. Bisa-bisanya ia melakukannya lagi.

"Hei, it's okay" Lucas memeriksa Rani takut-takut gadis itu menyesal, atau apalah.

Rani menggeleng, ia segera melepas pelukan posesif Lucas, menarik selimut hingga menutupi tubuh telanjangnya. Ia menoleh, Lucas sudah memakai bawahannya. Curang, Rani memajukan bibirnya, iri melihat cowok itu dengan gampangnya berpakaian.

Walaupun bingung, Lucas tetap menikmati bagaimana cara jalan Rani yang tertatih menuju kamar mandi dengan selimut yang kebesaran menutupinya. Rani seperti kepompong besar, membuat Lucas semakin ingin memeluknya terus-menerus.

Lucas sama sekali tak menyadari perasaannya, ia selalu menutup diri pada wanita. Ia selalu berkata tidak menyukai wanita, bukan berarti nggak normal. Maksudnya Lucas terlalu tertarik pada kehidupan pribadinya hingga melupakan fakta bahwa ia juga harus berkencan, menikah ataupun memiliki anak nantinya.

Ini sangat berbeda, sengatan apapun yang diberikan Rani. Lucas menerimanya, bahkan menagihnya. Dirinya kembali pada memori lama yang tak bisa ia jelaskan, yang sering muncul dalam mimpi maupun saat ia kelelahan.

Sensasi yang sama seperti memori misterius itu, yang sering muncul bersamaan dengan sindromnya. Ada titik dimana ia menyerah pada kondisinya itu, buntu. Mami dan papinya juga merasa itu hanya sebuah halusinasi akibat kecelakaan kecil yang dialaminya dulu.

Bahkan ia tak ingat kapan kakak angkatnya -winwin, itu datang pertama kalinya. Ia hanya tahu saat siuman, Winwin sudah menjadi bagian keluarga mereka. Maminya selalu panik ketika ia mengalami gejala sindrom itu, walau begitu mami Naya selalu menolak ketika Lucas harus di terapi.

Lucas memejamkan matanya, mengambil guling diranjangnya. Ia masih sangat ngantuk, namun dirinya harus sadar. Ia langsung mengambil ponselnya dan memesan go-food untuk sarapan mereka.

Tak lama setelah itu, Rani membuka pintu kamar mandinya. Menghampiri Lucas, ia masih sangat canggung. Lucas menyambutnya dan menyuruhnya untuk naik ke atas ranjang.

"kamu lapar?" Rani menggeleng, dasar cewek. Malu-malu tapi mau, meski dalam dirinya berteriak lapar!. Tetap saja jawabnya tidak..

"Saya udah pesen makanan, kamu makan dulu-"

Asuka [21+]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang